FASHION

3 Februari 2020

Tiga Abad Evolusi Denim


Tiga Abad Evolusi Denim

Denim terus berevolusi melintasi berbagai perkembangan zaman dan pergerakan kultur. Tidak lekang oleh waktu, luwes dalam merangkul tren, dan bergeming dalam lemari pakaian Anda sebagai salah satu yang berkategori must-have, bersanding dengan little black dress.

Apapun gaya dan karakter Anda dalam berpakaian, denim seakan tidak pernah salah untuk menjadi bagian darinya dan menyempurnakannya. Kalau memang denim adalah favorit Anda— dan hampir seluruh penduduk dunia—maka tidak ada salahnya untuk mengenalinya lebih jauh.

photography raja siregar - styling ismelya muntu - elle indonesia februari 2020 - reformasi denim
photography RAJA SIREGAR styling ISMELYA MUNTU

Secara mendasar, denim merupakan sejenis celana panjang yang terbuat dari bahan denim. Pendahulu denim adalah dungaree yang diproduksi di India selama ratusan tahun, hingga akhirnya denim pertama kali diproduksi di kota Nimes, Prancis, dengan nama “serge de Nimes”. Inilah sekelumit perjalanan dari sesuatu yang dapat diwakili oleh pernyataan Yves Saint Laurent: “I wish I had invented blue jeans. They have expression, modesty, sex appeal, simplicityall I hope for my clothes.”

1800-an: The Birth

Pada akhir 1800-an, para pekerja laki-laki umumnya mengenakan celana panjang berbahan denim yang disebut dengan “waist overall”. Kemudian ada seorang penjahit bernama Jacob Davis yang bermitra dengan seorang pengusaha bernama Levi Strauss. Mereka mencetuskan inovasi untuk menambahkan sejenis paku dari bahan metal pada bagian kantong dan button fly (resleting bentuk kancing) pada celana panjang denim. Tujuannya: untuk menjadikannya lebih tahan lama. Dan pada 20 Mei 1873, blue jeans pertama yang kita kenal sekarang pun terlahir.

photography raja siregar - styling ismelya muntu - elle indonesia februari 2020 - reformasi denim
photography RAJA SIREGAR styling ISMELYA MUNTU

1920 - 1930-an: The First Popularity

Pada era 1920 dan 1930, jeans menikmati popularitas di Amerika Serikat sebagai elemen pakaian keseharian yang dikenakan oleh para penambang, koboi, dan pekerja laki-laki lainnya yang membutuhkan pakaian yang kuat untuk kondisi lingkungan kerja yang keras.

reformasi jeans denim
Image: GETTY IMAGES

Pada tahun 1936, Levi Strauss menambahkan label signature di bagian kantong belakang, menjadikannya sebagai produk pakaian pertama yang menghadirkan label desainer di bagian luar. Positioning dari jeans sebagai pakaian untuk pekerja laki-laki seolah diubah haluan menjadi sebuah fashion statement oleh majalah Vogue yang menampilkan seorang model yang mengenakan jeans pada sampul sebuah edisi di tahun 1930-an.

photography raja siregar - styling ismelya muntu - elle indonesia februari 2020 - reformasi denim
photography RAJA SIREGAR styling ISMELYA MUNTU

1950-an

Potensi denim sebagai simbol pemberontakan diformalisasikan oleh film-film Hollywood pada era 1950-an. Ikon kultur pop yang menyandang julukan “bad boy” seperti James Dean dan Marlon Brando memopulerkan denim dalam film-film mereka. Para remaja pun melihat blue jeans sebagai sesuatu yang dapat membentuk identitas diri mereka yang cenderung menolak kemapanan.

Sejumlah sekolah di Amerika pada saat itu melarang blue jeans karena dianggap sangat provokatif. Sementara beberapa brand seperti Levi’s, Lee Cooper, dan Wrangler meraup kesuksesan bisnis dengan produk-produk yang menjadi tren di kalangan laki-laki kala itu, seperti light washes, cuffed denim, dan black jeans.

photography raja siregar - styling ismelya muntu - elle indonesia februari 2020 - reformasi denim
photography RAJA SIREGAR styling ISMELYA MUNTU

1960-an: The Freedom

Era 1960-an menandai kemunculan pergerakan hippie yang menggaungkan kebebasan dan perdamaian. Tidak mengherankan apabila blue jeans menjadi pakaian kebesaran yang merepresentasikan kaum hippie. Idealisme dan kebebasan berekspresi diwujudkan dengan personalisasi jeans.

Mulai dari bordiran, warna-warna cerah, stone washing, rhinestones, hingga emblem menyemarakkan tampilan jeans yang kala itu populer dengan model bell bottom dan low-rise hip hugger. Tren lainnya yang juga mengemuka pada dekade 1960-an adalah double denim dan jaket jeans.

photography raja siregar - styling ismelya muntu - elle indonesia februari 2020 - reformasi denim
photography RAJA SIREGAR styling ISMELYA MUNTU

1970-an: The Sex Appeal

Memasuki era 1970-an, denim menjadi symbol seksualitas. Sejumlah figur yang dianggap sebagai simbol seks saat itu seperti aktris pemeran Charlie’s Angels Farrah Fawcett dan model Lauren Hutton menjadikan denim sebagai bagian dari image mereka. Pada saat itu, format jeans yang populer adalah dalam bentuk rok dan rompi.

1980-an: The Designer's Collection

Denim naik kelas pada era 1980-an. Sebuah iklan Calvin Klein menampilkan Brooke Shields yang ketika itu masih berumur 15 tahun, mengenakan denim. Jeans pun mulai menyusup ke ranah fashion design. Designer jeans menjadi sebuah simbol status, dengan sejumlah brand seperti Calvin Klein, Jordache, dan Gloria Vanderbilt yang menjadi buruan para pencinta fashion. Model-model jeans yang populer di masa itu adalah stone wash, acid wash, dan ripped jeans.

1990-an: The Casualness

Seiring dengan tren grunge yang mewarnai kancah musik dunia pada dekade 90-an, denim pun lentur beradaptasi. Ia menjadi lebih santai dan kasual.

Carpenter jeans dengan lebih banyak kantong dan mengenakan jeans dalam format atasan dan bawahan adalah gaya berpakaian yang terlihat di mana-mana. Begitu pula dengan overall dan shortall yang populer di kalangan remaja perempuan. Selain grunge, kebangkitan hip-hop pun turut mencetuskan popularitas baggy jeans.

photography raja siregar - styling ismelya muntu - elle indonesia februari 2020 - reformasi denim
photography RAJA SIREGAR styling ISMELYA MUNTU

2000-an: The Skinny

Pada awal 2000-an, figur pop star yang mengemuka saat itu seperti Britney Spears dan Christina Aguilera memopulerkan ultra low-rise jeans. Model denim yang juga menjadi favorit banyak orang di awal dekade ini adalah flare dan boot cut.

Memasuki pertengahan 2000-an, dunia diramaikan oleh orang-orang yang mengenakan skinny jeans. Model ini merupakan hasil dari inovasi dalam teknologi denim stretch. Skinny jeans seolah menjadi dress code untuk bekerja di kantor, bepergian di akhir pekan, dan kencan di malam hari. Tren fashion lainnya yang mewarnai 2000-an adalah boyfriend jeans yang dikenakan oleh perempuan. Sementara itu, sejumlah brand muncul dan menyita perhatian seperti 7 For All Mankind, Citizens of Humanity, dan Hudson Jeans.

photography raja siregar - styling ismelya muntu - elle indonesia februari 2020 - reformasi denim
photography RAJA SIREGAR styling ISMELYA MUNTU

2010-an: Diversity

Dekade pertama era 2000-an telah usai. Namun denim belum menunjukkan tanda-tanda untuk menyudahi perjalanannya. Sejak 2010 hingga kini, tren jeans mengarah pada keragaman. Model skinny tetap menjadi pilihan utama banyak perempuan karena karakternya yang serba bisa, baik untuk suasana resmi maupun kasual.

Selain skinny, selama beberapa tahun terakhir, model straight leg memiliki tempat tersendiri dalam tren, berkat pengaruh yang dihembuskan oleh para style blogger dan fashion blogger. Throwback yang juga populer adalah high waisted jeans yang seolah ingin mengapresiasi bentuk tubuh yang curvy. Model jeans ini diadopsi oleh kaum selebriti seperti supermodel Gigi Hadid. Spirit vintage hadir lewat overall, jumpsuit, dan romper yang seakan menjadi salah satu kostum wajib saat mendatangi konser dan festival musik. Dan tentunya, popularitas juga digenggam oleh jeans robek, yang bahkan digiring ke tingkatan yang ekstrim.

Pada sisi lain, sebuah pergerakan untuk melakukan aktivitas belanja dengan mengedepankan lokalitas dan keberlanjutan memberikan dampak terhadap ritel fashion, tidak terkecuali jeans. Sejumlah merek jeans independen bermunculan, menawarkan alternatif dari dominasi peritel besar dan brand desainer, salah satunya adalah lini jeans yang ramah lingkungan. Seperti halnya produk-produk fashion lainnya, perkembangan denim merefleksikan dinamika peradaban dan keriuhan budaya pop. Cerita denim adalah cerita tentang hasrat manusia untuk tampil memikat.

Images as seen in Fashion Well ELLE Indonesia February 2020“Into the Blue
photography RAJA SIREGAR styling ISMELYA MUNTU model DASHA (RAD MODEL) makeup & hair TANNYA MAHARDIKA