LIFE

24 Desember 2021

Daniel Mananta: Menikmati Hidup dengan Tidak Terburu Waktu


Daniel Mananta: Menikmati Hidup dengan Tidak Terburu Waktu

Memiliki kebahagiaan dengan cara menjalani hidup secara melambat tanpa tergesa-gesa. Oleh DANIEL MANANTA

“Hai! Apa Kabar?” “Hai juga! Kabar baik, tapi sibuk gila! Kurang tidur, lelah, pekerjaan enggak kelar-kelar. Andai waktu bisa lebih dari 24 jam.”

Perbincangan seperti itu sering sekali saya dengar sehari-hari. Mulai dari pekerja kantoran, entrepreneur, asisten rumah tangga, sampai pelajar dan mahasiswa. Kata “sibuk” memiliki definisi baru. Sebuah kebanggaan tersendiri apabila kita hidup serba cepat dan terburu-buru. “Sibuk” menjadi status sosial. Menjadi “sibuk” adalah sebuah pencapaian yang membuat kita termasuk golongan orang sukses, bukan pemalas. Kerja keras banting tulang demi masa depan keluarga dan diri sendiri.

Luna M (POP House) for ELLE Indonesia December 2021 photography OLGA RUBIO DALMAU styling SYLVIA BONET

Bisa dibilang itulah definisi hidup saya sejak dulu. Sebagai seorang keturunan Chinese, tumbuh besar di Pluit, maka sudah menjadi keharusan bagi saya untuk terus mengejar kesuksesan (baca: kekayaan), walau harus mengorbankan kesehatan, mengurangi waktu tidur, dan mempertaruhkan kualitas hubungan.

Sampai akhirnya saya burn out. Hidup saya jadi tidak berimbang. Saya produktif, tapi tak punya tujuan. Sibuk, tapi tanpa suka cita. Thriving without the thrill. Sumbu emosi menjadi pendek. Cepat sekali marah tanpa sebab. Ketika berbaring di tempat tidur, pikiran saya terus bekerja tanpa mengenal istirahat.

Kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan relasi dengan manusia lain. Dan sayangnya, kesibukan menghancurkan hubungan kita dengan orang-orang tercinta. Keluarga, anak, teman-teman, bahkan sampai hubungan kita dengan Tuhan. Diri kita yang “sibuk” ini sudah menjadi “Tuhan” itu sendiri. We need to be in control. Dan karena itu kita sibuk.

Tahun 2020, pandemi datang dan memaksa kita untuk slow down. Pada saat bersamaan, hati ini terus-menerus berteriak agar saya belajar untuk beristirahat. Dan terjadilah paradoks. Saya berjuang dan berusaha setengah mati agar bisa beristirahat.

Luna M (POP House) for ELLE Indonesia December 2021 photography OLGA RUBIO DALMAU styling SYLVIA BONET

Apa yang kemudian saya pelajari. Setidaknya ada tiga hal. Pertama, hidup minimalis. Bukan perkara interior rumah, tapi soal barang-barang yang saya miliki. Nyatanya apabila saya merasa cukup dengan apa yang saya punya, maka saya tidak perlu membeli gadget terbaru dan mengikuti tren yang sedang bergulir. Artinya, pengeluaran saya jadi jauh lebih kecil. Tidak banyak cicilan. Hidup minimalis artinya tidak banyak mau. Saya tidak perlu kerja mati-matian demi membayar utang di sana sini. Hari ini, ungkapan “mengejar setoran” seolah lumrah dan normal. Tapi apa enaknya hidup berlari seperti dikejar-kejar?

Yang kedua, distraksi handphone. Kenapa pekerjaan rasanya seperti tidak pernah selesai? Ada suatu riset yang membuktikan bahwa setiap kali kita teralihkan perhatiannya oleh notifikasi handphone, baik itu memeriksa pesan WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok, Twitter, lalu balik lagi ke WhatsApp, Instagram dan TikTok, begitu seterusnya. Maka perlu waktu 15 menit untuk otak kita kembali fokus pada pekerjaan. Dan ketika kita mulai fokus bekerja, lalu distraksi itu muncul lagi, maka rasanya pekerjaan seperti tidak pernah selesai. Jadi, apa yang saya lakukan adalah mematikan semua notifikasi di handphone saya dan menerapkan time window untuk mengecek WhatsApp. Kalau Anda mau mencoba cara ekstrem seperti yang saya lakukan, letakkan handphone di dalam lemari dan kunci lemarinya. Setelah itu habiskan waktu tanpa handphone dengan orang-orang yang penting perannya dalam hidup.

Kemudian bayangkan kita sedang menonton atlet profesional dan ternyata dia kurang tidur. Secara otomatis, kita segera menghakimi performanya. Begitulah dalam hidup. Performa kita setiap hari ditentukan oleh kualitas tidur kita. Dan yang lebih mind-blowing, tidur itu ternyata punya landasan ilmiah! Intinya, aim for deep sleep. Bukan tidur hanya karena kita lelah, tapi karena kita butuh. Saya membaca buku-bukunya, menonton tayangannya di YouTube, dan mendengar Podcast tentang mencapai fase deep sleep. Dan ternyata memang benar. Saat ini saya merasa jauh lebih efektif sekaligus efisien dalam pekerjaan karena saya tidur berkualitas setiap harinya.

Luna M (POP House) for ELLE Indonesia December 2021 photography OLGA RUBIO DALMAU styling SYLVIA BONET

Saya serius sekali untuk hal ini. This is how serious I am! Saya sampai berinvestasi di hotel dan baru saja meresmikan CARTEL (Creative Rest Hotel) by Damn! I Love Indonesia. Saya percaya sekali bahwa ketika ada lebih banyak orang di Indonesia yang memahami pentingnya slowing down and rest, maka kita akan menjadi negara yang lebih maju. Saya memerhatikan beberapa negara berkembang dan perusahaan maju di luar negeri, mereka sangat mementingkan arti istirahat dan sangat mengutamakan waktu berkualitas bersama keluarga.

So after reading this article, close your eyes, take a deep breath and imagine your life, slowing down and resting. How beautiful your relationship with your loved ones, and smile.