LIFE

27 Desember 2019

Indra Herlambang: Demi Bumi dan Eksistensi


Indra Herlambang: Demi Bumi dan Eksistensi

Saat pelajaran seni rupa sewaktu SMP dulu, saya pernah diberi tugas untuk menggambar Jakarta di masa depan. Saya masih ingat, sebagian besar murid melukiskan beragam teknologi canggih yang mereka pikir akan berseliweran di seputar kota. Mobil terbang, robot, gedung super tinggi, sampai roket berisi satu penumpang yang bisa digunakan untuk berkendara pulangpergi menuju bulan. Dari semua hasil karya kami, rasanya gambar saya yang paling kelam.

Di kertas saya hanya terlihat coretan pensil di puncak Monas yang sedikit menyembul di tengah lautan. Ya. Dalam benak bocah saya, suatu saat nanti kota ini akan nyaris tenggelam. Entah dari mana ide absurd itu datang. Mungkin dari sebuah imajinasi liar berkat kebanyakan diceramahi ibu soal buang sampah sembarangan yang menurut beliau akan berujung pada banjir besar. Sungguh menyedihkan bahwa ramalan konyol saya itu suatu saat nanti mungkin bisa jadi kenyataan.

opinion elle indonesia - januari 2020 - indra herlambang
images: GETTYIMAGES

Tahun lalu, seorang peneliti memaparkan bahwa jika dilihat dari model daratan Jakarta; pada tahun 2050 kota ini akan tenggelam sebanyak 95%. Dan tanda-tandanya sudah mulai terlihat dari sekarang. Beberapa gedung mulai melesak perlahan. Pemukiman di area pesisir semakin sering terendam. Banjir tahunan pun belum juga bisa terselesaikan. Penyebabnya? Pengelolaan sampah yang belum maksimal, penggunaan air tanah secara berlebihan, pembangunan properti yang terlalu pesat, serta pemanasan global yang terus meningkat. Yang lebih mengerikan lagi, beragam riset lain juga tidak kalah suram dalam memberikan gambaran tentang kondisi bumi di masa depan.

Bahkan Stephen Hawking pun sempat menulis di buku terakhirnya bahwa dalam kurun waktu 1000 tahun planet tempat tinggal kita ini akan hancur berkat sebuah katastrofe yang berhubungan dengan lingkungan hidup, dan manusia akan dipaksa mencari rumah baru. Mungkin ini yang menyebabkan negara-negara maju berusaha sekuat tenaga untuk mulai mengeksplorasi Mars. Sebenarnya cukup aneh juga. Bukankah lebih masuk akal jika dana raksasa yang mereka habiskan untuk menjelajah planet merah itu digunakan untuk memperbaiki bumi terlebih dahulu?

images: GETTYIMAGES

Harus diakui, semua perbincangan tentang kondisi lingkungan hidup kita saat ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Tapi tenang. Ada satu hal yang mungkin bisa membuat tidur Anda lebih nyenyak tanpa perlu terganggu mimpi buruk tentang masa depan: meningkatnya kepedulian anak-anak muda tentang pentingnya hidup yang berkelanjutan. Sepertinya semakin banyak orang mulai berusaha untuk lebih seimbang dalam menjalani keseharian mereka. Menghindari penggunaan plastik dan mengurangi jejak karbon lewat pilihan moda transportasi serta konsumsi makanan. Dari mana saya tahu tentang hal ini? Salah satunya dari postingan-postingan di media sosial yang begitu gegap gempita.

Setiap hari ada saja orang yang memamerkan sedotan stainless steel di gelas kopi mereka. Lucunya, ada yang sedotannya non-plastik tapi gelasnya tetap gelas plastik. Duh. Kalau boleh jujur, saya terkadang mendadak julid. Bukannya itu sama saja bohong ya? Sebenarnya mereka melakukan ini demi bumi atau demi eksistensi sih?

opinion elle indonesia - januari 2020 - indra herlambang

Saya pernah menanyakan hal ini kepada seorang teman yang terkenal cukup ‘hardcore’ soal pengurangan penggunaan plastik. Dia ke mana-mana selalu bawa tumbler, satu set sedotan beserta alat pembersihnya, wadah makanan, dan tote bag untuk tempat belanjaan. Menurut dia, dampak dari penggunaan plastik sudah terlampau mengkhawatirkan, dan untuk mengatasinya memang harus dimulai dari hal paling simpel seperti sedotan. “Lagian sedotan plastik itu terlalu kecil jadi sering lolos saat disaring di tempat pengelolaan sampah,” jelasnya saat saya mengutarakan pikiran konyol tadi. “Lo kurang-kurangin deh berprasangka buruk sama orang yang mau berbuat baik.”

"Sebenarnya mereka melakukan ini demi bumi atau demi eksistensi sih?"

opinion elle indonesia - januari 2020 - indra herlambang - styling Ismelya Muntu
photography IFAN HARTANTO styling ISMELYA MUNTU - Aksesori tumbler dan busana model: CHANEL.

Baiklah. Saya mulai berprasangka baik pada mereka yang sedang berusaha melestarikan lingkungan dengan caranya masing-masing. Termasuk kepada teman saya yang berhenti makan daging sapi karena digadang-gadang sebagai penyumbang pemanasan global tertinggi padahal mobil mewahnya sendiri seringkali dinyalakan dalam keadaan terparkir dengan alasan biar tetap dingin.

Soal tulus-tidak, jujur-bohong, atau sungguhan-pencitraan, biarlah menjadi urusan masing-masing. Siapa tahu mereka memang sudah berhasil memengaruhi banyak orang lewat unggahan media sosialnya. Bisa jadi ini bukan cuma soal melestarikan bumi sekaligus eksistensi, tapi juga tentang menyebarkan inspirasi. Lagipula ada satu pertanyaan lebih penting sebelum saya mulai sibuk menghakimi orang lain: Saya sendiri sudah berbuat apa?