LIFE

4 Mei 2020

Efek Covid-19 Terhadap Sektor Pariwisata Indonesia—Menyoroti Sikap dan Langkah Perbaikan Pemerintah


Efek Covid-19 Terhadap Sektor Pariwisata Indonesia—Menyoroti Sikap dan Langkah Perbaikan Pemerintah

Dunia yang selalu diriuhkan oleh hiruk-pikuk kesibukan dan mobilitas para penduduknya, tiba-tiba menjadi lebih tenang. Kantor-kantor menerapkan work from home bagi para karyawannya, sekolah-sekolah mempraktekkan home learning bagi para siswanya, berbagai mal dan tempat wisata untuk sementara tidak beroperasi, jalanan menjadi lebih lengang, dan tingkat polusi menurun.

Orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah bersama keluarga. Tagar #DiRumahAja atau #StayHome menjadi trending, seakan menegaskan pepatah populer: “Home is where the heart is”. Sekilas, ini seperti sisi lain dari pandemi Covid-19 yang bernuansa positif. Namun, hal itu juga sebuah pukulan telak, keras, dan mematikan bagi denyut perekonomian.

pariwisata indonesia pasca covid 19

Salah satu industri yang benar-benar tergerogoti oleh ganasnya Covid-19 adalah pariwisata, termasuk di dalamnya maskapai penerbangan dan hotel. Dengan kondisi di mana sebagian besar penduduk dunia memangkas besar-besaran aktivitas di luar rumah, bisa dibayangkan bagaimana terjun bebasnya tingkat orang yang membeli tiket pesawat dan memesan kamar hotel.

World Travel and Tourism Council memperkirakan bahwa pandemi Covid-19 dapat menyebabkan 75 juta orang yang bekerja di industri perjalanan dan pariwisata di seluruh dunia kehilangan pekerjaan mereka. Wilayah Asia Pasifik diperkirakan akan terkena dampak paling besar, dengan risiko hingga hilangnya 49 juta pekerjaan. Ditambah lagi dengan diterapkannya kebijakan lockdown di berbagai negara seperti Cina, Italia, India, Spanyol, Inggris, Denmark, Polandia, Belanda, Prancis, Filipina, dan Malaysia.

Tahun ini saja, kerugian Produk Domestik Bruto (PDB) perjalanan dan pariwisata terhadap ekonomi dunia bisa mencapai 2,1 triliun dolar Amerika Serikat. Menurut World Tourism Organization, begitu pandemi ini berakhir, dibutuhkan waktu antara 5-7 tahun bagi industri perjalanan dan pariwisata untuk memulihkan diri.

sumba puru kambera - sandy thema - elle indonesia

Bagaimana kondisi sektor pariwisata Indonesia?

Di Indonesia, industri pariwisata merupakan penyumbang devisa terbesar kedua setelah industri kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Namun, pandemi Covid-19 menjungkirbalikkan banyak hal dalam waktu yang singkat. Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, sebanyak 1.500 hotel telah menutup pintunya untuk sementara waktu. Selagi itu, menurut data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, hingga 6 April 2020, terdapat 1.266 hotel yang ditutup dan 150.000 pegawai dirumahkan.

Tingkat okupansi hotel di Bali per akhir Maret 2020 terjerembap ke angka 0-8%. Destinasi wisata pun rata-rata tutup untuk sementara. Seluruh tempat wisata di lima destinasi populer, yakni Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang, sudah ditutup. Berbagai gelaran acara meetingincentive, convention, exhibition (MICE) sebagian besar dibatalkan. Biro perjalanan mengalami penurunan omzet 94,1-100%. Sementara data dari Indonesia National Air Carriers Association (INACA) mengungkap bahwa per akhir Maret 2020, seluruh maskapai penerbangan telah mengurangi jumlah penerbangan, baik rute maupun frekuensinya, hingga 50% bahkan lebih.

Industri perjalanan dan pariwisata yang lesu dengan omzet yang anjlok di berbagai lini tentunya akan berimplikasi pada berkurangnya atau hilangnya pendapatan bagi orang-orang yang menggantungkan hidupnya di sektor ini.

kondisi pariwisata indonesia pasca covid 19

Langkah Pemerintah Indonesia

Menyikapi kondisi krisis pariwisata di Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI telah menyiapkan langkah-langkah mitigasi yang dibagi dalam tiga tahap.

Pertama adalah tanggap darurat yang terdiri dari pembentukan crisis center Covid-19, penundaan seluruh promosi dan kegiatan pariwisata, pembauran kebijakan lintas kementerian dan lembaga untuk industri pariwisata dan kreatif, serta dukungan khusus dari Kemenparekraf dengan berbagai program kemasyarakatan.

Tahap kedua adalah pemulihan, yaitu identifikasi dampak secara detail akibat wabah Covid-19, yang diikuti dengan pengaktifan kembali kegiatan publikasi dan promosi maupun agenda pariwisata yang sempat tertunda. Tahap pemulihan ini akan dilakukan setelah pandemi Covid-19 dinyatakan selesai oleh pemerintah pusat.

Tahap ketiga adalah tahap normalisasi, yaitu melakukan promosi kembali, baik di dalam maupun di luar negeri, serta menyiapkan insentif untuk industri pariwisata sekaligus pelaku ekonomi kreatif. Berikutnya adalah menyusun kembali agenda-agenda nasional dan internasional untuk menunjang kegiatan wisata. Dan yang terakhir adalah kembali membenahi destinasi, khususnya dari sisi keamanan dan keselamatan, sumber daya manusia, dan daya tarik.

Meski situasi dan kondisi sedang meredup, namun harapan dan optimisme itu sepatutnya terus menyala untuk keadaan yang lebih baik di masa depan.