LIFE

2 Oktober 2023

Ragam Sisi Putri Marino: Bagaimana Sang Aktris Bertumbuh Menjalankan Multiperan Kehidupan


PHOTOGRAPHY BY Ryan Tandya

Ragam Sisi Putri Marino: Bagaimana Sang Aktris Bertumbuh Menjalankan Multiperan Kehidupan

styling Ismelya Muntu; fashion Soe; jewellery Bulgari Serpenti; makeup & hair Woosun

Cuaca panas mengiringi dua kali kunjungan Putri Marino ke Korea Selatan di tahun ini. Yang pertama, ketika ia dan ELLE Indonesia pergi menghadiri ekshibisi Bulgari Serpenti 75 Years of Infinite Tales di Seoul pada bulan Juli silam; perjalanan itu turut diiringi penjelajahan menelusuri jalanan hingga gang-gang berparas artistik dalam agenda pemotretan cover untuk ELLE.co.id. “Perjalanan itu adalah waktu yang sangat menyenangkan meski bermandi keringat di bawah terik sinar matahari. Saya menyukai segala hal tentang pemotretan ini. Kami diberi kesempatan bereksplorasi dengan koleksi perhiasan Bulgari, yang sangat… apa kata yang tepat untuk menggambarkan keindahan yang enggak ada duanya? Kalian memilih berbagai busana yang betul-betul merefleksi karakter saya, dan astaga saya jatuh cinta pada detail makeup-nya! Tidak sabar untuk melihat hasil fotonya dirilis,” kata Putri saat kami berjumpa di Jakarta usai kepulangannya. Saya membuka ponsel dan memberikan ia cuplikan salah satu foto yang terpilih sebagai cover. “Tidak bisa rilis sekarang saja, ya? Hahaha,” celotehnya.

Perjalanan Putri berikutnya ke negera asal budaya K-pop itu terjadi di bulan Agustus 2023. Kunjungannya terkait urusan bermain peran. Bersama Jerome Kurnia, Jourdy Pranata, Kiki Marendra, dan Lutesha, ia menetap di Dangjin selama tiga minggu untuk menjalani syuting proyek film terbaru sutradara Adriyanto Dewo. “Saya akan menjadi seorang protagonis yan red-flag di film ini. Ini adalah sebuah drama romance yang anti-romance; cuma itu yang bisa saya ungkap untuk saat ini,” kata Putri.

fashion Natalia Kiantoro, jewellery Bulgari Serpenti.

Kami berbincang di restoran Union yang berlokasi di mal Street Gallery, Jakarta Selatan. Ketika saya tiba, Putri telah lebih dulu duduk di meja. Ia tidak datang sendiri. Seorang anak perempuan berambut panjang yang dikuncir kuda menemani duduk di sebelahnya. Putri berkata kepada sang anak untuk menyapa saya. Dan selayaknya anak-anak pada umumnya yang cenderung sungkan berinteraksi bilamana bertemu sosok yang belum ia kenal, Suri hanya mencuatkan senyum tipis seraya menenggelamkan diri ke pelukan ibunya. Sebenarnya bukan suatu kebiasaan bagi Putri untuk menggandeng anak sembari bekerja. Tetapi hari ini menjadi pengecualian, oleh karena suaminya, Chicco Jerikho—yang juga berprofesi di panggung hiburan—masih harus berkutat di lokasi syuting. Pasangan yang resmi menikah di tahun 2018 itu sepakat untuk tidak bergantung pada tenaga bantuan pengasuh. Secara kompak, keduanya saling menyesuaikan jadwal pekerjaan dengan tanggung jawab sebagai orangtua Suri. “Saya dan Chicco berusaha menerapkan sistem shift dalam mengatur waktu kerja. Jadi, kalau salah satu sedang kerja, yang satu akan mendampingi Suri,” katanya sembari menyuapi sang putri.

Aktris kelahiran Bali 30 tahun silam ini mulai menjalankan peran istri dan ibu rumah tangga saat ia berusia 25 tahun; usia yang sama di saat karier keaktoran Putri Marino—yang belum lama dirintis—mulai bergerak penuh kecepatan menapaki puncak jagat sinema Indonesia. Debut penampilannya di film Posesif yang rilis tahun 2017 berhasil menempatkan Putri Marino ke jajaran aktor pemenang penghargaan. Figurnya pun semakin laris menghiasi layar bioskop-bioskop di Tanah Air. Tiga judul film (Jelita Sejuba, Sultan Agung, dan Menunggu Pagi) silih berganti menampilkan Putri Marino di tahun 2018. Tetapi frekuensi itu menurun drastis pada tahun berikutnya hingga 2020, di mana sosok Aktor Pendatang Baru Terpilih Piala Maya 2017 tersebut hanya terekam dalam satu judul film. Bukan karena sepi tawaran, melainkan pilihan pribadi yang diambil Putri secara sadar. Di usia hidup yang baru seperempat abad, Putri muda telah bertransisi ke dalam multikehidupan. Dari putri sulung pasangan Francesco Marino dan Marianna Rupadmi; perempuan muda yang baru merintis karier; pemeran pendatang baru berbakat yang dipuji-puji; istri seseorang; dan seorang ibu. Saat kehidupan membawa Anda melalui berbagai jalan dalam waktu bersamaan, Anda belajar akan skala prioritas. Kala itu, aktris pemenang Pemeran Utama Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2017 ini memilih menjalankan perannya sebagai istri dan ibu.

fashion Natalia Kiantoro, jewellery Bulgari Serpenti.

Putri menyadari banyak hal ikut berubah manakala seseorang merangkul predikat orangtua. Yang semula ia hidup tanpa tanggung jawab mengurus orang lain, kini kebutuhan suami dan anak turut menjadi bagian rutinitasnya sehari-hari. Seperti yang dilakukannya hari ini; memastikan asupan makan Suri terpenuhi sembari senantiasa menaruh perhatian pada obrolan kami. “Sewaktu awal menikah dan langsung menjadi ibu, bukan pengalaman yang mudah. Ego masih tinggi, dan setiap kali tubuh lelah menyulut otak berpikir ‘mengapa saya harus mengurus orang setiap saat’; ‘kapan waktu untuk saya pribadi’; macam-macam hal membayangi kepala saya. Serius, deh, waktu untuk diri sendiri adalah sebuah ‘barang mewah’ bagi seorang ibu,” Putri tergelak sejenak sebelum melanjutkan. “Kita semua pasti memiliki struggling masing-masing. Tapi seiring waktu, ego saya mampu menemukan kedamaian. Sekarang saya menikmati peran ibu dan istri setiap harinya. Saya tetap merasa penting untuk meluangkan waktu bagi diri sendiri; itu tetap menjadi salah satu prioritas, tapi saya tidak menghalalkan segala cara demi mendahulukannya.” 

Saya menangkap Suri ikut menyimak percakapan kami, dan terpikir bilamana ia menyadari bahwa sang ibu—dan juga ayahnya—adalah salah dua bintang populer panggung sinema Indonesia. “Oh, dia belum paham konsep pekerjaan orangtuanya berperan menjadi ‘orang lain’. Tapi Suri tahu kalau orangtuanya sedang syuting, artinya kami bekerja,” kata Putri.

fashion Soe, jewellery Bulgari Serpenti.

Putri Marino mengakhiri hiatus bermain peran dan kembali ke lokasi syuting pada akhir tahun 2020 silam. Cinta Pertama, Kedua & Ketiga karya Gina S. Noer menjadi proyek perdananya berlakon disorot kamera setelah absen dua tahun. Ia dipercaya memerankan penari yang terjerat hutang pinjaman online demi membiayai pengobatan ibunya. Untuk mendalami peran, Putri secara intensif belajar tari modern melalui kelas virtual di tengah lockdown saat pandemi. “Saya ingin memiliki ritme yang fasih,” ceritanya. Cinta Pertama, Kedua & Ketiga tidak menjadi satu-satunya karya yang dirilis Putri untuk menandai kembalinya ke dunia perfilman nasional. Ia juga tampil sebagai Mbak Pur, perempuan Jawa konservatif yang mengomandani dapur restoran Losmen Bu Broto dalam rebooth layar lebarnya—film yang kemudian menasbihkan kredibilitas berperannya tidak luntur meski lama vakum. Untuk peran Mbak Pur, Putri Marino diganjar empat piala kategori pemeran pendukung terbaik dari empat ajang penghargaan di tahun 2022. Tidak cukup sekadar menggebrak layar lebar, Putri masuk ke ranah platform menonton digital. Beradu romansa One Night Stand bersama Jourdy Pranata; kemudian menghanyutkan emosi para penonton dengan memerankan seorang ibu yang berusaha bangkit dari keterpurukan duka atas kepergian bayi tercinta dan menghadapi akhir dari rumah tangganya di serial Layangan Putus (2021-2022). Derap berkarya Putri Marino begitu dinamis. “Momen comeback menjadi titik nol bagi saya; seolah-olah saya dilahirkan kembali sebagai pendatang baru dunia seni peran, yang tidak mengerti apa-apa, ingin belajar, dan mengeksplorasi berbagai karakter secara beragam,” ujar pemenang Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2022 itu.

Setahun silam, ketika kami berbincang perihal proses pendalaman karakternya di Losmen Bu Broto, Putri bercerita bagaimana ia untuk pertama kalinya secara ekstrem mempertahankan karakter Mbak Pur sebagai pribadinya dengan sengaja ‘mengisolasi diri’ dari dunia luar, termasuk menjaga jarak dari suami dan anak, serta segenap kru dan lawan mainnya. Barangkali method acting jadi penjelajahan barunya terhadap seni peran, saya berasumsi. “Saya tidak memandang diri saya sebagai method actor, hanya saat itu saya merasa perlu melakukannya,” Putri mengenang kembali hari-harinya menghidupkan Mbak Pur, “Dan selama kurang lebih 30 hari syuting Losmen Bu Broto, jujur saja pengalaman itu sempat cukup membuat saya khawatir akan kehilangan diri sendiri, hahaha. Meski tidak benar-benar hilang, tapi di situ saya menyadari pentingnya memberi batas antara pribadi dan peran.”

fashion Stella Rissa, jewellery Bulgari Serpenti.

Kali terakhir perbincangan kami itu, Putri turut menuturkan ambisinya untuk mengasah seni peran yang kian beragam. Ia kemudian menjajal ranah laga drama-komedi. Bermain sebagai polisi dan berkomplot dengan kelompok mantan pembunuh bayaran di The Big 4 garapan sutradara Timo Tjahjanto, atribut drama yang mengemas sosok Putri Marino berhasil ia lunturkan. Candaan satir dibalut gestur awkward plus ekspresi datarnya menyuguhkan dry humor yang menyulut tawa penonton. “Saya sebetulnya suka bermain drama. Genre drama sifatnya sangat luas dan diverse, aspek kekayaan itu yang selalu berusaha saya eksplor lewat genre dan peran.  Sebab, sebagai aktor, saya harus bertumbuh menjadi seorang pemeran yang fleksibel,” ujarnya.

Tahun ini, Putri akan tampil bersama Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu dan Arya Saloka dalam serial drama sejarah Gadis Kretek produksi Netflix. Kamila Andini dan ifa Ifansyah duduk di bangku sutradaranya. Ceritanya mengisahkan peran perempuan membesarkan industri kretek di Indonesia pada era 1960-an. Putri melakoni anak dari seorang perempuan visioner yang pandai meracik saus kretek pada masanya. “Terlibat dalam proyek Gadis Kretek membukakan sudut pandang saya tentang perempuan dan kretek, dan betapa dekatnya hubungan keduanya. Anda tahu tidak bahwa dahulu peracik saus kretek itu perempuan, yang melinting jadi rokok juga perempuan. Malah pada masanya beberapa pabrik kretek dipimpin oleh perempuan. Saya tidak tahu apa yang terjadi hingga kini rokok lebih menyimbolkan kejantanan dan kerap memberikan sentimen negatif bagi perempuan di mata publik,” Putri membuka diskusi. Ia sadar sepenuhnya bilamana merokok memiliki dampak bagi kesehatan, pun ia tidak sedang menghalalkan atau menganjurkan agar semua orang merokok. Ia juga tidak mempersoalkan opini publik yang bersebrangan dengan pandangannya. Ia hanya berpendapat bahwasanyahubungan antara perempuan dan rokok sudah terjalin sejak lama, dan bukan sebuah keanehan. “Terkadang saya merasa tertampar menjadi bagian generasi sekarang; kok, sepertinya kita mudah menghakimi perempuan untuk segala hal. Sebenarnya kondisi ini mungkin bukan hal baru, kelanjutan dari masa lampau. Tetapi seharusnya dengan semakin maju dunia ini bergerak, idealnya begitu juga pola pikir kita sebagai manusia,” ujarnya.

Tawaran peran anak Gadis Kretek dibawa kepada Putri melalui produser Shanty Harmayn. Ia bercerita kalau sang produser terlebih dulu meminta ia membaca novelnya, alih-alih langsung menyodorkan naskah. “Selesai baca buku, saya langsung mengiakan tawaran mbak Shanty tanpa mengetahui alur skrip. Apalagi mengetahui serial ini ditangani Kamila Andini dan Ifa Ifansyah. Saya sangat mengagumi karya-karya mereka,” ungkapnya.

fashion Peggy Hartanto, jewellery Bulgari Serpenti.

Di tengah menanti perilisan Gadis Kretek pada 2 November mendatang, aktris berdarah Bali-Italia ini juga telah merampungkan proyek film Kabut Berduri di mana ia kembali bekerja sama dengan Edwin, sutradara film Posesif yang menaungi debut akting Putri. “Selain syutingnya yang berlokasi di Kalimantan, saya tidak bisa memberi tahu Anda tentang film ini, setidaknya tidak secara tertulis,” kata Putri meringis. Namun ia memberi tahu perihal keterlibatannya di film adaptasi novel The Architecture of Love karya Ika Natassa. “Bulan November nanti, saya akan berangkat ke New York untuk memulai produksinya,” ungkapnya, bersamaan dengan hadirnya Suri menarik sebelah tangannya. Putri menoleh seraya menggendong dan mengelus punggungnya. “Sebentar lagi, ya, mama masih meeting dulu, boleh?” ia berkata pada Suri yang lalu mengangguk.

Melihat interaksi ibu dan anak itu mengingatkan saya pada serial televisi populer di awal era 2000-an, Gilmore Girls. Putri seolah-olah tidak menjaga jarak dengan anaknya. Ia bicara secara terbuka, lugas, dan gamblang. “Dia terlihat lelah, mungkin kita selesaikan saja hari ini?” saya berujar. Kami memutuskan untuk mengakhiri hari itu. Tapi sebelum pergi, Putri menjabarkan tentang bagaimana ia menjalin hubungan dengan Suri. “Kepada Suri, saya selalu berusaha untuk bersikap transparan dalam segala hal. Setiap pertanyaannya, bahkan yang ajaib untuk ditanyakan di usianya, akan saya jawab apa adanya dan mencoba membuatnya mengerti—walau barangkali ia tidak lantas segera memahaminya. Tapi saya ingin membiasakan bicara terbuka kepadanya sejak kecil. Dengan begitu, saya harap, ia juga akan menjadi terbuka kepada orangtua nantinya. Sebab, ia tahu bahwa ia bisa bicara apa pun dengan saya,” tutup Putri.