16 Mei 2025
Kiprah Diane von Fürstenberg Menggaungkan Pemberdaan Perempuan Lewat 'Wrap Dress'

photo GETTY IMAGES, LAUNCHMETRICS/SPOTLIGH
Ketika memikirkan tentang revolusi mode perempuan, ada sebuah nama yang kerap muncul dalam benak kebanyakan orang berkat jasanya membebaskan perempuan dari kungkungan korset. Meski jasanya dinilai begitu berharga dalam sejarah mode kontemporer, nyatanya ada begitu banyak nama desainer perempuan lain yang patut dikenang dalam memajukan peran perempuan. Salah seorang di antaranya, ialah Diane von Fürstenberg. Diane von Fürstenberg atau DVF—sebagaimana ia kerap disebut—dikenal lewat kreasi wrap dress miliknya yang ia luncurkan pada tahun 1974, bertepatan dengan sebuah era di mana kebebasan perempuan tengah diperjuangkan dan saat di mana perempuan mulai dipertimbangkan dengan serius di dunia kerja. Gaun rancangannya memperbolehkan para perempuan untuk tampil cantik dan feminin, namun tetap profesional di kantor. Kini, 51 tahun sejak penciptaannya, kreasi istimewa ini masih memancarkan pesonanya yang tak kian luntur. Selama lima dekade pula, sang desainer di balik label besar ini menunjukkan komitmennya dalam memberdayakan perempuan lewat karya-karyanya.
Kampanye iklan Diane von Fürstenberg yang menampilkan sang desainer dalam balutan wrap dress khasnya.
Masa Kecil Diane von Fürstenberg
Diane von Fürstenberg terlahir sebagai Diane Simone Michele Halfin pada tahun 1946 di Brussel, Belgium. Kedua orangtua Diane berdarah Yahudi. Sang ayah, Leon (Lipa) Halfin merupakan laki-laki kelahiran Bessarabia, yang bermigrasi ke Belgia pada tahun 1929 dari Chişinău, Kerajaan Rumania (kini dikenal sebagai Moldova) dan kemudian mencari perlindungan dari Nazi di Swiss. Sementara sang ibu, Liliane Nahmias yang kemudian dikenal sebagai Lily Halfin setelah menikah, merupakan seorang perempuan kelahiran Yunani, dari Thessaloniki, yang juga merupakan seorang penyintas Holokaus.
Pada tahun 1944—dua tahun sebelum ia melahirkan Diane—Lily ditangkap karena menjadi bagian dari gerakan perlawanan di Brussel dan dibawa ke kamp konsentrasi. Ia dibawa ke Auschwitz, yang mana ditempuh selama empat sampai lima hari lewat perjalanan darat, tanpa cahaya, air, dan makanan. Setibanya di Auschwitz, Lily mencoba mengikuti seorang teman yang berbelok ke kanan di percabangan barisan, tetapi seorang prajurit—yang kemudian mereka kenali sebagai Josef Goebbels—mencambuknya dan memaksanya untuk masuk ke barisan kiri.
Lily menatapnya dengan penuh kebencian. Ia baru kemudian menyadari bahwa laki-laki tersebut telah menyelamatkan hidupnya, sebab hidup orang-orang yang berada di barisan kanan berakhir di kamar gas. Lily kemudian dipindahkan ke Ravensbrück, di mana ia dibebaskan 18 bulan sebelum kelahiran Diane. Dengan tubuh hanya seberat 44 pon (kurang dari 20 kg), Lily diberi tahu oleh dokter bahwa ia tidak memiliki peluang untuk memiliki anak; ia bisa meninggal saat melahirkan dan bayinya tidak akan terlahir normal. Pengalaman-pengalaman sulit yang dihadapi ibu Diane menjadikannya begitu penting dalam hidup sang desainer; di mana ia membesarkan sang putri untuk tidak pernah merasa takut pada apapun.
Diane kecil bersama kedua orangtuanya, Lily dan Leon (1951).
Awal Kelahiran Diane von Fürstenberg—Sang Desainer
Diane tumbuh besar di sebuah sekolah asrama di Oxfordshire, Inggris. Ia kemudian mengenyam pendidikan di Compultense University of Madrid sebelum pindah ke University of Geneva untuk belajar ekonomi. Ia kemudian bertemu dengan calon suaminya, Pangeran Edouard Egon von Fürstenberg pada tahun 1965, ketika mereka sama-sama berusia 18 tahun, di sebuah pesta ulang tahun di Lausanne, Swiss, saat keduanya mengenyam pendidikan di University of Geneva. Keduanya berasal dari dua latar belakang yang betul-betul berbeda—Diane merupakan putri seorang penyintas Holokaus, sementara Egon adalah putra seorang pangeran Jerman dan merupakan anggota keluarga Fiat.
Keduanya sempat berpisah untuk waktu yang relatif pendek ketika Diane memutuskan untuk pindah ke Paris dan menjadi asisten agen fotografer dan pembuat film, Albert Koski. Pada tahun 1969, saat Diane pergi ke Italia untuk magang dengan produsen tekstil, Angelo Ferretti, Egon melamarnya. Awalnya, Diane tak terlalu menganggap serius lamaran tersebut sampai mendapati dirinya hamil. Meski demikian, Diane tidak melihat pernikahan sebagai opsi satu-satunya dalam kondisi tersebut. Ia bahkan sempat mempertimbangkan untuk menggugurkan kandungannya sebelum keputusan tersebut ditolak oleh Egon. Diane pun menikahi Egon ketika dirinya tengah hamil tiga bulan dengan putra mereka, Pangeran Alexander von Fürstenberg. Ayah Egon, yang mendapat tekanan dari keluarga besar yang tidak menyetujui Egon menikahi seorang perempuan Yahudi, tidak menghadiri resepsi pernikahan mereka.
Pernikahannya dengan Egon mendorong Diane untuk mulai merancang busana perempuan. Ia tak ingin hanya menjadi seorang istri pangeran ataupun seorang sosialita, ia ingin memiliki sebuah karier. Meski pernikahannya tak berlangsung lama—Diane dan Egon berpisah pada tahun 1973—ia mengkredit Egon sebagai katalis kesuksesan bisnisnya; di mana ia tak hanya memberikan nama belakangnya yang begitu tersohor, namun juga membukakan begitu banyak pintu peluang dan koneksi. Egon pula lah yang memperkenalkan Diane kepada Diana Vreeland, seorang jurnalis mode dan editor in-chief majalah Vogue saat itu. Persahabatannya dengan Diana Vreeland mendorong Diane untuk memamerkan desain-desainnya kepada khalayak dan, pada tahun 1970, ia mempersembahkan koleksi pertamanya di Gotham Hotel di kota New York.
Reputasi Solid
Pada tahun 1974, nama Diane von Fürstenberg pun tercatat dalam sejarah mode kontemporer dunia ketika ia mempersembahkan kreasi wrap dress miliknya kepada dunia. Wrap dress yang terbuat dari materi jersey rajut ini menjadi begitu ikonis dalam sejarah mode perempuan dan menjadi simbol pemberdayaan perempuan. Meski wrap dress seperti yang kita kenal saat ini dianggap klasik dan telah menjadi andalan banyak perempuan bekerja, saat Diane pertama kali memperkenalkan rancangannya tersebut, gaun ini dianggap begitu revolusioner. Biarpun gaun bergaya lilit, yang terinspirasi dari pakaian lilit Asia awal dan kardigan lilit para penari, sudah ada sebelum kreasi Diane von Fürstenberg, rancangannya menjadi fenomena karena menangkap semangat masa itu, ketika budaya Amerika sedang dibentuk dengan cepat oleh gerakan-gerakan seperti pembebasan perempuan dan revolusi seksual.
Terbuat dari kain jersey sutra elastis dengan garis leher berbentuk V, pinggang berikat, dan rok yang panjangnya tepat di bawah lutut, wrap dress rancangan Diane von Fürstenberg terasa nyaman, ringan, dan menarik secara universal—sangat kontras dengan pakaian ketat dan setelan maskulin yang sering diharapkan dari para perempuan di dunia kerja. Tersedia dalam berbagai motif yang seru dan menarik, mulai dari motif flora nan feminin, macan tutul yang berani, hingga pola geometris yang berwarna-warni, gaun jersey ini menyoroti dualitas peran perempuan: seru namun praktis, office-appropriate namun tetap seksi.
Meskipun von Fürstenberg sudah menyukai kain jersey sutra dan motif yang ceria sejak memulai label eponimnya pada tahun 1970, ia terinspirasi untuk menciptakan wrap dress miliknya setelah melihat Julie Nixon Eisenhower mengenakan blus wraparound Diane von Fürstenberg yang serasi dengan setelan rok berbahan jersey bermotif sama untuk tampil di TV. Dengan membuat satu potong busana yang stylishdan mudah dikenakan perempuan untuk bekerja dan beraktivitas, Diane von Fürstenberg menyederhanakan proses persiapan para perempuan setiap pagi tanpa mengorbankan gaya maupun kenyamanan. Harganya yang cukup terjangkau (dijual seharga 80 USD saat pertama kali diluncurkan pada tahun 1974) membantu menjadikannya memperoleh status ‘seragam’ yang serbaguna dan berani untuk perempuan modern nan dinamis, di mana mereka dapat mengenakan wrap dress rancangan Diane von Fürstenberg untuk pergi ke kantor, lalu tetap mengenakannya saat bersosialisasi setelah pulang kerja.
Ketika Diane pertama kali memperkenalkan wrap dress miliknya dalam iklan satu halaman penuh yang menampilkan dirinya mengenakan pakaian tersebut di Women’s Wear Daily pada tahun 1974, ia menyertakan kalimat: “Feel like a woman, wear a dress!” Pesan tersebut bergaung dengan begitu jelas: menjadi perempuan yang berdaya bukan berarti harus menghindar dari feminitas atau daya tarik seks, tetapi tentang mendefinisikan diri Anda sebagai perempuan yang Anda inginkan untuk diri Anda sendiri, dengan cara Anda sendiri. Memang, bagi banyak orang, daya tarik wrap dress Diane von Fürstenberg, baik dahulu maupun sekarang, terletak pada semangat perempuan Diane von Fürstenberg, yang dapat dengan berani memancarkan kemandirian dan kemewahan, layaknya sang desainer sendiri, yang sama senangnya berpesta di Studio 54 namun juga bersemangat memimpin perusahaannya sendiri atau melakukan pekerjaan filantropis.
Pendekatan Diane pada kehidupan dan gaya pun beresonansi dengan begitu banyak perempuan. Satu tahun sejak peluncuran perdana kreasi wrap dress miliknya, Diane telah memproduksi 25.000 helai gaun tiap minggunya. Pada tahun 1976, ia telah menjual satu juta wrap dress dan muncul di sampul Newsweek, menjadikannya salah satu desainer perempuan pertama yang meraih kesuksesan komersial dalam skala ini. Pengaruh besar wrap dress Diane von Fürstenberg pun bertahan lama hingga hari ini. Rasanya tak mengherankan untuk melihatnya membungkus tubuh perempuanperempuan paling sukses di dunia seperti Michelle Obama, Kate Middleton, Madonna, hingga Oprah Winfrey yang mengaku menabung untuk membeli sehelai wrap dress Diane von Fürstenberg ketika masih menjadi seorang reporter muda.
51 tahun sejak penciptaannya, kreasi istimewa ini terus beresonansi dengan hidup para perempuan—dan menjadi begitu penting sekarang dengan semakin banyaknya kemajuan dan hak-hak perempuan yang diperjuangkan. Kini, di usianya yang telah menginjak 78 tahun, sang desainer tak melihat pekerjaannya kunjung usai. Ia masih bersemangat untuk menginspirasi perempuan lain untuk menjadi sosok perempuan yang mereka ingingkan.