BEAUTY

22 Agustus 2022

Pentingnya Memahami Microbiome Kulit Diri Sendiri untuk Menjaga Kesehatannya


PHOTOGRAPHY BY Photo by Getty Images

Pentingnya Memahami Microbiome Kulit Diri Sendiri untuk Menjaga Kesehatannya

Beauty is (not) only skin-deep. Bayangkan, betapa banyak yang sebenarnya bisa diceritakan ketika kita menyelami permukaan kulit. Menurut buku The Beauty of Dirty Skin karangan ahli dermatologi Whitney Bowe, MD, kulit bahkan dinyatakan sebagai cerminan kesehatan kita secara keseluruhan. Adanya tekanan pada tubuh serta pikiran rentan mengakibatkan problem kulit, dan begitu pula sebaliknya. Dr. Bowe mengutarakan bahwa fenomena di mana kulit, mental, dan tubuh Anda saling terkoneksi satu sama lain disebut sebagai gut-brain-skin axis. Sama dengan tubuh kita yang memiliki banyak bakteri dalam sistem pencernaan, kulit sebagai organ terbesar juga sebetulnya merupakan rumah bagi triliunan variasi bakteri, jamur, serta virus yang disebut ekosistem mikrob. Eksistensinya memiliki pengaruh tersendiri terhadap kecantikan dan kesehatan kulit.

“Mikrob pada kulit manusia dapat dibagi menjadi mikrob komensal dan patogen. Mikrob komensal pada kulit sejatinya tidak merugikan, bahkan bermanfaat untuk kesehatannya. Sedangkan, mikrob patogen adalah istilah mikrob yang tidak ditemukan secara normal berkolonisasi di kulit dan dapat menyebabkan kelainan pada kulit,” jelas dr. Artini Wijayanti Islami, Sp.KK., saat diwawancarai ELLE soal ini. Mikrob komensal pada kulit ternyata berperan penting sebagai barrier biologis kulit terhadap patogen. Misinya melawan invasi mikrob patogen yang masuk ke kulit dengan bersaing secara koloni antara mikrob komensal dan patogen. Selain itu, mikrob komensal akan merangsang sel-sel kulit untuk meningkatkan respons imunitas guna melawan mikrob patogen tersebut. Metabolit dari mikrob baik ini juga menghasilkan berbagai antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan kulit! “Selain bakteri, pada kulit bisa terdapat jamur komensal seperti contohnya malassezia. Dalam koloni yang seimbang, mikrob ini tidak merugikan kesehatan kulit. Namun jika kolonisasinya bertambah secara abnormal karena kebersihan kulit yang buruk, bisa saja mikrob komensal yang seharusnya memiliki hubungan mutualisme dengan kulit ini malah akan menimbulkan kelainan kulit. Maka dari itu, penting untuk memelihara kebersihan kulit sehingga keseimbangan microbiome-nya juga akan terjaga,” lanjut dr. Artini.

Ketahui Microbiome Anda

Keseluruhan ekosistem mikroorganisme yang terdiri dari bakteri, jamur, termasuk virus serta arkea yang berada di kulit ini untuk selanjutnya akan kita sebut dengan microbiome. Dr. Bowe pun sempat mengatakan pada situsnya, bahwa peran microbiome sangat esensial untuk kecantikan dan kesehatan kulit. Beberapa aspek yang turut mempengaruhi keseimbangan microbiome yaitu sistem imunitas, tingkat stres, iklim, pola hidup, dan asupan nutrisi termasuk konsumsi obat-obatan seperti antibiotik. Jurnal Public Library of Science yang dipublikasikan di tahun 2019 menuliskan bahwa kualitas tidur seseorang pun dapat berpengaruh pada microbiome tubuh, vice versa. “Dilema seperti jerawat dan semacamnya pun bisa dipicu karena komposisi kosmetik yang Anda gunakan mengganggu keseimbangan microbiome kulit,” tutur Sharlini Eriza Putri selaku co-founder dan CEO Nusantics, perusahaan bioteknologi yang aktif mengadakan riset dengan fokus ke microbiome dan atributnya.

Jika tak mau kulit Anda dan microbiome-nya bermasalah, tentunya berhati-hatilah dalam memilih skincare. Jangan membeli apalagi mengenakan skincare hanya karena saran teman-teman. Profil microbiome yang berbeda-beda antara individu membuat kebutuhan kulit Anda belum tentu sama dengan orang lain. Singkatnya, apa yang bagus di kulit mereka belum tentu cocok buat Anda. “Misalnya saja seseorang belum mengetahui kalau kulitnya ternyata didominasi oleh jamur sehingga minim bakteri, lalu kebetulan ia mencoba sabun terkenal yang sifatnya antibacterial. Akibatnya, bakterinya bisa tergerus jadi semakin sedikit dan memperparah ketidakseimbangan microbiome hingga muncul permasalahan kulit! Padahal, kebutuhan wajah sebenarnya bakal tergantung pula dari perbandingan bakteri dan jamur yang tinggal di kulit kita,” terang Sharlini.

Bila ingin mengetahui rasio jamur dan bakteri pada kulit, Anda bisa mendeteksinya melalui metode Biome Scan yang dapat membantu menganalisis profil microbiome kulit. Bila bakteri dan jamurnya berimbang, maka microbiome Anda bisa dikatakan sehat. Jika belum, Biome Scan akan memberikan solusi dan rekomendasi sesuai kebutuhan. Menurut Nusantics, beberapa faktor lain yang berpengaruh pada kesehatan kulit seperti misalnya hidrasi, eritema (kemerahan), dan sebum pun dapat dicek secara simultan. Berdasarkan riset yang telah dirilis oleh Nusantics sejauh ini, rasio ideal antara bakteri dan jamur pada microbiome kulit yakni 70:30 atau 60:40. “Jika angkanya jauh dari itu atau malah dipenuhi virus, kemungkinan kasus tersebut akan memerlukan pengawasan dermatolog. Dengan memahami microbiome, kebutuhan kulit Anda yang sesungguhnya akan terungkap. Anda bisa memilih perawatan sesuai kebutuhan serta mencapai skin goals secara lebih tepat,” ujar Sharlini. 

Keseimbangan Jadi Hal Paling Penting

Berbagai problem kulit (jerawat, eksim, psoriasis, beruntus, dan lain sebagainya) kerap dikaitkan dengan kadar microbiome kulit yang kurang seimbang. Ingin tahu bagaimana cara menyeimbangkan microbiome supaya kulit bisa terlihat lebih cantik dan sehat? Beberapa kiat berikut dapat diupayakan. 

1. Cukup minum agar kulit pun terhidrasi dengan baik.

2. Cukup tidur.

3. Memperbaiki pola makan melalui beragam menu yang sarat nutrisi seperti contohnya omega-3 dan protein nabati. Asupan makanan dari hasil fermentasi dan menu yang kaya akan sumber probiotik tak hanya menyehatkan pencernaan, tetapi juga kulit Anda.

4. Mencegah over-exfoliating terhadap kulit.

5. Rutin berolahraga.

6. Kelola stres.


Last but not least, perhatikan isi skincare Anda sehari-hari. “Hindari memakai produk-produk antiseptik atau antijamur dan semacamnya secara berlebihan, sebab hal ini dapat mengganggu keseimbangan microbiome kulit,” imbuh dr. Artini saat ditanya tentang tips perihal menjaga keseimbangan microbiome. “Jika digunakan sehari-hari, pemakaian sabun yang bersifat antiseptik atau antibakteri pastinya akan mengganggu koloni bakteri komensal yang ada di kulit. Selain keseimbangan microbiome dapat terganggu, akibatnya kulit menjadi lebih sensitif. Efek samping dari aplikasi pembersih antibakteri maupun antiseptik yang ekstrem juga bisa menyebabkan kulit normal menjadi kering dan teriritasi,” pungkas dr. Artini. 

Sebagai alternatif, kini sudah semakin banyak produk dengan kandungan microbiome-friendly, prebiotik, probiotik, dan postbiotic. Formulasinya dijanjikan untuk dapat menuai khasiat dalam menyehatkan microbiome. Prebiotik sendiri bisa didefinisikan sebagai makanan yang dapat menstimulasi koloni bakteri baik. Komponen probiotik ialah bahan yang mengandung mikroorganisme hidup yang baik. Sedangkan, postbiotic yaitu hasil metabolisme mikroorganisme baik yang mengandung antioksidan serta substansi yang bermanfaat bagi kesehatan. Skincare yang mengandung komponen tersebut diyakini mampu menjaga keseimbangan microbiome di kulit sehingga sanggup membantu kesehatan kulit secara umum. Berikut beberapa produk hasil kurasi ELLE Indonesia:

Gallinée Perfume-Free Cleansing Bar



Produk dengan pH 5,6 ini kaya akan lactic acid sebagai makanan bakteri baik di kulit Anda sehingga keseimbangan alaminya senantiasa terjaga. Tanpa sabun ataupun parfum, pembersih yang bisa dikenakan pada wajah dan tubuh ini juga dipastikan sesuai bagi pemilik kulit sensitif dan aman untuk kulit bayi sekalipun.

Nusantics Biome Essence Spray Chamomile



Saat meracik skincare-nya, prioritas Nusantics adalah bahan-bahan dari alam. Logikanya, ukuran molekul yang alami lebih mudah diserap microbiome kulit. Esens yang diperkaya chamomile sebagai antiinflamasi ini berfungsi untuk meredakan kemerahan pada wajah. Produk ini tersedia di toko resmi Nusantics di e-commerce.

Lancôme Advanced Génifique Microbiome Youth Activating Concentrate



Dibekali dengan prebiotik bifidus, asam hialuronat, dan vitamin C, serum yang mengedepankan sains microbiome ini diklaim sanggup memperkuat skin barrier sehingga lebih resistan dalam melawan polusi penyebab kerusakan kulit.