BEAUTY

30 Januari 2021

Skincare Natural, Organik, dan Vegan. Berbeda?


Skincare Natural, Organik, dan Vegan. Berbeda?

Segala yang diklaim alami – mulai dari makanan hingga skincare – kini kian naik pamor sebab dipercaya mampu memberikan hasil terbaik sekaligus lebih aman bagi kesehatan. Meski akrab terdengar di telinga, apa sebenarnya perbedaan mendasar dari ketiganya? ELLE menjabarkan untuk Anda.

Semakin banyak perempuan yang mulai merasa sudah waktunya untuk mengurangi penggunaan skincare yang mengandung bahan kimia di dalamnya. Tentu sudah ada yang convert terlebih dulu secara serius karena memiliki isu khusus menyangkut kesehatan, atau bahkan karena tertarik dengan beragam prinsip baik yang dianut oleh brand yang mengklaim bahwa produk-produknya adalah natural, organik ataupun vegan.

Namun tak sedikit juga, orang yang memang tanpa alasan khusus—biasanya hanya ikut-ikutan tren—mengubah ritual kecantikannya menjadi fully natural, tanpa tahu apakah itu cocok untuk kulitnya atau tidak. Maka, ada baiknya untuk mengenal lebih jauh ragam skincare yang memang dekat dengan bahan alam ini.

Skincare dengan kandungan bahan-bahan alami ini sesungguhnya memiliki tiga kategori, yakni natural, organik dan vegan.

Natural

Natural skincare merupakan produk perawatan kulit yang terbuat dari bahan-bahan alami, seperti misalnya, biji-bijian, bunga, atau produk olahan dari hewan, seperti beeswax, gelatin, kolagen, hingga carmine. Pada umumnya, sebuah skincare bisa dinyatakan natural apabila produk tersebut mengandung sekitar 10% bahan-bahan natural di dalamnya.

Sayangnya terkadang ada saja brand yang memiliki produk dengan bahan utama yang natural, namun bahan-bahan pendamping lainnya tergolong tidak aman. Sebab itu Anda dianjurkan untuk membaca susunan ingredients pada label kemasan. Jika bahan-bahan natural berada di urutan awal, maka presentasenya cukup besar terkandung di dalam produk tersebut.

Organik

Skincare berlabel organik, biasanya diproduksi sama seperti produk natural, namun tanpa menggunakan pestisida, pupuk sintesis, tidak mengandung bahan dengan rekayasa genetik, ataupun antibiotik. Produk perawatan kulit ini juga biasanya harus memenuhi beragam syarat dan kriteria yang harus dipenuhi agar dapat memiliki sertifikasi organik dari pemerintah atau sebuah lembaga tertentu.

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah: persentase kandungan bahan organik dalam produk, persentase minimum bahan sintetis yang digunakan sebagai pengawet, proses manufaktur, hingga kandungan yang tidak terdapat di dalamnya.

Sebagai contoh, USDA Organic di Amerika yang memberikan ketetapan bahwa sebuah produk harus memiliki minimal 95% bahan organik sebelum mendapatkan sertifikasi. Jika hanya mengandung 70%-94% di dalamnya, maka hanya akan dinyatakan ‘made with organic ingredients’. Untuk merangkum dengan lebih mudah: produk organik itu sudah pasti natural, namun produk natural belum tentu organik.

Vegan

Lain halnya dengan vegan skincare. Selain menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia di alam, vegan skincare juga tidak menggunakan bahan alami yang didapatkan dari hewan – sama seperti prinsip pola makan vegan. Di dalam perawatan kulit yang berlabel vegan, Anda tidak akan menemukan kandungan beeswax, carmine, lanolin, atau gelatin.

Tapi, perlu diingat, skincare berlabel cruelty free bukan berarti vegan skincare. Produk berlabel vegan memang tidak mengandung bahan apapun yang berasal dari hewan, namun ada kemungkinan produk ini diuji coba terhadap binatang. Biasanya, Anda bisa menemukan merek perawatan kulit vegan yang tidak cruelty free apabila produknya turut dipasarkan di negara yang memang memiliki aturan bagi setiap produk kosmetik untuk melakukan tes terhadap hewan sebelum dilepas ke pasaran.