29 Mei 2019
Burkini Bukan Antitesis Bikini

Memilih baju renang memiliki sekelumit tantangannya tersendiri bagi perempuan Indonesia. Selain komentar-komentar body shaming yang kerap terdengar lumrah dilontarkan, idealisme wujud bikini body pun cenderung menjadi patokan untuk menghakimi siluet tubuh perempuan yang variatif. Alhasil, terminologi bikini body bagai memenjara kaum perempuan dalam dikotomi bentuk tubuh yang ‘layak memakai bikini’, dan yang dianggap ‘kurang sedap dipandang’ jika memakai bikini.
Spirit body positivity menegasi pandangan konservatif: bahwa bikini hanya milik perempuan-perempuan bertubuh langsing layaknya model Victoria's Secret, perempuan bertubuh kencang dan seksi, seperti gadis-gadis di halaman Sports Illustrated. Di saat supermodel plus size Ashley Graham gencar mengampanyekan body positivity dan menggandeng produsen beachwear untuk melansir bikini dalam cakupan ukuran yang luas, perempuan yang tidak memiliki perut serata papan cuci masih dianggap tidak pantas untuk mengenakan bikini ke area publik.
Tujuh dekade berlalu sejak bikini pertama kali diciptakan (pada era '30-an, ketika model baju renang two-piece yang memamerkan bagian perut atas menjadi sangat populer). Selama itu pula, perempuan masih harus terjebak dalam sejumlah perdebatan tentang apa yang boleh dikenakan saat pergi ke pantai atau melakukan aktivitas air? Groundbreaking.
Sesungguhnya, menurut saya pribadi, yang utama adalah rasa percaya diri. Memiliki tubuh besar sekali pun, penggunaan bikini akan nampak ideal bila mana dibalut dengan rasa percaya diri yang relaks – kelak menyampaikan pesan tersirat pada publik bahwa “Ini tubuh saya dan ini lah bikini body menurut saya.” Karenanya, saya kerap menantang diri untuk berhenti menghakimi bentuk tubuh sendiri (dan orang lain), serta dapat tampil nyaman dengan bentuk tubuh yang apa adanya. Owning yourself no matter what you wear, is the key.
Persoalan baju renang perempuan tidak berhenti sampai di problem larangan mengenakan bikini di wilayah-wilayah tertentu atau masalah perdebatan bikini body saja. Bagi perempuan yang menerapkan pendekatan berbusana yang sopan atau "modest" turut memiliki polemik tersendiri ketika memilih model baju renang. Seorang kawan pemakai hijab sempat bercerita betapa tidak menyenangkannya pergi ke kolam renang publik maupun pantai mengenakan baju senam, atau perpaduan legging dan kaus panjang lengkap dengan penutup kepala (yang tak kalah panjang) berbahan katun.
"Pada dasarnya, pakaian tersebut tidak diciptakan untuk berenang sehingga material yang digunakan juga tidak sesuai untuk aktivitas di air. Bayangkan, betapa tidak praktisnya berpakaian seperti itu di pantai atau di kolam renang hanya karena (ketika itu) tidak ada opsi baju renang modest untuk perempuan berhijab," jelas Indi yang terpaksa berhenti berenang hingga burkini masuk ke pasar Indonesia.
[gallery columns="2" size="full" ids="7856,7854"]
