18 September 2025
Bvlgari Gelar Pameran Kaleidos di The National Art Center Tokyo: Merayakan Kreativitas Tanpa Batas Lewat Perhiasan, Arsitektur, dan Seni Imersif

text by Palupi Sekar W.
Baru-baru ini, Bvlgari menandai babak baru perjalanannya lewat Kaleidos, sebuah pameran di Tokyo yang menjadi ode pada kreativitas tanpa batas; merangkai perhiasan, arsitektur, dan seni imersif dalam harmoni cahaya bak permainan kaleidoskop. Berlangsung dari 17 September hingga 15 Desember 2025 di The National Art Center Tokyo (NACT), pameran ini menyoroti cara label perhiasan asal Roma tersebut merayakan warisan artistik sekaligus mengeksplorasi bahasa warna yang penuh vitalitas.
Terinspirasi dari kata Yunani kalos yang berarti indah, eidos yang berarti bentuk, dan skopeo yang berarti mengamati, Kaleidos merefleksikan kekayaan visi Bvlgari dalam mengeksplorasi warna, cahaya, dan harmoni yang terus bergerak. Pameran ini dirancang bukan hanya sebagai ruang untuk menampilkan perhiasan mewah, melainkan juga sebagai pengalaman multisensori yang membangkitkan imajinasi dan emosi universal para pengunjung.
Bvlgari memperlihatkan bagaimana setiap kreasi perhiasannya merupakan perpaduan antara warisan Italia, keahlian luar biasa, dan keberanian bereksperimen. Koleksi Haute Joaillerie terbaru tampil gemilang dengan permainan batu permata berwarna cerah, ditata layaknya refleksi kaleidoskopik—simbol keragaman perspektif dan keindahan yang senantiasa berubah.
Pameran Kaleidos menghadirkan eksplorasi warna dalam tiga bab imersif. The Science of Colors menyoroti interaksi kromatik lewat karya ikonis, mulai dari gelang citrine emas-platinum bertahtakan berlian dari 1940 yang memancarkan rona keemasan Roma, bangle platinum 1954 dengan safir cabochon, ruby, dan berlian yang menonjolkan kontras merah-biru khas Bvlgari, hingga set kalung dan anting yang memadukan zamrud, amethyst, turquoise, dan berlian. Di Color Symbolism, menekankan makna budaya warna melalui perhiasan giok langka dan kalung platinum legendaris Seven Wonders (1961) dengan tujuh zamrud agung, yang pernah dikenakan oleh Monica Vitti dan Gina Lollobrigida. Sementara itu, The Power of Light mengeksplorasi peran cahaya dengan perhiasan fancy color diamonds dan mutiara, berpuncak pada sautoir emas kuning (1969) yang dapat diubah menjadi gelang dan dihiasi amethyst, turquoise, citrine, ruby, zamrud, serta berlian—ikon kaleidoskopik Maison. Finale kian lengkap dengan tas malam Serpenti (1978) dari emas tiga warna dengan tali sutra dan berlian, bukti kejayaan desain ‘Melone’ dan kepiawaian mengolah emas Bvlgari.
Gelang dari emas dan platinum dengan batu citrine dan berlian, sekitar tahun 1940. (foto oleh Matthieu Lavanchy) | Gelang dari emas dan platinum dengan batu rubi, safir dan berlian, 1954-55. (foto oleh Matthieu Lavanchy) |
Kalung dari platinum dengan batu zamrud dan berlian, 1961. (foto oleh Matthieu Lavanchy) | Detail gelang sautoir yang dapat diubah dari emas dengan batu kecubung, pirus, citrine, rubi, zamrud, dan berlian, sekitar tahun 1969. (foto oleh Matthieu Lavanchy) |
Tas malam Serpenti berwarna putih, merah, dan hijau “Air Laut” emas dengan tali sutra dan berlian, sekitar tahun 1978. (foto oleh Matthieu Lavanchy) |
Warna sebagai kekuatan emosi dan representasi dunia menjadi benang merah pameran ini, yang mempertemukan keberanian kromatik Bvlgari dengan seni rupa kontemporer. Tiga seniman perempuan—Lara Favaretto, Mariko Mori, dan Akiko Nakayama—dihadirkan untuk memperkaya dialog lintas disiplin. Favaretto menampilkan Level Five, instalasi sikat cuci mobil berputar multiwarna yang dipisahkan dari konteks industrinya hingga menjelma skulptur kinetik antara mekanis dan organik. Mori lewat Onogoro Stone III menggabungkan mitologi Jepang dengan material futuristik, menciptakan ruang kontemplatif bernuansa spiritual dan kosmik. Sementara Nakayama dengan Echo meramu air, suara, dan pigmen mineral menjadi “lukisan hidup” cair yang terus berubah, berdialog dengan sautoir-bracelet Bvlgari (1969) untuk merangkum kefanaan sekaligus daya transformatif warna.
Pameran Bvlgari Kaleidos: Colors, Cultures and Crafts di The National Art Center Tokyo, hasil kolaborasi SANAA dan Formafantasma, turut menampilkan sejumlah koleksi benda bersejarah dari Bvlgari Heritage. Sebut saja sejenis lemari pajangan yang terinspirasi dari mosaik Romawi dan ginkgo Tokyo. Ada pula karya ikonis seperti hiasan 'kuil' seringan kertas yang terbuat dari emas dan bertatahkan batu lapis lazuli, onyx, dan berlian dari tahun 1977, serta bros dengan enamel polikrom berdialog estetika Jepang. Sejalan dengan itu, Louis Vuitton turut menghadirkan perhiasan berlian LV Monogram Star, cincin platinum–rose gold bergaya Art Deco, hingga liontin unisex modern—menegaskan warisan, inovasi, dan dialog budaya melalui cahaya, warna, dan material berharga.
Sebagai wujud eksplorasi artistik yang terus berkembang, Kaleidos bukan sekadar pameran perhiasan, melainkan juga sebuah perayaan akan kekuatan imajinasi manusia. Bagi Bvlgari, perhiasan tak hanya dilihat sebagai objek indah, melainkan juga simbol kebebasan berekspresi, hubungan antarmanusia, serta kilau abadi yang mampu menginspirasi generasi demi generasi.