FASHION

20 Oktober 2025

Mengintip Sejumlah Kolaborasi Istimewa di Perhelatan Plaza Indonesia Fashion Week


PHOTOGRAPHY BY Plaza Indonesia Fashion Week

Mengintip Sejumlah Kolaborasi Istimewa di Perhelatan Plaza Indonesia Fashion Week

Dalam beberapa tahun silam, industri mode telah menyaksikan melambungnya angka proyek kolaborasi secara signifikan, mengubah cara sejumlah label mode berinteraksi dengan audiensnya dan mendefinisikan ulang batasan kreatif mereka. Mulai dari rumah mode luks yang bermitra dengan label streetwear hingga aliansi tak terduga antara perancang busana dengan seniman, musisi, atau bahkan perusahaan teknologi, kolaborasi telah menjadi strategi ampuh untuk menciptakan sensasi, memasuki pasar baru, dan menikahkan estetika yang unik. Kemitraan kreatif ini tak hanya mendorong inovasi tetapi juga mencerminkan pergeseran budaya yang lebih luas menuju inklusivitas, pengaruh lintas disiplin, dan keinginan akan pengalaman unik dan produk edisi terbatas di pasar yang semakin jenuh.

Pada perhelatan Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) silam, sejumlah koleksi kolaborasi pun ditelurkan oleh sederet desainer dan label mode. Beberapa di antaranya begitu tak terduga, ‘pasangan-pasangan’ ini terlahir berkat jasa besar Plaza Indonesia dalam mengkurasi dan menikahkan sejumlah label tersebut. Salah satu presentasi mode yang paling melukiskan kesuksesan kolaborasi lintas disiplin tersebut adalah Dear Me Beauty x Wilsen Willim. Berasal dari dua dunia berbeda––beauty dan fashion––keduanya menghadirkan karya yang bukan hanya indah dipandang mata, namun turut memiliki cerita dan makna yang mendalam. Tak hanya menjadi ajang presentasi koleksi terbaru sang desainer, koleksi ini turut memperkenalkan dua produk kosmetik kolaborasi Dear Me Beauty dengan Wilsen Willim.



Lain lagi halnya dengan koleksi kolaborasi Hian Tjen for Josephine Anni. Bertajuk Marée, koleksi yang merupakan kelanjutan dari kolaborasi sebelumnya di tahun 2023 ini terinspirasi sepenuhnya oleh dinamika laut—dari proses terbentuknya ombak hingga keindahan tekstur dan ritmenya. Eksplorasi detail seperti pleats yang menyerupai gerakan ombak, draperi mengalir layaknya arus laut, hingga structured tailoring yang mencerminkan kekuatan dan karakter tegas label tersebut menjadi kunci presentasi yang begitu dinanti ini.







Di hari ketiga perhelatan PIFW, presentasi Julianto for Iwan Tirta Private menampilkan 30 tampilan istimewa untuk perempuan dan laki-laki. Bertajuk Jagad Rasa, koleksi ini merefleksikan sebuah perjalanan batin yang berpadu dengan kekuatan estetika, di mana desain kontemporer khas Julianto diselaraskan dengan keagungan motif batik klasik Iwan Tirta. Palet warna klasik batik seperti cokelat sogan, hitam, emas, dan putih pun diadopsi, sementara motif batik tradisional ditransformasikan Julianto ke dalam siluet yang modern dan penuh keanggunan.


Masih di hari yang sama, label busana 3MONGKIS bergabung dengan Rama Dauhan untuk menelurkan koleksi 3MONGKIS in collaboration with Rama Dauhan. Bertajuk Measured Lines dan berakar pada desain fungsional, koleksi ini terinspirasi dari arsip pribadi desainer Rama Dauhan—foto-foto vintage sang ibu dalam seragam Menwa. Sosoknya yang tenang, disiplin, dan meyakinkan menjadi benang merah emosional dari kolaborasi ini. Menggemakan warisan utilitarian mode masa perang—ketika siluet disederhanakan dan pakaian mengutamakan ketahanan daripada kemewahan—koleksi ini menafsirkan ulang sejarah tersebut melalui sudut pandang personal, menghubungkan masa lalu dengan visi masa kini yang membumi.





Perhelatan PIFW hari keenam dibuka dengan persembahan charity show yang digawangi oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Carys Cares, Alleira Batik, dan Kebun Raya Bogor. Menyoroti keunikan Rafflesia Arnoldii yang merupakan salah satu ikon flora Kebun Raya Bogor, desain motif batik yang dipersembahkan dalam koleksi tersebut berasal dari karya lukisan anak-anak difabel binaan Yayasan Carys Cares yang kemudian diaplikasikan menjadi busana batik kontemporer. Hadir dalam berbagai pilihan busana dan aksesori untuk perempuan, laki-laki, dan anak-anak, koleksi ini memadukan warna lembut dan berani seperti lembayung dan hijau toska; menghadirkan harmoni yang memikat.


Di hari yang sama, Love and Flair meluncurkan koleksi terbarunya yang berkolaborasi dengan Between Seasons, Enigmanifesto, LENE, M by Mischa, Poshture, dan Emily Jaury sebagai muse dari koleksi tersebut. Bertajuk For Keeps, koleksi ini khusus dirancang untuk acara-acara penting dalam hidup dan menawarkan sederet gaun-gaun elegan yang menyapu lantai, setelan serasi, dan potongan pakaian yang anggun dan mudah dikenakan sepanjang hari hingga malam. Mengusung siluet-siluet yang modern namun tak lekang oleh waktu, garis rancang yang feminin diperkaya dengan permainan tekstur nan kaya serta detail-detail cermat yang begitu diperhatikan.


Lain lagi halnya dengan koleksi kolaborasi bateeq dengan actor dan figur publik, Ferry Salim. Bertajuk Langit Rawates, koleksi ini memadukan unsur desain yang menyatukan ragam budaya, usia, dan gaya hidup melalui motif batik klasik seperti Mega Mendung, Parang, dan Kawung dalam palet warna netral dan rona bumi. Sentuhan personal turut dihadirkan keduanya lewat ilustrasi ‘pot’ simbol ruang yang merangkul keberagaman.


Perhelatan PIFW hari ketujuh disemarakkan oleh presentasi mode persemabahan Cita Tenun Indonesia (CTI). Tak hanya berkolaborasi dengan satu orang desainer atau label, CTI berkolaborasi dengan tiga label mode sekaligus. Mengangkat tema Modulus, sebuah istilah yang melintasi berbagai disiplin ilmu—dari material, musik, hingga matematika— yang senantiasa berkaitan dengan kelenturan, sistem pengukuran, atau satuan dasar penyusun struktur. Dalam konteks ini, CTI mengartikannya sebagai cara para desainer menafsirkan ulang tenun, bukan sebagai objek beku tradisi, melainkan sebagai sistem terbuka yang lentur dan memiliki kapasitas untuk bertransformasi tanpa kehilangan resonansi asalnya.


Dibagi menjadi tiga babak, Modulus pertama menyuguhkan interprestasi Jeffry Tan pada kain Tenun Sobi Wajo dari Sulawesi Selatan dan Tenun Sobi Muna dari Sulawesi Tenggara. Sementara itu, pada babak kedua, rumah mode DIBBA yang dirancang oleh Faisal Shah, unjuk gigi dengan menggabungkan Tenun Garut dari Jawa Barat dengan Tenun Lurik dari Jawa Tengah. Terakhir, IKYK yang terkenal dengan busana ready-to-wear dengan siluet oversize, mempersembahkan rancangannya yang menggabungkan Tenun Sumba dengan Tenun Sambas.


Di penghujung perhelatan PIFW di hari kedelapan, Adrie Basuki mempersembahkan koleksi terbarunya bertajuk Benang Jiwa, sebuah karya yang lahir dari kolaborasi istimewanya dengan aktris sekaligus kreator Prisia Nasution, serta label Batik Sadabhumi. Mengangkat isu kesehatan mental, koleksi ini menampilkan 25 tampilan busana laki-laki dan perempuan, dengan konsep desain modern berbalut sentuhan tradisional. Potongan kain tumpuk, detail macramé, bordir, serta siluet yang ramah pada bentuk tubuh memperkaya deretan busana berestetika khas Adrie Basuki.