4 Maret 2025

Bagaimana Jika Kehidupan Mengantarkan Anda Pada Jalan Pernikahan Kedua?


Bagaimana Jika Kehidupan Mengantarkan Anda Pada Jalan Pernikahan Kedua?

Text by Hermawan Kurnianto (Chelsea (Persona Management) & Lucas (Amor Model) photography by Ifan Hartanto for ELLE Bride Indonesia 2023; styling Ismelya Muntu)

Sekali seumur hidup. Inilah yang seringkali terngiang-ngiang di kepala kita saat merencanakan pernikahan. Sebuah peristiwa yang teramat istimewa dan monumental. Membuat kita benarbenar ingin merayakannya dengan segenap daya upaya agar menjadi sesuatu yang pantas dikenang selama hayat masih dikandung badan.

Kehidupan pernikahan pun berjalan seiring waktu bergulir. Banyak hal terjadi antara Anda dan pasangan. Pada satu titik, perjalanan Anda harus terhenti karena ada rintangan besar yang menghadang, yaitu perceraian atau Anda ditinggal pergi oleh pasangan untuk selamanya. Dari titik perhentian ini, seberat apa pun, perjalanan hidup tetap harus dilanjutkan. Lalu, bagaimana kalau Anda harus menghadapi kenyataan akan kembali menjalani kehidupan pernikahan setelah yang sebelumnya kandas di tengah jalan? 

Kini, rute yang tersedia ada dua. Pilihan pertama adalah rute “Sekali Seumur Hidup” seperti semula. Anda memang hanya ingin menikah sekali saja di sepanjang hidup. Tidak ada opsi untuk yang kedua kali. Perpisahan karena perceraian atau ditinggal pergi menjadi hal yang sangat menyakitkan dan traumatis. Anda lebih memilih untuk hidup tanpa memiliki pasangan daripada mengemban kemungkinan pikiran dan perasaan akan kembali dibuat porak-poranda.

Pilihan kedua adalah rute “Dua Kali Seumur Hidup”. Untuk rute ini, Anda bersedia menempuh kesempatan kedua dengan berbagai kemungkinan dan risiko yang menyertainya. Bagi Anda, menjalani pernikahan kedua dengan orang yang baru, memiliki potensi untuk menghadirkan lembaran kehidupan baru yang lebih baik dan bahagia dibandingkan pernikahan pertama. Anda menjadikannya sebagai sarana untuk move on dari kepedihan dan kesedihan. Anda ingin menekan tombol reset dan bangkit dari keterpurukan.

Kalau memang Anda memilih untuk menjejakkan kaki di rute “Dua Kali Seumur Hidup”, berikut hal-hal yang perlu Anda ketahui dan pertimbangkan.

Chelsea (Persona Management) & Lucas (Amor Model) photography by Ifan Hartanto for ELLE Bride Indonesia 2023; styling Ismelya Muntu.

HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI SEBELUM AMBIL KEPUTUSAN

Umumnya, pasangan yang mengakhiri pernikahan mereka dipicu oleh tidak adanya lagi kecocokan dan kebahagiaan dalam menjalani hubungan. Meski pasangan yang bercerai ini masing-masing tidak lagi memiliki harapan, bukan berarti mereka juga tidak lagi percaya terhadap institusi pernikahan.

Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat, ditemukan bahwa hampir 80% dari mereka yang bercerai akan menikah lagi. Secara rata-rata, mereka akan kembali menjalani kehidupan sebagai suami-istri dalam waktu di bawah 4 tahun setelah bercerai. Mereka yang berusia lebih muda cenderung untuk lebih cepat menikah lagi ketimbang mereka yang berusia lebih tua. Bagi perempuan, lebih dari setengahnya menikah lagi dalam waktu kurang dari 5 tahun, 75% menikah lagi setelah perceraian dalam waktu 10 tahun.

Dalam sebuah edisi Journal of Family Issues tahun 2003, dinyatakan bahwa orang-orang memiliki kecenderungan untuk menikah lagi karena mereka merasa tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam pernikahan sebelumnya. Secara umum, mereka cenderung meyakini bahwa perilaku pasangan merekalah yang memicu perceraian, dan tidak mengakui bahwa mereka juga memiliki andil dalam perceraian. Oleh karena itu, mereka tetap merasa optimis bahwa pernikahan berikutnya akan membuahkan hasil yang lebih baik.

Chelsea (Persona Management) & Lucas (Amor Model) photography by Ifan Hartanto for ELLE Bride Indonesia 2023; styling Ismelya Muntu.

Ada banyak faktor yang memengaruhi keinginan untuk menikah lagi setelah perceraian. Berdasarkan sebuah sensus yang diadakan di Amerika Serikat pada 2006, laki-laki lebih banyak yang menikah lagi dibandingkan perempuan. Usia juga menjadi salah satu faktor; Perempuan yang berusia di atas 25 tahun pada saat bercerai memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk menikah lagi ketimbang mereka yang lebih muda ketika terjadi perceraian. Kehidupan rumah tangga sebelumnya yang menghasilkan buah hati juga diasosiasikan dengan tingkat pernikahan kedua yang lebih tinggi, baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Secara keseluruhan, menikah lagi dihubungkan dengan tingkat sosial ekonomi dan kepuasan akan hidup yang lebih baik. Mereka yang kembali menikah cenderung lebih mampu bangkit dari keterpurukan akibat perceraian dan memiliki evaluasi positif terhadap kehidupan dibandingkan mereka yang memilih untuk tetap melajang.

Menurut jurnal Family Relations yang dipublikasikan pada 1994, pernikahan kedua  umumnya berjalan lebih baik dibandingkan yang pertama. Untuk pasangan yang salah satunya menikah untuk kedua kalinya, terdapat 31% risiko perceraian, dibandingkan dengan 45% risiko perceraian pada pasangan yang keduanya baru menikah untuk pertama kalinya. Meski demikian, pernikahan kedua tidak selalu lebih baik dibandingkan yang pertama. Data lainnya dari National Survey of Family Growth pada 2002 menyebutkan bahwa perempuan yang memasuki kehidupan pernikahan kedua tanpa anak memiliki kecenderungan lebih besar untuk mempertahankan pernikahan.

Devita Ravani (Balitar) photography by Hendra Kusuma for ELLE Bride Indonesia 2023; styling Sidky Muhamadsyah.

Perihal perpisahan terjadi karena ada salah satu pihak yang pergi untuk selamanya, ada perbedaan pada laki-laki dan perempuan. Menurut Journal of Family and Marriage tahun 2004, 1,5 tahun setelah wafatnya pasangan, 15% duda dan 37% janda berusia 65 tahun ke atas memiliki minat untuk kembali menjalin hubungan.

Dalam Dating and Remarriage Over the First Two Years of Widowhood (1996), disebutkan bahwa dalam kurun waktu 2 tahun setelah menduda dan menjanda, laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk Kembali menjalin hubungan dengan orang yang baru setelah kehilangan pasangan, yaitu lebih dari 60% dibandingkan dengan kurang dari 20% perempuan. Davidson dalam bukunya Gender Differences in New Partnership Choices and Constraints for Older Widows and Widowers (2002) menjelaskan 3 kondisi utama yang memengaruhi kecenderungan untuk kembali menjalin hubungan setelah menduda dan menjanda: ketersediaan pasangan, layaknya sebuah hubungan, dan keinginan untuk berada dalam keterikatan hubungan.

Chelsea (Persona Management) & Lucas (Amor Model) photography by Ifan Hartanto for ELLE Bride Indonesia 2023; styling Ismelya Muntu.

APA YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN?

Setelah Anda menyimak fakta-fakta di atas, boleh jadi akan mengubah cara pandang Anda terhadap pernikahan kedua. Bagi Anda yang memiliki keinginan menikah untuk kedua kalinya, berikut adalah hal-hal yang dapat semakin meyakinkan dan menguatkan bahwa pernikahan kedua akan lebih membahagiakan dibandingkan yang pertama. 

Anda tidak mencari pasangan yang sempurna

Anda tidak membutuhkan seseorang yang sempurna luar dalam. Anda membutuhkan sosok pasangan yang dapat memahami, memuji, dan mengapresiasi Anda. 

Anda sudah lebih bijak menyikapi pernikahan kedua

Menghadapi pernikahan kedua, kini Anda sudah lebih bijak dan cerdas. Anda telah memahami seluk-beluk kehidupan pernikahan. Anda juga sudah mengantisipasi berbagai masalah dan perbedaan yang akan timbul.

Chelsea (Persona Management) & Lucas (Amor Model) photography by Ifan Hartanto for ELLE Bride Indonesia 2023; styling Ismelya Muntu.

Anda bersikap lebih praktis

Dengan pernikahan kedua, Anda bersikap lebih praktis dan bisa lebih menerima kenyataan yang terjadi. Anda tidak lagi memiliki ekspektasi yang kelewat tinggi. Anda hanya ingin bersama seseorang yang benar-benar mengerti dan mencintai Anda sepenuhnya. 

Pasangan bisa saling memahami lebih baik

Di pernikahan kedua, Anda dan pasangan saling melihat satu sama lain sebagai sosok manusia dengan kelebihan dan kekurangannya. Anda dan pasangan banyak meluangkan waktu untuk saling memahami sebelum akhirnya menikah. 

Rasa bersyukur

Ketika memperoleh kesempatan untuk Kembali menjalani kehidupan pernikahan, Anda ingin lebih mengapresiasinya dan merasa bersyukur. Anda dan pasangan tidak ingin hal-hal buruk terjadi karena sikap dan perilaku yang tidak mencerminkan kedewasaan.

Chelsea (Persona Management) & Lucas (Amor Model) photography by Ifan Hartanto for ELLE Bride Indonesia 2023; styling Ismelya Muntu.

WHAT TO DO 

Ciptakan pernikahan kedua yang bahagia dengan cara-cara berikut: 

Belajar dari pengalaman masa lalu 

Pernah mengalami perceraian sebenarnya dapat membantu Anda untuk melihat dengan jeli, seperti apa tanda-tanda pernikahan yang kurang sehat dan apa saja yang perlu diperhatikan. Kenali kelebihan dan kelemahan diri sendiri maupun pasangan Anda, kemudian belajarlah dari kesalahan-kesalahan di masa lalu. 

Hindari membandingkan pasangan baru dengan mantan pasangan 

Membandingkan pasangan Anda sekarang dengan mantan pasangan memang sering kali tak terelakkan. Namun, ingatlah selalu bahwa mantan pasangan dan pasangan yang sekarang adalah orang yang berbeda. Anda tidak perlu terus menerus membanding-bandingkannya. 

Jangan takut dengan konflik 

Dalam sebuah hubungan, konflik atau masalah pasti tidak terhindarkan. Hadapilah konflik dengan hati yang sabar dan kepala dingin. Jangan menghindar dari masalah, sebab konflik justru dapat membuat pasangan menjadi lebih dekat dan saling mengenal dengan baik satu sama lain. 

Jadilah realistis 

Pernikahan kedua tidak hanya melibatkan Anda dan pasangan. Keluarga besar serta anak-anak dari pernikahan sebelumnya juga turut serta di dalamnya. Penting untuk terus membangun kepercayaan dan komunikasi yang baik antar anggota keluarga. 

Melakukan konseling sebelum masalah timbul 

Kebanyakan orang menganggap bahwa terapi atau konseling pernikahan hanya dilakukan kalua masalah sudah terjadi. Padahal yang lebih baik adalah melakukan konseling sebelum muncul permasalahan yang sebenarnya. Bantuan pihak ketiga dapat melihat masalah dari sudut pandang yang baru dan berbeda, yang membantu Anda dalam menemukan solusi.