CULTURE

6 April 2024

‘Cowboy Carter’ Meneguhkan Kekayaan Suara dalam Musikalitas Beyonce yang Menepis Batas Genre


‘Cowboy Carter’ Meneguhkan Kekayaan Suara dalam Musikalitas Beyonce yang Menepis Batas Genre

photography Blair Caldwell; courtesy Beyoncé/Parkwood Entertainment LLC.

Tak ada musik yang tak bisa dialunkan Beyoncé. Komposisinya bisa menjadi begitu idealis, di saat bersamaan mempertahankan status quo di tangga lagu populer TOP40. Ia merupakan salah satu artis kontemporer paling bereputasi di abad 21; tak terbantahkan sejak penampilannya bersama Destiny’s Child, pun kala ia memutuskan tampil solo dan merilis Dangerously in Love (2003), hingga karya Lemonade yang menampilkan keberdayaan sosoknya melawan ketakadilan. Ketika ia mengentak lantai dansa dengan Renaissance (2022), dunia ikut larut dalam ritme dinamisnya yang menggelorakan semangat kebebasan. Tahun ini, sang superstar kembali menaiki kudanya—yang telah menjadi bagian citra visualnya sedari album Renaissance)—dengan bersepatu bot plus topi koboi sebagai mahkotanya, dan menyingkap kekayaan suara di ranah country melalui album Cowboy Carter.

Cowboy Carter album cover artwork

Kendati musik Cowboy Carter kental nuansa country dan urban-Americana, Beyoncé menepis pandangan bahwa musikalitas album kedelapannya—atau yang ia sebut sebagai act ii, kelanjutan act i Renaissance—berkutat pada satu kategori spesifik. “Ini bukan album country; ini adalah album Beyoncé,” tegasnya, dan ia tidak main-main.

Single debutnya yang berjudul Texas Hold ‘Em, yang dirilis awal tahun 2024, menempati klasifikasi sembilan genre berbeda di tangga lagu musik Amerika Serikat, termasuk di antaranya country, pop, Hot AC, rhythmic, urban, dan R & B. Ia mencetak sejarah sebagai artis perempuan kulit hitam pertama yang mencapai peringkat 1 di tangga lagu Hot Country Songs; sekaligus menaklukkan puncak tangga lagu Hot 100. Lagu ini juga menduduki peringkat teratas tangga lagu Inggris selama empat minggu dari masa peluncurannya.

Photography Mason Poole; courtesy Beyoncé/Parkwood Entertainment LLC.

Genre seolah-olah menjadi topik bahasan yang substansial dalam Cowboy Carter. Bertindak sebagai produser eksekutif atas karyanya sendiri, Beyoncé menyajikan kapabilitas bermusiknya secara luas; secara bebas; seakan-akan ia tak memiliki batas. Ia mengharmonisasikan country, R & B, urban-Americana, folk, rap, gospel, elektronik, hingga neo-klasik dalam komposisi yang membius. Kelugasan dalam caranya bermusik ia tumpahkan secara terbuka untuk lirik Spaghetti (trek ke-12). 


Gagasannya adalah tentang memperhitungkan budaya Selatan dan Western di luar musik, Rodeo, film Western, dan kisah-kisah para koboi Western asli. Di Rodeo itulah dia pertama kali melihat keberagaman dan persahabatan di antara orang-orang yang menyukai musik country dan gaya hidup Americana, mendalami komunitas, sajian kuliner, hidangan panggang, dan perlengkapan Western. Ini bukan lagi tentang budaya masyarakat spesifik, melainkan ruang komunitas yang merangkul semua orang.

Photography Blair Caldwell; courtesy Beyoncé/Parkwood Entertainment LLC.

“Ketiadaan aturan adalah akar kegembiraan dalam menciptakan musik,” kata Beyoncé. Cara pandangnya semakin luas seiring dunia yang kian berkembang.  Ia mengungkapkan, “Saya semakin merasakan hubungan yang lebih mendalam dengan orisinalitas. Maraknya kecerdasan buatan, filter digital, dan pemrograman mendorong hasrat saya untuk kembali ke instrumen riil.”


Naluri artistiknya bereksperimen dengan berbagai instrumen, hingga instrumen suara yang sangat tua. Kesempurnaan bukan sesuatu yang ia damba. Ia tidak ingin lapisan instrumen seperti senar, terutama gitar, dan organ berpadu selaras sempurna. “Semua suara dalam album ini sangat organik dan manusiawi. Anda bisa mendengar berbagai elemen yang mewarnai kehidupan kita sehari-hari, seperti angin, bunyi gemeresik frekuensi radio yang diputar, bahkan suara hewan seperti burun dan derap kaki kuda.” Aransemen raw yang bisa Anda temukan begitu menenangkan di awalan Texas Hold ‘Em, Dessert Eagle, atau pada remake lagu legendaris The Beatles, Blackbird.

photography Mason Poole; courtesy Beyoncé/Parkwood Entertainment LLC.

Blackbird bukan satu-satunya lagu klasik yang digaungkan kembali oleh Beyoncé. Ia menarik benang merah akan narasi populernya tentang sosok perempuan berambut indah (baca: Becky with the good hair) di album Renaissance  dengan menginterpretasikan lagu ikonis Dolly Parton, Jolene. Jika tidak ia cover secara utuh, Beyoncé mengadaptasi penggalan lagu karya musisi-musisi ternama (Nancy Sinatra, Chuck Berry, dan the Beach Boys adalah beberapa di antaranya) untuk disisipkan dalam bagian suara albumnya, sebagaimana album ini merupakan bentuk penghormatannya atas kumpulan suara yang membentuk karakteristiknya saat tumbuh dewasa.


Entah melalui tribute kepada ikon musik, atau pun menggandeng langsung rekan sesama musisi-musisi untuk bernyanyi bersama; kolaborasi adalah salah satu apsek yang memperkaya rancangan Cowboy Carter. Selain Dolly Parton, Anda akan mendengar harmonisasi Beyoncé dengan Miley Cyrus, Post Wanted, Jon Batiste, Rumi Carter, Willie Nelson, Shaaboozey, dan Pharrell Williams.


Cowboy Carter dirilis pada 29 Maret 2024.