FASHION

18 Juli 2024

Cartier Rayakan Hari Jadi ke-100 Perhiasan Trinity dalam Konsep Pop-up Atraktif di Singapura


PHOTOGRAPHY BY CARTIER

Cartier Rayakan Hari Jadi ke-100 Perhiasan Trinity dalam Konsep Pop-up Atraktif di Singapura

Trinity: The Icon of Icons

Anda tidak mungkin lupa pengalaman pertama Anda dengan Cartier Trinity. Ada sensasi yang tak terlupakan ketika cincin Trinity pertama kali diselipkan ke sela-sela jari Anda, sebuah gerakan yang begitu menawan manakala ketiga elemen perhiasan saling berpadu apik merangkai pesona. Anda bahkan mungkin tidak pernah terpikir bahwa sesuatu yang begitu indah sekaligus sekokoh emas bisa menyatu dengan selaras pada apa pun yang dikenakan bersamanya. Menilik sejarahnya pada seratus tahun silam, Louis Cartier menciptakan mahakarya Trinity pada tahun 1924. Sebuah perhiasan dengan desain elegan yang terdiri dari tiga tautan cincin yang terjalin harmonis nan sempurna.


    Sejak dilahirkan pada 1924, koleksi perhiasan Trinity mengedepankan aspek keberagaman yang direpresentasikan melalui tiga tautan cincin dalam tiga warna emas; emas kuning, emas putih, dan rose gold. Cartier Trinity telah teruji oleh waktu sebagai ikon yang melambangkan cinta dalam ragam bentuk. Koleksi Trinity pertama kali terlihat di majalah Vogue pada tahun 1925, namun baru pada tahun 1997 Cartier secara resmi mengadopsi nama Trinity untuk menyebut semua perhiasan tiga tautan cincin emas yang kini telah menjadi ikon dunia. Sejak saat itu, kreativitas Trinity menjadi tak terbatas dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa cara berbeda selama bertahun-tahun. Tahun 2004, gelang Trinity diperkenalkan dalam versi XL yang tetap mempertahankan kombinasi materi tiga emasnya; emas putih, emas kuning, dan rose gold, sambil mengeksplorasi permainan bentuk yang mendorong lebih jauh batasan kreatif.

    Sepuluh dasawarsa kemudian, Cartier Trinity masih berdiri kokoh sebagai simbol cinta, kemajemukan, kesetiaan, kekeluargaan, persahabatan, dan pelbagai bentuk cinta lainnya. Dan untuk menandai hari jadi koleksi Trinity yang ke-100 tahun, rumah perhiasan Cartier memperkenalkan desain baru yang terlihat simpel namun menawan. Sebuah kreasi yang keluar dari pakem bentuk bulat yang relatif konsisten selama beberapa dekade. Trinity terbaru telah dikreasikan menjadi mahakarya yang berbentuk cushion. Desain baru ini diciptakan dalam rupa gelang, liontin, dan cincin model klasik yang semuanya terbuat dari emas dan dilapisi berlian.


    Sejatinya esensi Trinity sangat terkait dengan warisan Cartier yang termasyhur. Dibuat dengan cermat dari emas kuning, emas putih, dan rose gold, serta mewakili keajaiban angka tiga; tiga bersaudara Louis, Pierre, dan Jacques, serta tiga butik bersejarah Cartier di Paris, London, dan New York. Sejak awal kelahirannya, Trinity mematahkan tradisi kerajinan ala konvensional dengan mengombinasikan warna cincin dari tiga emas berbeda, konstruksi fluiditas, dan kesederhanaan desain yang memesona. Daya tarik abadi dan keanggunan yang tak terbantahkan ini terus memikat, menampilkan warisan kreativitas Cartier yang terus melampaui batas-batas kreativitas.


    Apresiasi paling awal perihal Trinity terkait erat dengan sosok penyair dan seniman Jean Cocteau. Pada tahun 1930-an, gaya khas Cocteau yang mengenakan dua cincin Trinity ditumpuk di kelingking kiri sontak menjadi ciri khas dari penampilannya. Cocteau kemudian memperkenalkan Trinity kepada aktor Jean Marais seraya menyatakan ungkapan cinta, “The first band is you, the second is me, and the third is our love”. Pengaruh Cocteau yang besar terhadap Trinity, ditandai dengan ikatan romantis dan puitis dengan cincin tersebut, telah membuatnya menjadi lambang semangat artistik dan warisan abadi yang tak lekang waktu.


    Sejak debut pada tahun 1924, Trinity telah menjadi pusat perhatian karena memikat kalangan elit mode, mulai dari bintang Hollywood hingga masyarakat luas, dan tetap menjadi pilihan ikon budaya hingga saat ini. Narasi Trinity terus berkembang, merayakan keberagaman ikatan cinta dan universalitas, sebab ia telah menjadi perhiasan istimewa yang dikenakan oleh para ikon budaya pada setiap masa peradaban manusia. Sebuah perayaan pun digelar untuk menandai peringatan seratus tahun Trinity.


    Bertempat di The Arts House, sebuah tempat bersejarah yang dulunya merupakan gedung parlemen pertama Singapura, terdapat area seluas lebih dari 674meter persegi dengan tujuh ruangan yang saling terhubung. Dari 15 Juli sampai 23 Juli 2024, The Arts House diubah menjadi pop-up guna merayakan seratus tahun Trinity lewat perjalanan komprehensif sebuah ikon perhiasan. Anda akan dipandu melewati tujuh ruangan yang saling terhubung, masing-masing ruang menampilkan kekayaan sejarah dan dampak budaya dari Trinity. Mulai dari momen awal penciptaan hingga pengalaman para pengikut setianya di masa lalu dan masa kini, serta pengalaman mendalam di mana setiap langkah membawa kita pada eksplorasi perjalanan cincin tersebut menuju status ikonis.


    Perayaan seratus tahun Trinity juga merupakan kesempatan bagi Cartier untuk mengungkap proyek kolaboratif, “Imagine Infinite Circles”, yang dikurasi oleh Direktur Artistik kelahiran Prancis, Jérôme Sans. Upaya kreatif ini menggabungkan lebih dari 100 karya seniman dan tokoh-tokoh kreatif dari seluruh dunia, sebagai bentuk penghormatan terhadap Trinity. Sejumlah karya seni dikurasi cermat agar selaras dengan lanskap budaya Singapura yang unik dan dipamerkan untuk mengungkap beragam aspek dan pengaruh abadi Trinity.


Masih dalam rangkaian perayaan seratus tahun Trinity dan peluncuran pop-up Trinity 100 di Singapura, rumah perhiasan Cartier menggelar pesta meriah di Marina Bay Cruise Centre pada 10 Juli 2024 silam. Dihadiri para tamu dari seluruh dunia termasuk jurnalis, editor mode, influencer, selebriti dan tokoh dari seluruh kawasan dunia, serta sejumlah ikon global terkemuka seperti, duta global Cartier dan bintang pop Jisoo serta idola kelahiran Hongkong, Jackson Wang.



Duta Cartier lainnya yakni Anne Woltemas, Tor Thanapob Leeratanakachorn, Jeff Satur dan Roh Yoon Seo, Alycia Debnam-Carey, Benjamin Kheng, serta Ink Waruntorn Paonil juga termasuk di antara sejumah tamu undangan yang saat itu hadir memeriahkan acara perayaan untuk menghormati seratus tahun Trinity.



    Kemeriahan dimulai dengan penampilan tarian yang memukau oleh Sydney Dance Company yang diarahkan oleh koreografer Rafael Bonachela, kemudian diikuti penampilan dinamis oleh pianis Singapura, Churen Li, dan beatboxer Dharni.  Malam kian larut namun momentum tetap terjaga dan mencapai puncak seiring penampilan penyanyi dan idola asal Thailand Jeff Satur.


Sejumlah lagu dalam alunan musik ceria dibawakan dengan apik yang menyenangkan bagi lebih dari 700 orang tamu undangan yang hadir. Musisi Singapura Benjamin Kheng dan Jasmine Sokko turut menjadi pusat perhatian dengan penampilan kolaboratif yang semakin menambah antusias dan semangat berpesta.