4 Desember 2025
Chanel Presentasikan Koleksi Métiers d’Art Terbarunya Berlatarkan Subway Ikonis Kota New York
PHOTOGRAPHY BY CHANEL
Kereta bawah tanah New York City atau yang lebih awam disebut dengan istilah subway adalah titik pertemuan warga kota New York; di mana semua kehidupan manusia ada di sini. Terus berubah setiap harinya, rasanya tak berlebihan untuk mengatakan bahwa kereta bawah tanah ini adalah mikrokosmos kota metropolitan tersebut dan metafora bagi mode itu sendiri. Selalu ada drama di setiap sudutnya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa pun yang mungkin Anda temui.
|
|
|
|
'Budaya kereta bawah tanah' inilah yang begitu mencuri perhatian Chanel. Dengan bantuan Maisons d'art, Direktur Artistik Chanel, Matthieu Blazy, pun memilih lanskap ikonis ini untuk menjadi latar debut koleksi Métiers d'art perdananya.
|
|
|
|
“New York City subway merupakan milik semua orang. Semua orang menggunakannya: ada mahasiswa dan tokoh berpengaruh; negarawan dan remaja. Ini adalah tempat yang penuh dengan pertemuan yang penuh teka-teki namun indah, sebuah benturan arketipe pop, tempat setiap orang punya tempat untuk dikunjungi dan masing-masing unik dalam balutan pakaian yang mereka kenakan. Seperti di film, mereka adalah pahlawan dalam kisah mereka sendiri,” ujar Blazy.
|
|
|
|
Berskala sinematik, koleksi ini menampilkan beragam tokoh yang ceria. Ada sosialita dan superhero, remaja dan perempuan lanjut usia, pekerja perempuan dan penari, para perempuan yang makan siang dan para ibu yang sedang bepergian, semuanya dilihat melalui lensa film—termasuk Coco Chanel sendiri. Singkatnya, semua gemerlap dan kegigihan Big Apple, baik dalam kenyataan maupun imajinasi.
|
|
|
|
Bergeser melintasi ruang dan waktu, dari tahun 1920-an hingga 2020-an, dari kemewahan Art Deco hingga realitas lounge yang baru dan mewah, perpaduan periode dan persona ini mengisahkan kisah non-linier dengan kerajinan Métiers d’art sebagai intinya. Ceria dan elegan, pragmatis sekaligus eksentrik, kisah cinta antara Paris dan New York terungkap, salah satu keahlian luar biasa dari Maisons d’art le19M yang berpadu dengan kekuatan kultur pop. Setiap tampilan yang dipresentasikan hadir bak sebuah ode terhadap intensitas dan emosi dari keahlian yang luar biasa.
|
|
|
|
Dalam perpaduan kerajinan luhur dan budaya pop ini, muncul lah gaya elegan nan jenaka. ‘Lingerie denim’ dipadukan dengan sulaman rumit, membangkitkan gaya busana Barat yang baru; gaun Art Deco klasik direkonfigurasi dan disulam oleh Lesage dengan sulaman bulu berumbai karya Lemarié – flapper beraliran baru ini memilih untuk mengenakannya dengan celana chino; motif kemeja laki-laki kembali dikaji dan diseimbangkan dengan rantai Chanel, kali ini materi flanel lumberjack dihadirkan lewat balutan boucle tweed wol yang mewah. Beragam mutasi yang menyenangkan, begitu pula kesenangan pribadi tersembunyi bagi para pemakainya. Minaudière memiliki makna tersembunyi – seperti tiram yang memiliki mutiara di dalamnya—serta niat nakal yang lebih kentara dalam bentuk kacang dan apel berenamel. Minaudière bergabung dengan deretan perhiasan yang memukau, mulai dari cabochon kaca berbentuk es batu hingga burung kolibri bergaya art deco, yang dibuat oleh para perajin emas Goossens. Sementara itu, beragam lapisan sutra dari desain yang dilukis dengan tangan menampilkan motif kota, bahkan Coco Chanel sedang berjalan-jalan dengan anjingnya dengan latar belakang cakrawala kota New York yang terkenal.
|
|
|
|
Gagasan tentang ‘urban jungle’ turut dilontarkan Blazy lewat deretan busana yang terinspirasi dari kulit hewan. Sebut saja sehelai gaun elegan berbahan tweed motif kulit macan tutul, yang dipesan khusus dan ditenun tangan dari Lesage. Sesekali, ada yang terlihat mengenakan fascinator macan tutul dari para pembuat topi Maison Michel. Selain itu, ada seorang perempuan dalam setelan Chanel hitam pendek yang membawa tas kulit hitam klasik berlipit bertatahkan sisik emas, memberikan ilusi buaya berlapis emas. Ada pula yang mengenakan rok tulip bermotif kulit macan tutul yang dilukis tangan. Rumbai pada setiap kelopaknya saja membutuhkan waktu beberapa hari bagi para perajin untuk membuatnya. Tak lupa, seorang perempuan turut hadir mengenakan gaun slip berpotongan bias tahun 1930-an. Sulamannya, berupa banyak ikan berkilauan—merupakan motif Art Deco—dihasilkan oleh para perajin di Atelier Montex. Sementara itu, slingback klasik Chanel buatan tangan Massaro menarik banyak perhatian, dalam kulit kidskin tradisional yang delicate—rancangan Coco Chanel sendiri—atau motif dari shearling hewan berbintik-bintik nan kontemporer.

Manifestasi Modernitas Desain Matthieu Blazy untuk Semesta Mode Chanel Koleksi Musim Semi/Panas 2026
Dari Chanel Hingga Bottega Veneta, Inilah Deretan Direktur Kreatif Baru yang Menjadi Sorotan di Fashion Week 2025























