9 Oktober 2025
Delapan Hari Mode Penuh Narasi di Plaza Indonesia Fashion Week 2025
PHOTOGRAPHY BY Plaza Indonesia Fashion Week

text by Palupi Sekar W.
Delapan hari penuh inspirasi kembali menghidupkan panggung Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) 2025. Tahun ini, semangat pembaruan terasa kuat—menyoroti dialog antara warisan dan masa depan, antara keanggunan klasik dan visi modern yang berkelanjutan. Bertempat di The Warehouse Plaza Indonesia, lebih dari tiga puluh label dan desainer menafsirkan evolusi mode Indonesia; bukan hanya menyoal estetika, tetapi sebagai refleksi identitas, narasi, dan kesadaran kreatif.
Perhelatan Plaza Indonesia Fashion Week 2025 resmi dibuka dengan semangat keragaman—dari kemewahan hingga keintiman, dari nostalgia hingga keberanian bereksperimen. Hari pertama menampilkan Sejauh Mata Memandang, Buttonscarves, Kraton, Benang Jarum, serta STUDIOMORAL, menghadirkan narasi busana yang merefleksikan identitas modern Indonesia. Sementara itu, koleksi Gingersnaps, Marks & Spencer, dan Mothercare menambah sentuhan hangat lewat tampilan untuk ibu dan anak.
Sejauh Mata Memandang | Buttonscarves |
KRATON by Auguste Soesastro | STUDIOMORAL |
Dear Me Beauty x Wilsen Willim | Batik Keris |
Hian Tjen for Josephine Anni | Massimo Dutti |
Pada hari ketiga, atmosfer beralih menjadi lebih reflektif dan eksperimental. Binhouse mengangkat filosofi kain dan teknik tradisional, disusul oleh Array & Array Day Off yang mengusung desain praktis nan kreatif, serta Julianto for Iwan Tirta yang menghidupkan batik dalam siluet modern teatrikal. Kolaborasi 3mongkis with Rama Dauhan menampilkan eksperimen layering yang segar, sementara Artkea menutup hari dengan presentasi puitis yang menegaskan mode sebagai bentuk ekspresi personal.
Array & Array Day Off | 3Mongkis with Rama Dauhan |
BINHouse | Julianto for Iwan Tirta Private Collection |
Memasuki hari keempat, panggung PIFW 2025 bertransformasi menjadi ruang eksplorasi ide dan emosi. Burgo Indonesia membuka dengan show bertajuk ‘Ti Voglio Bene'—sebuah perayaan cinta dalam segala bentuknya: keluarga, sahabat, alam, hingga diri sendiri. Melalui sentuhan Italian heritage dan kreativitas lokal, para desainer muda menunjukkan bahwa cinta juga bisa dijahit dalam bentuk karya. Sementara itu, Duma, Novere, Touchup Atelier, Avgal, Cottonink, Pillar, dan IKAT Indonesia by Didiet Maulana memperkaya panggung dengan karakter desain yang kontras namun selaras—mulai dari feminin lembut hingga urban kontemporer.
IKAT Indonesia by Didiet Maulana | Pillar x Plaza Indonesia_Two Stitches |
Hari kelima menghadirkan suasana yang lebih tenang dan klasik. Parang Kencana, Klamby, dan Sean Sheila menampilkan koleksi yang mencerminkan kedewasaan serta kedalaman nilai budaya. Ketiganya seolah menjadi jeda puitis di tengah kemeriahan mode, menegaskan bahwa keanggunan sejati terletak pada kesederhanaan yang berkarakter.
Sean Sheila | Parang Kencana |
Pada hari keenam, PIFW menunjukkan sisi filantropis dan inovatifnya melalui charity show bertajuk ’Naturally Cultural: When Culture Meets Nature, Pursued by Research and Innovation‘ oleh BRIN x Carys Cares x Alleira Batik. Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa riset, alam, dan budaya dapat bersatu dalam bahasa mode yang berkelanjutan. Dilanjutkan dengan Love and Flair, Pillar presents Jan Sober, Baha Gia, Dibba, Bateeq x Ferry Salim, hingga Ghea Men, yang masing-masing membawa energi berbeda—dari kemewahan tailored wear hingga semangat urban dengan nuansa personal.
Bateeq x Ferry Salim | Pillar presents Jan Sober |
Dibba | Love and Flair |
Hari ketujuh kembali membuka ruang bagi generasi muda lewat deretan kidswear dari Bimbi, Boss Kidswear, dan Kenzo Kids, sebelum berlanjut ke segmen Cita Tenun Indonesia (CTI) yang berkolaborasi dengan IKYK, Dibba, dan Jeffry Tan, serta ditutup dengan CTI Grand Finale yang merayakan keindahan tenun Nusantara. Pertunjukan semakin memuncak lewat karya Mel Ahyar Archipelago, Lanivatti, Yosafat Dwi Kurniawan, Temma Prasetio, dan Danjyo Hiyoji, yang menghadirkan aksi teatrikal penuh energi di runway—sebuah pertunjukan yang menyatukan fashion, seni, dan drama dalam satu momentum heroik.
Cita Tenun Indonesia | Danjyo Hiyoji |
Mel Ahyar Archipelago | Temma Prasetio |
Sebagai penutup, hari kedelapan menjadi puncak dari seluruh rangkaian PIFW 2025. Kakapo membuka dengan keanggunan yang tenang, diikuti Ivan Gunawan dengan koleksi ’Glitz Glam‘ yang membawa nuansa kerajaan modern penuh kemewahan dan warna-warna bling layaknya dunia dongeng. Asha Black serta kolaborasi Adrie Basuki x Prisia Nasution menghadirkan harmoni antara keanggunan klasik dan energi feminin masa kini. Panggung ditutup dengan presentasi penuh makna dari Wilsen Willim lewat koleksi ’Napas'—sebuah refleksi kehidupan dan warisan budaya yang dihidupkan melalui tailoring presisi, tekstur kaya, dan palet warna yang berkarakter kuat.
Ivan Gunawan | Wilsen Willim |
Amotsyamsurimuda | Asha Black |
Delapan hari penuh inspirasi di Plaza Indonesia Fashion Week 2025 menjadi bukti bahwa mode Indonesia terus berevolusi tanpa kehilangan akar budayanya. Setiap langkah di runway bukan sekadar peragaan busana, melainkan pernyataan akan kreativitas, keberanian, dan identitas yang terus tumbuh. Semuanya berpadu dalam harmoni yang memancarkan kebanggaan nasional. Plaza Indonesia Fashion Week 2025 tak hanya menjadi sebuah perayaan mode, tetapi juga refleksi tentang siapa kita sebagai sebuah bangsa dengan imajinasi tanpa batas dan masa depan yang penuh cahaya.

Manifestasi Modernitas Desain Matthieu Blazy untuk Semesta Mode Chanel Koleksi Musim Semi/Panas 2026