FASHION

10 November 2025

Gideon Tani Putra Berekspresi Kreatif Lewat Gaya Mode


PHOTOGRAPHY BY Indra Permana

Gideon Tani Putra Berekspresi Kreatif Lewat Gaya Mode

Fashion adalah sebuah perpanjangan identitas di mata seorang Gideon Tani Putra. “Style menjadi lebih penting bagi saya ketimbang fashion,” ujar laki-laki yang kerap ditemui dalam balutan busana serba hitam ini. “Sebab fashion berubah terus menerus, sementara style adalah sesuatu yang Anda kembangkan dan temukan melalui eksperimen gaya.”

Apabila dapat mendeskripsikan gaya personalnya hanya dengan mempergunakan tiga kata, Gideon memilih kata grunge, dark, dan rock ’n’ roll untuk mewakilinya. “Saya banyak terinspirasi oleh musik,” tambahnya lagi. “Sejak kecil, saya banyak mendengarkan musik rock; dan melihat cara berpakaian para bintang rock selalu mengilhami saya. Tentunya saat saya masih kecil, saya hanya dapat beraspirasi untuk tampil seperti mereka,” ungkap pengagum Johnny Depp dan Lenny Kravitz ini. “Johnny Depp selalu mengenakan busana-busana bergaya quirky, dan saya suka cara ia memadupadankan aksesori. Ia jarang mengenakan jam tangan namun selalu memenuhi jemarinya dengan cincin dan gelang,” tambahnya. “Selain itu ada Lenny Kravitz, he’s a rock star icon.”


Ketika membahas desainer mode yang paling berpengaruh dalam hidupnya, Gideon menyebutkan sederet nama. Tiga di antaranya yang dianggapnya sukses secara komersil meliputi Ann Demeulemeester, Rick Owens, dan Yohji Yamamoto. “Kita tentu perlu menghormati desainer Jepang satu ini,” ungkapnya. “Estetika desain Yohji yang gelap, siluet, potongan busana, dan manipulasi bahannya begitu beresonansi dengan saya.”

Sepatu Incarnation; dan sepatu Boris Bidjan Saberi.

Sepatu bot Guidi; dan Carol Christian Poell.

Selain itu, Gideon mengaku tengah memiliki ketertarikan khusus pada sejumlah desainer artisanal yang banyak berbasis di Eropa. “Ada seorang desainer bernama Carol Christian Poell,” bebernya. “Ia mendesain sepatu bot yang berhiaskan laser cut dan kerap mengeksplorasi beragam materi seperti kulit kuda serta teknik pewarnaan object dye, di mana sebuah garmen atau sepatu baru dicelup dalam warna setelah dijahit. Karya-karyanya banyak terinspirasi oleh anatomi tubuh manusia, layaknya sepatu bot ini yang memiliki detail titanium pada bagian tumitnya yang disebutnya sebagai ‘prosthetics’.” Selain itu, Gideon turut menyukai karya-karya dari m.a+ by Maurizio Amadei dan Archivio J.M. Ribot.



Lahir dan besar di Medan sebelum akhirnya membagi waktu antara Jakarta dan Bali, kecintaan Gideon pada seni sedikit banyak turut membentuk selera pribadinya. Mengaku mulai menggambar sketsa di bawah usia sepuluh tahun dan masih terus melukis dengan cat minyak sebagai hobi hingga hari ini, Gideon melihat hubungan antara seni dan mode begitu bertalian erat. “Sebagai bentuk medium kesenian, saya selalu mencari beragam teknik jahitan, craftsmanship, siluet, hingga manipulasi kulit yang dapat dibentuk menjadi bentuk tertentu,” ujarnya. “Saya dan istri saya, Jean, sama-sama suka melukis. Kami berdua selalu menantang diri kami untuk melihat hal-hal yang belum pernah kami lihat sebelumnya dan mengeksplorasi hal-hal baru yang berada di luar kotak. Ada sebuah pepatah yang cukup mewakili proses eksplorasi kami, ‘Tell me something that I don’t already know’,” tutur pengagum pelukis Anselm Kiefer dan Georg Baselitz ini.

Sepatu bot Rick Owens.

“Ada seorang pelukis Indonesia yang saat ini karya-karyanya menarik perhatian saya,” ungkap Gideon. “Karya-karya Henryette Louise selalu berfokus seputar anatomi tubuh manusia, yang mana turut menjadi tema penting bagi saya. Ia kerap mengeksplorasi banyak tentang tubuh manusia dan figur perempuan,” tutupnya.