29 Desember 2022
Michelle Maryam Siratkan Prinsip Pemberdayaan Perempuan Lewat Mode
PHOTOGRAPHY BY Hillarius Jason

styling Ismelya Muntu; fashion Fendi (blazer); jewellery Cartier (jam tangan Tank Must de Cartier dan cincin Clash de Cartier);makeup Amy Beck; hair Ichana.
Melalui karya ekspresif dan kontribusi di bidang mode, Michelle Maryam menunjukkan kekuatan mimpi dan keampuhan dari kerja keras.
Michelle Maryam, seorang desainer Indonesia, yang memiliki kecintaan begitu besar pada dunia mode sekaligus menjunjung tinggi nilai-nilai keberdayaan perempuan. Delapan tahun silam, Michelle membangun sebuah merek mode bertajuk MARYALLÉ, penggabungan nama belakang dan nama depan dirinya. Mengusung visi feminitas modern dengan menjajarkan nilai-nilai keperempuanan, intelektualitas, keceriaan, dan kepercayaan diri dalam satu wadah yang diproyeksikan oleh garis rancang kreasi busana. Melalui potongan asimetris, campuran tekstur dan garmen, serta gaya kontemporer yang berani, Michelle Maryam seolah tengah membuat pernyataan untuk menentukan desain yang berani dan tidak konvensional. Setiap bagian dirancang sebagai sebuah karya seni berlandaskan kisah-kisah inspiratif perempuan dengan ragam karakter berbeda, sehingga mengubah setiap bagian menjadi lebih dari sekadar pakaian.
Lahir pada 1992, Michelle Maryam anak kedua dari tiga bersaudara. Michelle tumbuh dengan hasrat tak terbendung bahwasanya ia ingin menoreh karya dan prestasi di bidang yang dicintainya, dunia mode. Lulus sekolah menengah, ia memutuskan untuk merintis karier sebagai perancang busana. Namun langkahnya tak mendapat restu dari orangtua yang menghendaki anak perempuannya sukses sebagai pekerja kantoran. Alih-alih mengubur mimpi, Michelle memegang teguh cita-citanya untuk membangun bisnis fashion sebagai sebuah seni yang berkekuatan sekaligus sarat keindahan. Usai berpartisipasi dalam ajang Jakarta Fashion Week, Michelle Maryam membesarkan bisnisnya dengan meluaskan jangkauan MARYALLÉ di berbagai platform digital dan beragam butik di Jakarta, Kuala Lumpur, Singapura, New York, Eropa, Inggris, dan Timur Tengah.
fashion Celine (knitwear); jewellery Cartier (jam tangan Panthère de Cartier warna emas, cincin Panthère de Cartier double loop warna emas bertatahkan batu tsavorite garnets dan onyx, kalung Panthère de Cartier warna emas bertatahkan berlian dan batu tsavorite garnets).
Bagaimana kisah awal ketertarikan Anda pada dunia mode?
“Sejak kecil, saya senang memerhatikan cara berpakaian ibu dan tante saya. Keduanya memiliki selera yang luar biasa dengan gayanya masing-masing. Menariknya, mereka tidak hanya berdandan untuk orang lain ketika sedang pergi, namun dalam setiap kesempatan, bahkan saat sedang di rumah, she dressed up for that. Melihat mereka punya kecintaan yang begitu besar pada mode, membuat saya merasa bahwa ternyata memilih dan mengenakan busana bisa membuat diri kita para perempuan merasa cantik dan istimewa. Saya kemudian mulai gemar mengombinasikan berbagai busana. Dan ketika dewasa, saya pun menganggap pakaian bukanlah sesuatu yang main-main. Keseriusan itu berbuah cita-cita bahwa kelak saya ingin bekerja di bidang mode dan hendak menciptakan karya yang tak sebatas tentang membuat pakaian, tetapi bagaimana melahirkan sebuah pengalaman berbusana yang membuat seseorang dapat terhubung dengan apa yang dikenakannya.”
Apa yang melandasi keputusan Anda untuk mendirikan bisnis mode?
“Perjalanan saya sebagai perancang busana berawal dari sebuah mimpi untuk memberdayakan perempuan. Hal ini tentu harus dimulai dengan memberdayakan diri sendiri. Di tengah kesangsian orang-orang, saya memberanikan diri untuk mewujudkan cita-cita dengan bermodalkan uang tabungan sendiri kemudian menertibkan diri untuk gigih belajar apa pun tentang dunia mode dan bisnisnya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa upaya menjalani bisnis tak pernah bisa lepas dari keputusan untuk mengambil risiko. Sebagai seorang perempuan yang sedang bertumbuh dan berusaha menemukan hasrat sekaligus membangun karier, perjalanan hidup saya tak bisa dilepaskan dari MARYALLÉ. Ada gairah dan kisah tentang diri saya yang termanifestasikan dalam setiap koleksi busananya.”
Apa tantangannya?
“Saya membangun brand MARYALLÉ sejak usia saya 22 tahun. Merintis bisnis dengan modal yang terbatas tidaklah mudah. Tantangan itu memunculkan suatu kenyataan bahwa there’s no such thing as work life balance. Dalam perjalanannya, akan ada hal-hal yang membuat hidup kadang berjalan tak seimbang antara karier dan kehidupan personal. Saya kemudian semakin memahami pentingnya mengatur prioritas, mana yang harus diutamakan dan mana yang mesti dikesampingkan. Rasanya tantangan itu selalu ada dalam pekerjaan bidang apa pun. Kita hanya perlu menyadari bahwa ketika kendala datang, maka harus segera beradaptasi dan berstrategi.”
fashion Fendi (gaun), jewellery Cartier (jam tangan Ballon Bleu de Cartier rose gold berhiaskan berlian, gelang Love emas berhiaskan berlian dan cincin Love rose gold berhiaskan berlian, dan anting Love rose gold berhiaskan berlian).
The best things are usually created when people follow their own vision rather than just pursuing success or money for its own sake. Sebagai pebisnis muda, bagaimana Anda menetapkan visi dan misi?
“Saya selalu yakin bahwa setiap perempuan berhak mendapat sorotan atas siapa dirinya dan bagaimana pun dinamika perjalanan hidupnya. Prinsip itu saya upayakan melalui kecermatan desain yang memancarkan kepercayaan diri, optimisme, dan kecantikan bagi setiap perempuan di Indonesia. Menjajarkan antara kecantikan perempuan, keceriaan, intelektualitas, feminitas, dan kepercayaan diri melalui apa yang dihadirkan dalam koleksi busana. Saya ingin mendorong kaum perempuan untuk berani membiarkan diri mereka bersinar dengan cahayanya masing-masing.”
Seberapa jauh kaum perempuan berperan dalam hal tersebut?
“Women are at the heart of my craft. Saya ingin merayakan perempuan dengan segala pencapaian sekaligus karakter uniknya. Maka alih-alih membuat mood board dan desainnya terlebih dahulu, saya memilih berangkat dari gambaran perempuan seperti apa yang akan mengenakan karya saya. Saya memerhatikan gaya berpakaian beragam perempuan, menyimak cara mereka dalam memutuskan pilihan hidup, melihat sepak terjangnya dalam berbagai bidang. Inspirasi dalam mendesain suatu koleksi justru banyak saya dapatkan dari mempelajari karakter perempuan-perempuan hebat di sekitar saya. MARYALLÉ lahir atas keinginan untuk memberdayakan perempuan dan karyanya pun terinspirasi dari perempuan-perempuan hebat yang mengadopsi karakteristik berani, berpengetahuan, cerdas, tapi juga tahu caranya bersenang-senang. Dari sederet daftar nama perempuan inspiratif sebagai referensi, maka lahirlah koleksi busananya. Tentu tidak terbatas pada figur publik, melainkan perempuan dengan berbagai latar belakang. Mulai dari perempuan berkarier, ibu rumah tangga, seniman, sosialita, sosok yang feminin, perempuan yang bergaya androgini, sampai figur-figur dinamis dan sporty yang mengagungkan kebebasan. Semua perempuan sangat inspiratif dengan karakternya masing-masing. Dan sebab itu saya ingin menghadirkan busana yang sesuai untuk setiap perempuan dengan jalan karier dan pilihan hidup yang tak pernah sama.”
fashion Celine (jaket), jewellery Cartier (jam tangan Pasha de Cartier rose gold berhiaskan berlian, kalung, gelang, dan cincin Juste un Clou rose gold berhiaskan berlian).
Bagaimana Anda melihat isu keberlanjutan dalam dunia mode?
“Penting bagi kita semua untuk berupaya meminimalkan hasil limbah dengan berpikir kreatif tentang bagaimana kita mendaur ulang, menggunakan kembali, dan mengembangkan cara-cara baru untuk menciptakan objek yang indah sekaligus bernilai. Salah satu dengan menciptakan desain asimetris yang sebenarnya karena kami menghindari adanya kain yang terbuang. Semisal, sisa kain dari pembuatan celana dapat digunakan untuk desain kantong baju yang berbeda atau aksen kerah atau sabuk untuk baju yang lain. Maka tidak ada bahan-bahan yang terbuang percuma. Zero waste is the key. Pun ketika membuat karya, saya memikirkan strategi agar baju-baju yang dibuat dapat bertahan untuk seribu musim. Tidak hanya desainnya harus timeless, tetapi bahannya juga mesti abadi. Saya menyadari dampak besar yang berbahaya bagi lingkungan dari apa yang dilakukan oleh bisnis fashion, maka penting sekali bagi para pelakunya untuk menciptakan sesuatu yang indah tapi juga harus bertahan untuk waktu yang lama.”
On a personal level, what motivates you?
“Delapan tahun membangun karier di jalur mode, this was never easy. Selama beberapa tahun pertama, saya berjuang membangun jejaring dan menggunakan kesempatan untuk benar-benar membawa MARYALLÉ bergerak maju memasuki pasar. As cliché as it sounds, saya memegang teguh prinsip kerja keras dan konsistensi untuk mewujudkan apa yang saya inginkan. Lama-kelamaan saya semakin menyadari arti sebuah kerja keras dan pentingnya bersikap persisten bahwa tidak ada satu pun keberhasilan yang dibangun dalam semalam. Motivasi terbesar datang dari kecintaan saya yang begitu besar pada kerajinan mode dan seni untuk membuat perempuan merasa istimewa lewat apa yang dikenakannya. Buat saya, fashion lebih dari sekadar tentang pakaian. Sama seperti ekspresi budaya lainnya, mode adalah cerminan dari cara manusia hidup. Dan ketimbang terjebak dalam tren tak berkesudahan, penting untuk kita juga membahas peran mode dan nilai-nilai penting dalam berbagai isu, termasuk problem sosial dan ekologi. Apa yang jadi ambisi saya bukan sekadar hasrat menjadi perancang busana yang sukses, tetapi bagaimana agar desain dan karya mode yang saya lahirkan dapat berkontribusi untuk membuat keberadaan kaum perempuan jadi semakin didengar dan diperhitungkan, sekaligus mendorong perempuan agar selalu berani memproyeksikan versi terbaik diri mereka sendiri melalui keindahan mode.”