1 Januari 2025
Ingar-Bingar Racikan Koktail Non Alkohol yang Semakin Populer
text by Hermawan Kurnianto; (photo: Lee Ju Won photography by Yoon Song Yi for ELLE Indonesia November 2024, styling by Son Da Yea)
Jumat malam selepas jam kantor. Akhir pekan telah tiba. Anda telah memiliki rencana untuk berkumpul bersama teman-teman di tempat hang out favorit untuk makan malam, sekaligus menghabiskan waktu dengan perbincangan seru dan gelak tawa lepas. Sesampainya di sana, Anda dan teman-teman tentu saja memesan hidangan untuk melengkapi suasana. Dari sekian minuman yang dipesan oleh Anda dan teman-teman, tidak ada satu pun yang mengandung alkohol. Janggal? Sama sekali tidak.
Dalam beberapa tahun terakhir, preferensi untuk mengonsumsi minuman non alkohol mengalami peningkatan. Ini bisa dilihat dari berbagai macam perspektif. Ada pergeseran persepsi bahwa yang tadinya kegiatan seru-seruan, berpesta, perayaan tidaklah berkesan tanpa kehadiran minuman beralkohol, kini aturan seperti itu tidak lagi berlaku sepenuhnya. Perspektif lainnya adalah peningkatan kesadaran untuk menjalani gaya hidup yang lebih baik dengan mengonsumsi asupan yang lebih bermanfaat bagi tubuh.
Mereka yang ingin meredakan stres dan mengurai keruwetan pikiran; mereka yang ingin mereguk kesenangan dan menikmati kebersamaan; kian menyadari bahwa ada pilihan lain yang dapat membantu mereka meraih keinginan-keinginan itu, selain alkohol. Mereka menemukan bahwa bersenang- senang tidaklah harus selalu dalam kondisi menurunnya tingkat kesadaran. Berikut sekelumit paparan tentang perubahan persepsi dan preferensi terhadap apa yang diteguk, yang turut membentuk pergerakan baru dalam gaya hidup.
Lily Sumner (Next Models) photograph by Steff Galea for ELLE Indonesia October 2023; styling Aurelia Donaldson.
MINDFUL DRINKING
Peralihan kultural yang lebih mendekap aspek wellness telah mendongkrak minat terhadap mindful drinking. Ini mewujud melalui meningkatnya permintaan akan opsi minuman non alkohol. Sebuah riset yang dilakukan NielsenIQ menemukan bahwa tren ini terus bertumbuh di kalangan milenial dan Gen Z, yang memilih untuk menjalani gaya hidup lebih sehat.
Konsumen menginginkan minuman yang dapat memenuhi aspirasi mereka akan hidup sehat, tetapi tetap memungkinkan mereka untuk menjalani ritual sosial. Minuman non alkohol menyuguhkan sebuah solusi, menawarkan kompleksitas cita rasa koktail tanpa melibatkan efek yang ditimbulkan dari alkohol.
Di tahun 2024 ini, semakin banyak orang yang memilih minuman non alkohol, dan ini menjadi suatu tren tersendiri. Riset NielsenIQ mengungkap bahwa peningkatan penjualan minuman non alkohol dimulai pada 2020 ketika dunia dilanda pandemi Covid-19, dan terus menanjak dari tahun ke tahun. Seperti yang terjadi dalam kurun waktu Agustus 2021 hingga Agustus 2022 di mana penjualan minuman non alkohol naik sebesar 20,6%.
Para konsumen yang berada di wilayah Eropa semakin banyak yang beralih ke pilihan non alkohol. Menurut Innova Market Insights, riset tren pasar minuman menunjukkan adanya peningkatan 8% pada konsumsi minuman non alkohol di tahun 2023. Di Eropa sendiri, wine dan bir mengalami penurunan konsumsi yang cukup signifikan, sementara minuman alkohol dengan perasa hanya mengalami sedikit penurunan. Beberapa alasan utama mengapa warga Eropa semakin banyak meminum minuman non alkohol adalah untuk mengontrol konsumsi alkohol (37%) dan karena itu minuman yang lebih sehat (26%).
Generasi muda, khususnya Gen Z, memimpin dan mengakselerasi tren ini. Mereka lebih peduli terhadap hal-hal yang akan membuat perasaan lebih baik dan meningkatkan produktivitas, ketimbang minuman beralkohol. Mereka mengkhawatirkan efek alkohol terhadap tubuh. Nilai dan karakteristik pada diri mereka menjadi faktor-faktor penting yang berkontribusi pada pergeseran kultural ini.
Konsumsi minuman beralkohol di kalangan Gen Z lebih rendah dibandingkan milenial dan generasi-generasi sebelumnya. World Finance menyebutkan bahwa Gen Z mengonsumsi minuman beralkohol lebih rendah 20% dibandingkan milenial. Sementara menurut Food Institute, Gen Z mengalokasikan pengeluaran lebih rendah 40% untuk minuman beralkohol dibandingkan milenial.
Meningkatnya kesadaran akan efek membahayakan dari alkohol dan semakin maraknya gaya hidup lebih sehat menjadi penggerak utama dari tren ini. Menurut NCSolutions Analysis, di tahun 2024 ini, jumlah Gen Z yang berencana untuk mengurangi konsumsi minuman beralkohol meningkat 53%. Selain itu, World Finance menyatakan bahwa 86% konsumen Gen Z meyakini bahwa kesehatan mental tidak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik saat mempertimbangkan untuk mengonsumsi minuman beralkohol.
Media sosial memainkan peranan signifikan dalam mempromosikan gaya hidup lebih sehat, termasuk mendorong untuk mengurangi atau menghentikan konsumsi minuman beralkohol. Berbagai manfaat yang didapat dengan menjalani hidup sehat ini turut memengaruhi perubahan preferensi Gen Z dalam hal konsumsi alkohol. Media sosial juga membantu mengangkat hal-hal seputar kesehatan mental. Mengajak Gen Z untuk lebih waspada terhadap kebiasaan minum, terkait dampak alkohol pada kesehatan mental.
Konten yang dikonsumsi Gen Z di media sosial berdampak terhadap persepsi dan keputusan mereka dalam hal minuman yang direguk. Ada beragam konten yang menjunjung kesehatan dan wellness, termasuk manfaat dari mengurangi atau menyetop konsumsi alkohol. Belum lagi amplifikasi dari para influencer yang berbagi aktivitas positif seperti makan sehat dan berolahraga, yang menginspirasi para follower mereka untuk mengadopsi kebiasaan serupa.
Lily Sumner (Next Models) photograph by Steff Galea for ELLE Indonesia October 2023; styling Aurelia Donaldson.
ANDA PERLU TAHU
Sudah sepatutnya kita bisa semakin mindful, lebih peduli, dan lebih bijak terhadap apa yang kita masukkan ke dalam tubuh. Berikut adalah sejumlah dampak yang ditimbulkan oleh alkohol terhadap tubuh, yang bisa jadi belum Anda ketahui.
Congener memperparah hangover
Congener adalah sejenis zat yang dihasilkan saat proses penyulingan dan fermentasi, yang banyak ditemukan di tequila, cognac, bourbon, dan brandy. Jika dikonsumsi berlebihan, congener dapat mengganggu peredaran darah dan jaringan dalam otak; senyawa kimia ini (lewat studi eksperimen) diindikasi dapat memperparah hangover.
Sulfit memicu alergi dan asma
Sulfit terdapat secara alami di anggur dan hops (bahan utama pembuat bir). Senyawa sulfur ini berfungsi untuk mencegah pertumbuhan bakteri, penstabil rasa, menjaga warna minuman, dan sering ditambahkan sebagai efek pengawet. Sebagian orang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap sulfit, sehingga mengalami reaksi alergi. Makanan dan minuman dengan kadar sulfit yang tinggi juga bisa memicu gejala asma.
Alkohol meningkatkan berbagai risiko kanker
Banyak orang mengetahui bahwa meminum alkohol bisa meningkatkan risiko kanker liver, payudara, dan usus besar. Namun sebenarnya, alkohol juga dapat meningkatkan risiko kanker mulut, tenggorokan, laring, dan kerongkongan. Ketika tubuh memproses etanol yang terkandung dalam alkohol, maka akan mengubahnya menjadi acetaldehyde, yang dimasukkan ke daftar karsinogen Group 1 oleh International Agency for Research on Cancer.
Alkohol menurunkan kemampuan mengingat
Jika Anda pernah begitu mabuk sehingga ketika terbangun di keesokan harinya Anda tidak bisa mengingat apa yang terjadi di malam sebelumnya, Anda akan berpikir bahwa alkohol adalah biang keladinya. Tetapi sebenarnya, alkohol tidak membuat otak Anda melupakan segalanya. Lebih tepatnya, alkohol menurunkan kemampuan Anda untuk menciptakan ingatan jangka panjang. Anda bisa mengingat hal-hal jangka pendek yang terjadi ketika Anda menenggak minuman, seperti siapa saja teman Anda yang hadir di pesta, tetapi ingatan itu akan sirna di keesokan harinya karena tidak diproses menjadi memori jangka panjang.
Alkohol membuat tubuh terasa lebih dingin
Alkohol adalah vasodilator, yang artinya ia membuka lebar pembuluh darah, termasuk yang ada di bawah permukaan kulit. Inilah mengapa Anda akan merasa lebih hangat ketika minum, karena ada lebih banyak darah yang mengalir di tubuh—memberikan sensasi hangat sementara. Namun ini juga berarti temperatur inti tubuh menurun seiring dengan darah hangat yang berkeliaran ke sekujur tubuh, yang berarti tubuh Anda sebenarnya menjadi lebih dingin karena kehilangan panas lebih cepat.
Alkohol menimbulkan hasrat terhadap junk food
Ada sejumlah alasan mengapa Anda mengincar makanan asin, tinggi gula, atau berlemak ketika Anda minum. Alkohol akan membuat Anda dehidrasi, karena alkohol bersifat diuretik sehingga meningkatkan frekuensi buang air kecil. Ini membuat Anda mengidam makanan asin yang memicu tubuh mengisi ulang elektrolit dan membantu tubuh mengganti air yang hilang. Sementara makanan berlemak membantu melindungi tubuh dari kandungan asam yang berlebihan dari alkohol.
Alkohol menurunkan kualitas tidur
Mungkin Anda berpikir alkohol dapat membuat Anda tidur lebih nyenyak, namun ternyata yang sebenarnya terjadi adalah sebaliknya. Alkohol mengacaukan siklus tidur Anda dan mengganggu REM yang merupakan fase tidur yang sangat pulas dan bermimpi.
Serena Motola photograph by Park Jong Ha for ELLE Indonesia March 2024
ADAPTASI KONSUMSI MINUMAN NON ALKOHOL
Dengan adanya perubahan persepsi dan preferensi konsumen dalam mengonsumsi minuman beralkohol, tentunya ini mendorong industri minuman untuk beradaptasi dan berinovasi agar tidak tertinggal dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Berbagai pembaruan dalam pengembangan produk pun dilakukan, seperti memasukkan kandungan tertentu untuk kesadaran yang lebih terkendali, membuat minuman yang diresapi dengan adaptogen dan bahan-bahan yang menunjang wellness, dan produk-produk yang menawarkan berbagai cita rasa menggugah. Menyuguhkan pengalaman minum yang lebih beragam dan menarik.
Pengembangan alternatif minuman yang lebih sehat menjadi fokus baru bagi sejumlah jenama alkohol. Bir, wine, spirits yang rendah kalori, rendah gula, organik, dan bebas alkohol dikembangkan dan diproduksi untuk menjadi konsumsi mereka yang menginginkan pengalaman minum melalui alternatif yang lebih sehat.
Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas koktail non alkohol, atau yang lebih dikenal dengan sebutan mocktail terus meningkat. Para mixologist dan bartender mengerahkan kreativitas mereka untuk menciptakan kreasi minuman non alkohol. Tidak hanya sekadar menghilangkan kandungan alkohol, tetapi lebih dari itu, menggiring pengalaman minum ke tingkatan berikutnya, melalui rasa, tekstur, dan aroma.
Seiring dengan meningkatnya permintaan akan koktail non alkohol, lampu sorot kian terarah pada kualitas dan keragaman bahan yang digunakan. Buah-buahan segar, bumbu, rempah-rempah, dan sirup diramu sedemikian rupa untuk menghasilkan kompleksitas rasa yang memanjakan indera pengecap. Kini mixology menjadi lebih inklusif, merangkul audiens yang lebih luas dengan berbagai rasa dan preferensi diet. NielsenIQ mengungkapkan bahwa faktor utama bagi konsumen dalam memilih minuman non alkohol adalah “menyukai rasanya”, disusul oleh “Saya ingin berbagi pengalaman minuman dengan orang lain.”
Adaptasi lainnya yang dilakukan oleh jenama alkohol di area branding dan marketing. Dengan semakin banyaknya orang yang menghabiskan waktu di ruang digital, jenama alkohol juga semakin gencar memasarkan produk-produk mereka secara daring, melalui media sosial, influencer marketing via Instagram dan TikTok, platform e-commerce, dan lainnya. Menurut Numerator, 45% konsumen Gen Z mencari tahu tentang jenama minuman baru melalui iklan media sosial.
Meski demikian, menjual keunggulan produk tidaklah cukup. Yang menjadi kunci adalah pesan yang disampaikan. Jenama harus mengedepankan brand value yang diusung. Inisiatif keberlanjutan, proses produksi yang memperhatikan etika, dan metode pengelolaan pasokan perlu menjadi bagian yang melekat erat pada identitas jenama.
Dalam sebuah laporan yang dibuat oleh Adolescent Content, disebutkan sejumlah brand value yang memengaruhi Gen Z dalam membeli produk, yaitu praktik bisnis yang berkelanjutan (92%), keterjangkauan (91%), praktik bisnis yang memperhatikan etika (90%), inklusivitas (87%), dan prinsip-prinsip lainnya secara umum (86%). Para konsumen Gen Z lebih menaruh atensi pada jenama dengan brand value yang selaras dengan nilai-nilai yang mereka anut.
Semangat zaman selalu membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan. Kegiatan mengonsumsi minuman bukan lagi sekadar pemenuhan kebutuhan primer, tetapi sesuatu yang merepresentasikan karakter, persepsi, dan jati diri. Sesuatu yang diharapkan dapat membuat hidup lebih baik dan bermakna.
L’Oréal-UNESCO For Women in Science National Fellowship 2024: Merayakan Kontribusi Perempuan Peneliti Indonesia untuk Solusi Berkelanjutan
Ikuti Perjalanan Seru Rolex Dalam Mendukung Ekspedisi Penjelajah National Geographic Steve Boyes di Sungai Kasai
ELLE Menegaskan Dominasinya di Dunia: Peluncuran Edisi Malaysia dan Uzbekistan Membawa Total 50 Edisi Internasional Majalah ELLE