BEAUTY

5 Juni 2024

Menilik Bahaya Penyakit Jantung Koroner bagi Perempuan dan Langkah untuk melindungi Kesehatan Jantung


Menilik Bahaya Penyakit Jantung Koroner bagi Perempuan dan Langkah untuk melindungi Kesehatan Jantung

Photo DOC. Mayapada Hospital

Penyakit jantung koroner menjadi penentu mortalitas yang terus merangkak naik di Indonesia. Tak pandang gender, merenggut baik laki-laki maupun perempuan. Data Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) tahun 2021 menunjukkan tidak ada penurunan jumlah penderita PJK dan kesadaran akan ancaman penyakit ini masih belum merata di berbagai kalangan.

Kampanye pencegahan kanker payudara bergema lebih keras, kita kurang menyadari akan bahaya PJK yang mengintai. Maka, penting bagi perempuan memahami lebih jauh tentang PJK. PJK terjadi ketika adanya sumbatan aliran darah yang mengalir ke otot-otot jantung. Hal ini terjadi karena pecahnya suatu plak kolestrol di dalam pembuluh darah sehingga aliran darah tersumbat. Keluhan khas PJK meliputi nyeri di dada sebelah kiri, seperti ditekan oleh sesuatu yang berat, yang dapat menjalar hingga ke leher, rahang, bahu, punggung, dan lengan kiri. Sering kali, disertai dengan rasa berdebar di dada, keringat dingin, pusing, sesak napas, mual, dan nyeri perut.

Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah, Konsultan Kardiologi Intervensi, dr. Aninka Saboe, SpJP (K), FIHA, FAPSIC, dari Mayapada Hospital Bandung, menceritakan bahwa perempuan memiliki kekhususan tersendiri terkait penyakit jantung koroner. Selain faktor risiko PJK tradisional, seperti tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, kolesterol tinggi, merokok, obesitas, dan Riwayat penyakit pada keluarga; terdapat faktor risiko PJK yang khusus pada perempuan, seperti menopause, penggunaan kontrasepsi hormonal, penyakit autoimun (seperti Lupus dan Rheumatoid Arthritis), serta riwayat kehamilan dengan gestational diabetes maupun preeklampsia (tekanan darah tinggi dalam kehamilan).


Lebih lanjut, tampilan PJK pada perempuan seringkali tidak khas. Pada perempuan, gejalanya dapat tanpa nyeri dada, hanya terasa tidak nyaman di dada, rasa lelah mendadak, ataupun nyeri ulu hati. Hal tersebut menyebabkan sering kali perempuan mengalami keterlambatan dalam penanganan PJK. Menurut Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi dari rumah sakit yang sudah terakreditasi Internasional JCI (Joint Commission Internasional) Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Vireza Pratama, SpJP, Subsp.IKKv(K), FIHA, FAsCC, FSCAI.

Penanganan awal PJK stabil biasanya dengan pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala Angina atau nyeri dada, menurunkan kolesterol LDL, mengendalikan faktor risiko, dan pemeriksaan uji latih jantung atau pencitraan kardiovaskular. Bila keluhan nyeri dada bertambah berat atau ditemukan bukti sumbatan pembuluh darah koroner melalui pemeriksaan pencitraan tersebut, maka rekomendasi selanjutnya adalah
tindakan Coronary Angiography (CAG) untuk menegakkan diagnosis PJK secara invasif. Tindakan CAG tersebut dapat dilanjutkan dengan tindakan Percutaneus Coronary Intervention (PCI) yang bertujuan untuk memperbaiki aliran darah koroner dengan cara melebarkan pembuluh darah dengan dilatasi balon dan pemasangan stent atau ring di dalam pembuluh darah jantung tersebut.

dr. Arinto Bono Adji Hardjosworo, Sp.BTKV, Subsp.JD (K) Dokter Spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular Konsultan Jantung Dewasa Mayapada Hospital Tangerang kemudian menambahkan; jika sudah terlalu banyak sumbatan maka pemasangan ring jantung menjadi tidak ideal lagi sebagai terapi pilihan untuk pasien. Menurut acuan yang disepakati dalam guidelines baik di Amerika maupun Eropa, tindakan yang disarankan adalah melalui operasi pintas koroner atau CABG (coronary bypass graft) yang banyak dikenal dengan operasi bypass. Operasi bypass merupakan operasi jantung yang paling banyak dilakukan di dunia. Bila dilakukan di sarana pelayanan yang terpadu dengan jam terbang yang tinggi operasi ini mempunyai tingkat keberhasilan tinggi. Apalagi saat ini operasi bypass bisa dilakukan dengan teknik minimal invasif tanpa memotong dinding dada depan, hanya melalui dada kiri. Operasi minimal invasif dengan sayatan yang lebih kecil akan mempercepat pemulihan pasien di samping rasa nyeri yang lebih minimal.

Edukasi untuk meningkatkan kesadaran perempuan terhadap PJK perlu didorong, termasuk mengenai pentingnya skrining penyakit jantung apalagi jika memiliki faktor risiko sehingga penyakit jantung dapat dideteksi sedini mungkin dan ditangani dengan komprehensif. Skrining, diagnosis, tindakan, hingga rehabilitasi jantung dapat dilakukan secara holistik di Cardiovascular Center Mayapada Hospital.

Cardiovascular Center Mayapada Hospital memiliki tim multidisiplin yang berpengalaman, didukung dengan kelengkapan fasilitas yang canggih, termasuk layanan kegawatdaruratan jantung (Cardiac Emergency), dengan call center 150990, Cardiac Emergency Mayapada Hospital selalu siaga 24 jam untuk dapat menangani pasien dengan cepat dan tepat, sesuai dengan standar internasional yaitu protokol Doorto-Balloon kurang dari 90 menit.