2 Desember 2024
Narasi Thierry Wasser Mengungkap Filosofi di Balik Wewangian Guerlain
Sosok Thierry Wasser, in-house perfumer Guerlain yang ikonis, menjembatani antara warisan merek yang tersohor dan dunia wewangian modern yang terus berkembang. Sebagai perfumer pertama yang hadir di luar garis keturunan Guerlain dan mampu berperan dalam posisi prestise, Wasser mengemban warisan yang telah berdiri selama hampir dua abad—dengan tugas menegakkan tradisi perusahaan yang fundamental sembari mampu untuk tetap terus berinovasi. Bagi Guerlain, wewangian lebih dari sekadar aksesori; wewangian adalah bahasa emosi, memori, dan identitas—dan Thierry Wasser telah menjadi pembicara yang fasih dalam bahasa ini, menciptakan mahakarya olfaktori yang mencerminkan sejarah merek yang kaya sambil bernarasi tentang hasrat-hasrat kontemporer dalam setiap esensi.
Setiap wewangian yang Wasser ciptakan merupakan hasil dari komposisi yang cermat, memadukan seni intuitifnya dengan ketepatan seorang ilmuwan. Merebak aroma sensualitas yang berani dari Mon Guerlain, maskulinitas yang kaya dari L’Homme Idéal, keanggunan abadi dari Shalimar, hingga ekslusivitas koleksi L’Art et La Matière, kreasi Wasser mewujudkan kemampuannya untuk terhubung secara mendalam dengan bahan mentah yang dipilihnya dengan sangat hati-hati. Karyanya lebih dari sekadar wewangian; ini adalah perayaan keindahan alam dan bukti komitmen Guerlain terhadap keberlanjutan dan sumber daya yang etis.
Namun, perjalanan Wasser bukan hanya tentang menciptakan wewangian ikonis—eksistensi sang perfumer sendiri adalah kisah tentang gairah, tanggung jawab, dan cita-cita akan perwujudan kesempurnaan yang seolah tak berbatas. Peran yang ia emban membutuhkan rasa hormat yang mendalam terhadap masa lalu, pandangan tajam terhadap masa kini, dan perspektif visioner terhadap masa depan. Melalui karyanya, parfum Guerlain lebih dari sekadar aroma, namun barisan karya seni yang membangkitkan keanggunan dan emosi, mengukuhkan posisi Wasser sebagai salah satu tokoh paling disegani di dunia parfum prestise. Duduk bersama ELLE setelah menuntaskan Perfume Master Class-nya di Indonesia bulan Oktober silam di mana ia mengupas terdalam kekayaan wewangian—terutama koleksi L’Art et La Matière—dan seni layering dalam mengaplikasikan aroma, ia berbagi kisah tentang pandangan mendalam seorang perfumer prestise yang melihat kekayaan makna dari barisan botol parfum yang ia ciptakan untuk Guerlain.
Dalam proses pembuatan wewangian baru, hal seperti apa saja yang kerap menjadi inspirasi proses kreatif Anda?
“Kreativitas adalah kesadaran, keterlibatan, dan kehadiran Anda dalam suatu momen. Apa yang memicu mode kreatif bagi saya bisa hal-hal yang lahir dari sebuah percakapan, bisa berupa pemandangan, bisa berupa aroma dari bahan baku baru, berupa warna, ataupun perasaan. Pada dasarnya, kreativitas menginspirasi Anda untuk menceritakan sebuah kisah. Setiap wewangian seperti sebuah buku—menceritakan sebuah kisah dan memiliki tujuan bagi orang yang menulis kisah tersebut. L’Art et La Matière, misalnya, merupakan koleksi yang mudah dipahami karena memiliki judul cerita yang tertera pada labelnya. Seperti Patchouli Paris—seolah Anda mendesain sebuah aroma dengan tokoh utama: Patchouli. Itulah bintang pertunjukannya. Itulah pemeran utamanya. Dan kemudian, Anda memposisikan pemeran utama tersebut dengan menambahkan pemeran kedua untuk mampu berinteraksi dengan karakter utama tersebut. Lalu di antara kedua karakter tersebut, Anda menciptakan gerakan dalam sebuah alur cerita—karena wewangian memerlukan interaksi minimum. Kalau tidak, akan sangat membosankan. Wewangian linear itu layaknya mengemudi malam hari di jalan tol yang panjang—membosankan hingga berisiko akan tertidur. Namun Ketika Anda menciptakan dinamika di antara dua bahan baku—dua karakter—maka ceritanya akan menjadi sangat menarik. Maka untuk menjawab pertanyaan Anda, segala sesuatu mampu menjadi sumber inspirasi bagi saya, dan setelahnya, hanya soal cara berbeda dalam permainan dengan bahan-bahan baku.”
Bagaimana peran warisan Guerlain dalam proses penciptaan wewangian?
“Bukan beban, melainkan pijakan. Melihat apa yang telah dilakukan para pendahulu saya, terutama Jacques Guerlain—yang sangat produkti—maka Anda akan mampu melihat pola khas Guerlain, yaitu Guerlainade: penggunaan enam bahan dalam proporsi berbeda secara sistematis seperti bergamot, mawar, melati, kacang tonka, iris, dan vanilla yang ada di seluruh kreasinya. Dalam setiap semprotan, Anda menyadari bahwa ada tekstur atau ‘tanda tangan’ dari sang jenius dalam keluarga tersebut. Dan itu adalah pelajaran berharga. Pelajaran lainnya adalah tentang sumber bahan baku dan produksi—yang membedakan Guerlain dari kompetisi lainnya: Anda tidak hanya memproduksi setiap kreasi Anda dan juga milik pendahulu Anda, tapi Anda juga harus mencari sumber untuk memproduksinya. Saya menghabiskan sekitar 40% waktu saya dalam setahun untuk berkeliling dunia mencari sumber bahan, karena saya tidak mau membeli mawar atau patchouli begitu saja. Anda membelinya dari seseorang, dan bila Anda tidak memiliki hubungan dengan orang tersebut, maka jalur sumber Anda akan berisiko. Perjalanan ini kaya akan pertemuan manusia, setiap kali Anda melakukan perjalanan untuk menemui mitra Anda yang sudah menjadi sosok teman, atau bahkan seperti saudara—inilah kebahagiaan saya. Lewat perjalanan dan pertemuan ini, Anda mampu memahami sifat asli manusia. Selain itu, sering kali orang memiliki perspektif pesimis tentang apa yang yang terjadi di planet ini, namun, Ketika Anda pergi mengunjungi ladang di seluruh dunia, Anda dapat merasakan bahwa sebenarnya masih ada harapan. Dan memahami harapan-harapan tersebut sangatlah menenangkan.”
Anda adalah satu sosok perfumer yang menyatakan bahwa dalam satu semprotan parfum Guerlain, ada harapan bagi orang-orang di luar sana.
“Dengan senang hati, saya akan mengatakannya lagi. Sebagai konsumen dari parfum, mungkin Anda hanya melihat permukaannya. Tapi saya menjadi emosional karena saya yang memproduksinya, terlibat dalam pembuatannya. Kami memiliki pabrik kecil di luar Paris dengan 127 staf, tepatnya. Jadi ada 127 orang yang membuat setiap wewangian tersebut. Seluruh bahan mentah dari penjuru dunia dikumpulkan di sana, diracik sesuai dengan formula, dengan aturan yang sangat presisi, lalu dikirim ke seluruh dunia untuk menaklukkan pasar. Itulah peran dari pabrik kecil ini. Dan semua bahan mentah yang berkumpul di sana, berasal dari sumbernya. Saya tahu siapa yang menanam, siapa yang memproses, hingga siapa yang memetic bunga-bunganya. Siapa yang memetiknya dengan tangan, satu per satu. Melati, mawar, bahkan buah yang lebih besar seperti bergamot—semuanya dipetik dengan tangan. Ketika Anda menjadi pemetik, profesi tersebut bukanlah pekerjaan utama. Melainkan penghasilan tambahan. Dan ketika Anda menyadari dari mana banyak bahan mentah kami berasal, maka Anda pun akan menyadari betapa memetik bunga atau penghasilan tambahan ini sangat penting untuk bertahan hidup, atau untuk merawat keluarganya, sementara masih memiliki pekerjaan utama lainnya. Di sini mereka berjuang untuk bertahan hidup, untuk pendidikan anak-anak, dan sebagainya—maka dalam perjuangan tersebut ada harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Dan hal tersebutlah yang secara khusus terwujud dalam wewangian Guerlain, juga cinta para petani terhadap tanah mereka, terhadap tanaman mereka, kebanggaan para pekerja lokal. Seperti ketika saya mengunjungi wilayah di Banda Aceh atau Malang, saya melihat desa-desa yang memiliki alat distilasi yang digunakan untuk mengolah daun patchouli kering menjadi minyak—dan mereka mengemban kebanggaan dalam kepemilikan itu. Oleh sebab itu, dalam setiap semprotan wewangian kami, ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik, cinta, dan kebanggaan dari puluhan ribu orang di dunia. Itulah yang saya sebut sebagai perwujudan nyata.”
Seberapa sering Anda mengunjungi ladang atau kebun yang menjadi sumber bahan mentah bagi Guerlain?
“Di selatan Italia, kami telah bekerja sama dengan keluarga yang sama selama tiga generasi. Ini adalah contoh bentuk kerjasama yang sudah sangat teroganisir dengan baik, dengan sistem yang berjalan lancar. Maka saya bisa tidak mengunjungi mereka selama setahun atau dua tahun. Tapi di luar itu, beberapa rantai pasokan kami sedikit lebih rumit, yang mengharuskan saya pergi dalam setiap tahun. Kami memiliki begitu banyak rantai pasokan yang berbeda, mustahil rasanya untuk bisa mendatangi semuanya dalam setahun yang salam. Tapi setidaknya saya akan berkunjung setiap dua tahun. Karena mitra kami perlu ditemui. Mereka perlu melihat dan berinteraksi langsung dengan kami. Semudah jika teman Anda mengirimkan pesan WhatsApp atau SMS, dan Anda tidak menjawab, setelah beberapa kali, mereka pasti akan bosan dan tidak menanggapi Anda.”
Terlepas dari jadwal Anda yang luar biasa sibuk, Anda mampu untuk tidak hanya mengenal, tapi juga memahami orang-orang yang berada di bawah naungan Guerlain. Anda bisa mengucap jumlah pekerja di pabrik sejumlah 127 orang dengan tepat dan menghormati para petani hingga pemetik bunga di ladang.
“Saya mengenal mereka, dan saya mencinta mereka, dan mereka kembali mencintai saya. Mereka memberikan saya kekuatan. Ketika kami datang ke Asia, kami bertemu dengan para beauty advisor kami. Pertama saya ke Singapura, Kuala Lumpur, Manila, dan sekarang di Jakarta. Sebuah kebanggaan bagi saya dapat bertemu dengan pasukan kecantikan kami yang ada di balik counter, karena mereka melakukan pekerjaan yang sangat berat, mereka berdiri sepanjang hari. Setelah counter tutup di penghujung hari, leher mereka pegal, punggung mereka sakit, dan saya menghargai para pejuang Guerlain. Saya akan membawa semua pengetahuan itu kembali ke kantor pusat di Paris untuk mengatakan ‘Kita bisa menciptakan parfum atau produk kecantikan paling indah di dunia, tapi kalau bukan karena peran mereka, apa jadinya produk-produk itu?’ Di lapangan, hal yang sama juga berlaku. Jika mitra Anda jatuh sakit, dan membuat Anda tidak memiliki melati, mawar, atau tuberose, Anda pun akan kesusahan. Jadi ini semua adalah sebuah lingkaran. Sebuah rantai. Saya menyaksikan itu semua di setiap perjalanan—baik itu perjalanan bersama tim penjualan kami atau bertemu dengan orang-orang yang bekerja untuk Guerlain, maupun di ladang bersama para petani, pemetik, dan orang-orang produksi.”
Bagaimana Anda mendefinisikan gaya wewangian Guerlain?
“Saya rasa ini adalah definisi cinta. Ada banyak cinta yang tertuang ke dalam botol-botol tersebut. Pernah suatu kali saya mendapatkan foto saya di kebun jahe di India. Saya mengenakan celana khaki dan jaket. Saat itu orang-orang bertanya, ‘Laki-laki ini ada di kebun di India memakai jaket? Yang benar saja?’ Saya menjawab, ketika saya pergi ke desa-desa di India, mereka tahu saya akan datang. Jadi mereka pun berdandan dan seluruh desa berkumpul. Bahkan di Indonesia, anak-anak dari desa menari dan menyanyi saat saya tiba. Oleh sebab itu, apakah saya akan pergi ke sana dengan celana pendek dan sendal jepit? Jika mereka bersiap menyambut Anda, maka hal paling minimal yang bisa Anda lakukan adalah untuk tampil pantas. Itu tentang rasa hormat. Dan bentuk penghormatan tersebut tercermin dalam wewangian Guerlain. Maka definisi wewangian kami adalah cinta dan rasa hormat.”
Lalu apa yang membuat koleksi L’Art et La Matière begitu unik dan istimewa?
“Bila berbicara tentang bahan baku, seluruh katalog Guerlain tercipta lewat kualitas bahan baku yang tinggi. Namun L’Art et La Matière tercipta lewat ukuran bahan baku yang lebih tinggi lagi, di mana koleksi ini memungkinkan penggunaan tanaman yang sangat spesifik. Bergamot, mawar, melati, dan sebagainya, kami beli dalam jumlah yang sangat besar. Contohnya mawar Bulgaria yang kami beli sekitar 5% dari jumlah produksi nasional mereka. Bayangkan, volume yang sangat besar. Maka koleksi ini menjadi spesifikasi dari satu batch tertentu dalam setiap serinya—satu produsen. Lewat koleksi ini, Guerlain juga memiliki usaha dalam mempromosikan pertanian organic, namun tidak pernah dengan memaksakan kehendak. Seluruh mitra harus menyetujuinya. Karena di awal, ketika Anda beralih dari konvensional ke organik, aka nada penurunan hasil produksi. Namun setelah itu, hasilnya akan kembali bahkan lebih baik dari pertanian konvensional. Telah lama kami menyadari bahwa kami tidak bisa menggunakan lebah sebagai simbol Guerlain di mana-mana saat menggunakan pestisida di tanaman. Kami harus konsisten pada perubahan. Kami tidak bisa menggunakan program lebah dengan PBB dengan Angelina Jolie yang saat itu mendukung program tersebut, namun tetap melibatkan pestisida. L’Art et La Matière menjadi koleksi yang istimewa karena juga menjadi simbol perubahan yang istimewa.”