CULTURE

9 Maret 2021

15 Perempuan Di Balik Karya Musik Fenomenal Dunia


15 Perempuan Di Balik Karya Musik Fenomenal Dunia

Mengulik sosok perempuan di balik karya-karya musik yang mewarnai peradaban.

Hingga awal tahun 2000-an, album fisik dalam bentuk CD masih menjadi medium utama yang menghubungkan kita dengan karya para musisi. Dari CD, selain menyimak alunan lagu dan musikalitas yang disajikan, kita juga bisa menyesap hidangan artistik dalam bentuk visual yaitu sampul album dan meresapi baris- baris lirik yang terpampang. Album fisik juga umumnya memberikan informasi terkait dengan pembuatan album, seperti produser, recording engineer, hingga desainer atau fotografer yang merancang sampul album atau artwork.

Sylvia Massy

Arus digitalisasi kemudian masuk hingga kian tak terbendung dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dari awalnya audio berformat mp3, hingga kini tidak bisa terpisahkan dengan platform music streaming. Menikmati musik dan mengapresiasi musisi tidak lagi sama.

Di satu sisi, terasa menyenangkan dan praktis. Namun ada sensasi yang hilang yang hanya bisa didapatkan dari album berformat CD. Kita kehilangan keseruan ketika melihat, memegang, membolak-balik album sleeve yang menampilkan foto, ilustrasi, dan lirik lagu.

Berikut para perempuan yang turut bertanggung jawab atas lahirnya karya-karya musik fenomenal. Mereka tidak tampil di depan panggung dan bukan menjadi sorotan media. Namun kontribusi para perempuan ini tidak bisa disangkal. Apa yang mereka lakukan memukau sekaligus menggenapi keberadaan karya klasik dan hit dalam perjalanan musik di dunia.

Produser Musik

Produser membantu mewujudkan visi sang musisi atas lagu atau album yang ingin digarap. Ia memberikan arahan musikal; konsep album secara keseluruhan, lagu-lagu dimainkan dan dinyanyikan, teknik rekaman yang digunakan, dan lainnya. Di industri musik dunia, perempuan yang berkiprah sebagai produser terhitung hanya sekitar 2%.

Sylvia Robinson

Dua lagu rap yang sangat berpengaruh— Rapper’s Delight oleh Sugar Hill Gang dan The Message oleh Grandmaster Flash dan The Furious Five—diproduseri oleh perempuan yang sama: Sylvia Robinson. Sylvia merupakan seorang musisi R&B dan memiliki peranan krusial dalam membawa suara jalanan ke ranah mainstream di akhir 1970-an. Membuatnya memperoleh julukan “The Mother of Hip-Hop”.

Suzanne Ciani

Dalam perkembangan musik elektronik, Suzanne dijuluki sebagai “Pahlawan synth perempuan pertama dari Amerika”. Pada 1970-an, komposisi-komposisi ciptaannya yang tersimak aneh namun menakjubkan, memperkenalkan banyak orang pada synthesizer Buchla. Ia juga bertanggung jawab atas aspek audio yang khas di iklan Coca-Cola, yaitu bunyi botol yang dibuka dan suara minuman dituang.

Sylvia Massy

Berkarier sejak pertengahan 1980-an, produser dan engineer ini telah membentuk cita rasa dan identitas sound dari sejumlah band seperti Red Hot Chilli Peppers, System of a Down, dan Tool. Ia juga berperan sebagai engineer mendampingi produser legendaris Rick Rubin dalam menggarap album Johnny Cash yang meraih Grammy, Unchained (1997).

Linda Perry

Dikenal sebagai frontwoman 4 Non Blondes, Linda tergolong produktif di balik layar, baik sebagai produser maupun penulis lagu. Ia membesut lagu-lagu hit yang dibawakan oleh P!nk, Christina Aguilera, dan Alicia Keys. Pada 2019, Linda memperoleh nominasi Grammy untuk kategori Producer of the Year (Non- Classical).

TOKiMONSTA, photo: Getty Images

TOKiMONSTA

Memiliki nama asli Jennifer Lee, DJ dan produser ini dikenal dengan entakan psychedelic beats. Ia menjadi produser perempuan Asia-Amerika pertama yang meraih nominasi Grammy untuk kategori Best Dance/ Electronic atas albumnya, Lune Rouge (2017). Jennifer juga memproduseri karya-karya yang dibawakan oleh Beck, Justin Timberlake, dan Lil Uzi Vert.

Penulis Lagu

Tak terbantahkan lagi, penulis lagu menjadi jantung dari sebuah karya musik. Ia seperti penulis skenario dalam pembuatan film. Boleh jadi, sehebat apa pun kemampuan menyanyi seseorang, apabila lagu yang dibawakannya tidak terkomposisi dengan baik, maka hasilnya bukanlah sesuatu yang elok untuk didengarkan. Selama beberapa dekade, perempuan telah berada di garis depan dalam penulisan lagu.

Patti Smith

Lucinda Williams

Tidak hanya merangkai melodi, Lucinda juga menulis lirik yang dapat dihafalkan dengan mudah maupun dilantunkan sebagai puisi. Dalam lima tahun terakhir, ia menggarap double album yang menampilkan penulisan lirik mendalam dengan tetap mempertahankan keanggunan melodi. Lucinda juga berkolaborasi dengan tokoh jaz besar Charles Lloyd untuk album Vanished Gardens (2018).

Patti Smith

Apa yang dilakukan Patti pada album legendaris Horses (1976) ternyata mampu membaurkan punk, post-bop jazz, cikal bakal rock ‘n’ roll di era 1950-an, dan puisi dengan menakjubkan. Dalam beberapa tahun terakhir, Patti tampil sebagai suara inspirasi sosial politik, berpijak pada lagu yang ditulisnya, People Have the Power.

Laura Nyro

Laura Nyro bisa dibilang merepresentasikan apa yang disebut dengan “hidden gem”. Album-album awalnya yang memadukan pop, soul, dan jaz masih terasa melampaui zaman. Sebagai penulis lirik, Laura mengaburkan batasan antara sensualitas dan spiritual. Puluhan tahun sebelum Prince melakukan hal serupa. Mengapa talenta sehebat ini tidak mencetak hit singles adalah salah satu misteri yang belum terpecahkan di dunia musik.

Carole King

Album Tapestry (1971) karya Carole King adalah salah satu album terbaik sepanjang masa. Status itu sudah cukup untuk menobatkan Carole sebagai figur yang mendefinisikan terminologi “singer-songwriter”. Ia bisa mewujud sebagai penyanjung romantisme lewat lagu One Fine Day yang ditulisnya untuk The Chiffons. Ia juga menjelma sebagai pengusung protes kaum pinggiran melalui lagu Pleasant Valley Sunday.

Dorothy Fields

Dari sekian banyak penulis lagu perempuan, Dorothy Fields adalah satu-satunya yang mengkhususkan diri pada penulisan lirik. Torehan kata-katanya dapat disimak di lagu The Way You Look Tonight (versi aslinya dinyanyikan oleh Fred Astaire di film Swing Time) dan On the Sunny Side of the Street (pertama kali diperkenalkan dalam drama musikal Broadway, International Revue).

Fotografer & Seniman Visual

Musik memang semesta bebunyian. Namun, sebagai suatu bentuk karya seni, musik juga tidak terlepas dari karya seni lainnya yang kontribusinya untuk kancah musik rock. Salah satu karyanya adalah foto personil The Clash, Paul Simonon, yang menghantamkan basnya di panggung di New York saat tur di tahun 1979. Foto ikonis tersebut kemudian dijadikan sebagai cover album legendaris milik The Clash, London Calling (1979). Pada 2002, foto tersebut menerima penghargaan Greatest Rock ‘n’ Roll Photograph of All Time yang diselenggarakan oleh majalah Q.

Roberta Bayley

Memotret skena punk di New York, sensibilitas fotografer Amerika ini dalam menangkap momen dan ekspresi memang on point. Hal ini jelas tergambarkan melalui foto yang menghiasi sampul album perdana The Ramones (1976).

Yelena Yemchuk

Seniman Ukraina ini berperan dalam aspek art direction dan fotografi untuk karya-karya The Smashing Pumpkins. Mulai dari album Adore, Zero EPThe Aeroplane Flies High box set, berbentuk visual. Sampul album tidak hanya hadir sebagai kemasan pelengkap. Ia turut mengukuhkan image dari sang musisi sekaligus menerjemahkan musikalitas dan pesan yang ingin disampaikan dalam wujud estetika visual.

Valerie Phillips

Valerie Phillips bersama karya fotografinya

Hasil jepretan fotografer fashion ini tampil di artwork berbagai album, mulai dari PJ Harvey, Manic Street Preachers, Amy Winehouse, Amy Macdonald, dan Tracey Thorn. Pada album To Bring You My Love milik PJ Harvey, misalnya. Meski sampul album terlihat lebih glamor dibandingkan dua album sebelumnya, foto yang disuguhkan mengungkap sisi lembut PJ Harvey, yang mengingatkan pada Ophelia, karakter dalam drama Hamlet karya Shakespeare.

Jann Haworth

Jann Haworth merupakan seniman pop Amerika yang menjadi pionir dalam soft sculpture. Ia dikenal sebagai co-creator bersama Peter Blake dalam pembuatan sampul album mahakarya The Beatles, Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band. Konsepnya menampilkan The Beatles dengan mengenakan seragam “Northern brass band” di sebuah seremoni di taman.

Pennie Smith

Fotografer Inggris ini dikenal lewat kompilasi Rotten ApplesMachina/The Machines of God, hingga video Zero dan Thirty-Three. Yelena juga mengontribusikan hasil fotonya untuk album-album milik Savage Garden dan Rufus Wainwright.

text HERMAWAN KURNIANTO