25 Desember 2025
Kurasi Film Liburan dalam Berbagai Pilihan Emosi Rasa
Satu minggu terakhir di bulan Desember rasanya belum meriah tanpa menonton film "liburan" favorit. Drama tentang keluarga, dibalut nuansa perayaan Natal dan Tahun Baru, romansa nan hangat, dan semburat filosofi bijak terkait eksistensi keajaiban semesta. Di bioskop, berbagai karya teranya tengah diputar; Avatar: Fire and Ash, Zootopia 2, Anaconda, hingga Agak Laen 2. Tentu saja, sejumlah sinema klasik seperti Home Alone, Elf, dan The Polar Express turut tampil menyemarakkan berbagai stasiun televisi. Untuk melengkapi agenda menonton di rumah yang jadi tradisi kumpul keluarga, kami mengurasi sejumlah pilihan yang mengemas berbagai emosi rasa.
The Family Stone (2005)

Kali pertama dirilis, The Family Stone mendapat respon "standar" dari para kritik. Kendati demikian, karya Thomas Bezucha ini menyuguhkan komedi klasik Natal yang wajib menjadi tontonan selama hampir setengah abad terakhir. Terima kasih pada penampilan para pemerannya yang membuat setiap penonton percaya akan akhir yang bahagia. Diane Keaton sebagai ibu berhati hangat. Craig T. Nelson sebagai ayah yang terbuka secara emosional. Rachel McAdams, Sarah Jessica Parker, Luke Wilson, Dermot Mulroney, Claire Danes, dan Tyronne Giordano, yang menjadi anak-anak berkepribadian unik. Film ini mengingatkan kita bahwasanya hidup tidak selalu berjalan mulus seperti yang kita harapkan, kadang penuh kesalahan, kesialan, bahkan kekacauan. Namun di antaranya selalu akan ada tawa juga kebahagiaan yang mengalahkan seluruh amarah dan kesedihan.
The Holdovers (2023)

Menarik merasakan nostalgia menonton film klasik saat menyaksikan The Holdovers. Sutradara Alexander Payne dengan sengaja mengimbuhkan efek grainy serta guratan tipis khas sinematografi era ‘70-an, sebagaimana latar narasinya berpusat di tahun tersebut. The Holdovers menceritakan momen liburan musim dingin di sekolah asrama elit Barton Academy di New England. Banyak kutipan-kutipan bijak yang memukul kesadaran, seperti “Kita tidak dilahirkan hanya untuk diri kita sendiri.” The Holdovers adalah kisah klasik bagaimana minggu-minggu terakhir sebelum pergantian tahun dapat mendekatkan orang-orang, bahkan mereka yang semula membenci atau terpaksa bersama karena terjebak keadaan; serta mengajarkan seseorang untuk mengatasi kekecewaan paling mengisolasi dalam hidup mereka.
Edward Scissorhands (1990)

Edward Scissorhands mewakili segenap perasaan jika berbicara soal keluarga. Unik, hangat, pun terkadang canggung. Dibalut keajaiban nuansa liburan, tetapi dengan alur cerita yang kerap menunjukkan minimnya kebaikan terhadap seseorang berkarakter berbeda. Karya Tim Burton ini seolah-olah menjadi pengingat untuk kita dapat saling menerima perbedaan manusia. Duet peran Winona Ryder dan Johnny Depp menambah kekayaan emosi dalam alurnya. Sementara visualnya, jangan diragukan, magis!
The Holiday (2005)

Tidak semua orang menghabiskan Natal bersama keluarga, itulah sebabnya selalu ada setidaknya satu film liburan yang sempurna untuk ditonton sambil menyesap wine bersama sahabat. Pilihan favorit kami: The Holiday. Berkisah tentang dua perempuan yang yang mencari pelarian dari realitas kehidupan percintaan yang menyesakkan hati. Narasinya dikemas Nancy Meyers lewat konsep liburan dengan saling bertukar rumah selama dua minggu terakhir di bulan Desember. Kate Winslet dan Cameron Diaz menjalankan tokoh utama; sementara Jack Black dan Jude Law jadi representasi akan cinta sejati. Cheers to love!
Little Women (2019)

Menceritakan kisah empat saudara perempuan berbeda kepribadian. Masing-masing bermimpi meraih kebahagiaan, yang interpretasinya berbeda-beda. Ada yang mendambakan kedamaian akhir; kesejahteraan sosial; menikah dan berkeluarga; dan ada pula yang mengagungkan kebebasan serta independesi. Narasi klasik Louisa May Alcott ini memanifestasikan segenap asa akan petualangan, cinta, dan keberanian perempuan dalam bersuara menemukan diri sendiri di tengah ekspektasi publik terhadapnya.
One Battle After Another (2025)

Sebetulnya film karya Paul Thomas Anderson ini merupakan narasi aksi. Mengikuti sekelompok revolusioner yang melemparkan bom molotov dan mencoba membebaskan imigran dari penjara sosial. Namun, di sini kita menyaksikan Leonardo DiCaprio menjadi ayah dari seorang remaja. Mengutip opini Jennifer Lawrence, "Dia bisa menjadi seorang ayah yang hebat." Benecio del Toro turut hadir berperan mendampingi Leonardo.
No Other Choice (2025)

Tahun 2025 banyak memberikan tantangan berat. Banyak bencana alam yang memorakporandakan dunia, perang tak berkesudahan, pasar kerja yang lesu, hingga kekhawatiran program kecerdasan buatan mengambil alih kehidupan manusia. (Silakan sebutkan tantangan terberat Anda). No Other Choice mengulas salah satu di antaranya. Karya sutradara Korea Selatan, Park Chan-wook, ini menyoroti bagaimana roda kapitalisme berputar. Jauh dari semangat Natal dan optimisme Tahun Baru; bahkan sedikit menakutkan; namun memaparkan kenyataan, yang terkadang perlu kita telaah di momen-momen menutup tahun untuk melangkah maju di tahun depan.
About Time (2013)

Bagaimana jika setiap momen dalam hidup datang dengan kesempatan kedua? Di malam setelah pesta Tahun Baru yang mengecewakan, ayah Tim memberi tahu putranya bahwa laki-laki di keluarganya selalu memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan melalui waktu. Tim tidak bisa mengubah sejarah, tetapi ia bisa mengubah apa yang terjadi dan telah terjadi dalam hidupnya sendiri. Ia pun memutuskan untuk membuat dunianya menjadi tempat yang lebih baik, dengan mendapatkan pacar. Sayangnya, hal itu ternyata tidak semudah yang dia pikirkan.
Home Alone (1990)

“Everyone in this family hates me! I wish they would all just disappear." Ditulis dan diproduseri oleh John Hughes, dengan Chris Columbus duduk di kursi sutradara, Home Alone telah menjadi film cult perayaan Natal sepanjang masa. Mari jujur saja, tidak semua orang menggemari waktu berkumpul bersama keluarga besar. Terlebih bila Anda introver dan, dalam sudut pandang Kevin McAllister, kerap diabaikan suaranya hingga berharap ia hidup seorang diri. Namun tidak lantas serta-merta kita membenci mereka. Home Alone memanifestasi spirit setiap anak di waktu liburan; kegembiraan ketika mendapatkan hadiah, dan yang utama kehangatan cinta kasih keluarga. Dikemas dengan lagu-lagu Natal yang meriah dan dialog-dialog jenaka.
Srimulat: Hidup Memang Komedi (2023)

Keberhasilan datang diiringi tantangan–yang konon untuk bikin kita tetap berpijak pada tanah. Babak kedua biopik grup lawak legendaris Indonesia, Srimulat, menceritakan pengalaman keras hidup di Ibu Kota usai mereka menjadi bintang nasional. Kisah asmara Gepeng dan Royani yang berliku-liku kian mendramatisasi hari-hari Srimulat. Belum lagi krisis identitas Tessy yang berbuah menjeratnya ke dalam bui.
How The Grinch Stole Christmas (2000)

Ketika Benedict Cumberbatch mengambil alih peran The Grinch, dunia terbuai akan aksinya. Namun, buat saya pribadi, belum ada yang bisa menandingi akting Jim Carrey sebagai karakter Dr. Seuss yang berambut hijau, berperut buncit, dan membenci Natal. Ditonton berulang kali justru membuatnya lebih lucu. Lebih menawan.
La La Land (2016)

Mia, seorang aktris yang bercita-cita tinggi, bertemu dengan Sebastian, seorang musisi jaz, yang bermain di bar-bar yang suram. Keduanya saling jatuh cinta. Namun seiring dengan meningkatnya kesuksesan, mereka dihadapkan pada keputusan-keputusan yang mulai mengoyak jalinan hubungan cinta nan rapuh. Mimpi-mimpi yang mereka perjuangkan dengan susah payah untuk dipertahankan satu sama lain terancam pudar.
While You Were Sleeping (1995)

Sandra Bullock menyelamatkan seorang lelaki yang jatuh pingsan di rel kereta pada Hari Natal, yang mengantarkannya pada cinta sejati? Sebuah film komedi romantis tahun 90-an yang sempurna untuk memicu keyakinan Anda pada keajaiban Natal. Dalam kekacauan yang hampir seperti drama Shakespeare, cinta justru datang jauh di luar perkiraan. While You Were Sleeping adalah representasi kisah tentang keajaiban, cinta, dan... takdir?
Tokyo Godfathers (2003)

Bagaimana jika Anda menemukan bayi di tumpukan sampah pada hari yang dingin? "Adalah sebuah hadiah Natal dari Tuhan!" mengutip Hana, seorang mantan drag queen, dalam filmnya. Ikuti kisah Hana bersama dua orang teman tunawisma mencari jalan mengembalikan sang bayi ke rumahnya.
Tangerine (2015)

Digarap Sean Baker menggunakan iPhone 5, debut karyanya ini menarasikan kisah dua perempuan penghibur yang menghabiskan Malam Natal dalam upaya mencari penghidupan layak, sekaligus impian akan kebahagiaan. Tangerine bukanlah tipikal penggambaran "Malam Natal" pada umumnya, tetapi narasinya tanpa diduga cukup mengharukan.
Last Christmas (2019)

Bagaimana cara yang lebih baik untuk menghilangkan rasa sedih di akhir tahun selain dengan film yang menghibur dan penuh nuansa klise yang diiringi lagu-lagu George Michael? Ditulis oleh Emma Thompson, dengan dibintangi oleh Emilia Clarke dan Henry Golding, Last Christmas adalah film khas Inggris dengan humor yang tajam.