CULTURE

22 Desember 2023

Maudy Koesnaedi: Semangat Awal Tahun untuk Menepati Janji pada Diri Sendiri


PHOTOGRAPHY BY CLAUDIA SMITH - AFTER WINTER

Maudy Koesnaedi: Semangat Awal Tahun untuk Menepati Janji pada Diri Sendiri

styling CHERYL TAN - APREPS model KARISHMA PUROHIT – CHADWICK MODELS makeup NISHA VAN BERKEL – ASSEMBLY AGENCY hair STEPHANIE DELL

Ikan kebo dimasak bukit
Jait kutang di tiang layar
Kalau dulu belain teater abnon sampe terajang sakit
Disaibaratken utang, ini malem mao dibayar

Anak Opas keliling kampung
Anak kidang maen di loteng
Tarik Ketupat Lepas yang digantung
Pukul gendang maenin Topeng

Tarik!!! Kaul… kaul... kabul…

Diiringi tabuhan gendang dan sorak sorai khas Betawi seiring jatuhnya beras kuning dari ketupat.
Upacara Ketupat Lepas, simbol lepas sudah ikatan janji, Janji Soekma. Janji yang terucap 30 tahun lalu di depan juri pemilihan Abang None Jakarta.

Sebuah pertanyaan yang diajukan juri, apa yang akan dilakukan jika terpilih menjadi None Jakarta?
None perwakilan Jakarta Utara ini kemudian menjawab, “Saya ingin membuat kegiatan-kegiatan atau acara Betawi untuk generasi muda”. Entah karena jawaban tersebut atau alasan lainnya, dewan juri saat itu akhirnya memilih remaja putri berusia 18 tahun itu menjadi None Jakarta 1993.

Lama setelah itu, setelah melalui proses di dunia Abang None Jakarta, lalu wara-wiri di dunia hiburan Indonesia tiba-tiba saya teringat sebuah janji.

Tidak ada yang menagih janji tersebut. Tidak ada kewajiban tertulis maupun tidak tertulis untuk melestarikan budaya setelah satu tahun masa bertugas sebagai None Jakarta. Sebuah janji yang sebenarnya tidak memiliki ikatan kepada siapa pun. Tidak kepada juri yang sekadar bertanya, tidak juga kepada generasi muda Jakarta yang tersebut dalam janjinya. Namun ini adalah sebuah ikatan janji pada diri sendiri. Karena pada hakikatnya ini adalah masalah pergulatan menuju kemenangan hati.

Karena pada hakikatnya ini adalah masalah pergulatan menuju kemenangan hati.


Punya janji dengan orang lain pun perlu diingatkan, kalau perlu sampai ditagih. Biasanya ada friendly reminder sebelum tenggat waktunya. Bagaimana janji dengan diri sendiri? Bagaimana mulai menagihnya?

Tapi sebenarnya rasa cinta saya untuk budaya Betawi rasanya semakin dalam.
Seiring dengan tekad ingin membuktikan diri bahwa juri tidak salah memilih. Akhirnya saya memutuskan mencoba mewujudkan janji tersebut dengan membuat sandiwara Betawi bersama abang none Jakarta melalui didirikannya Teater Abnon. Sudah 14 sandiwara Betawi digelar selama 14 tahun terakhir. Bukan berarti mudah.

Seperti sayur mayur yang diikat di sisi Ketupat Lepas.
Ada cabai merah, mewakili pedasnya omongan orang yang menyakitkan hati.
Yang paling akhir komentar pedas, dianggap pandai menjual air mata untuk mendapatkan mata air.

Oh my God! Padahal biaya produksi yang tinggi, bahkan tidak tertutup dengan penjualan tiket, yang tidak seberapa dibanding konser musik atau pertunjukan yang setara. Bersyukur masih ada beberapa sponsor yang berkenan membuka hati dan akhirnya ada perusahaan baru yang program CSR-nya berkenan mendukung bidang budaya.

Ada juga Pare sebagai simbol pahitnya proses perjalanan mewujudkan janji. Dan ada Terong sebagai simbol kebulatan hati atau mempunyai pendirian. Kendati luarnya gelap, berwarna ungu tua, tapi bagian dalamnya tetap putih.

Ya mungkin kalau tidak punya tekad dari awal sudah menyerah. Niat memperkenalkan generasi muda kepada Budaya Betawi, budaya di mana tempat mereka tinggal, dinilai tidak relevan. Terlalu segmented. Tidak profitable. Low budget production pasti tidak menarik penonton. Dan masih banyak hal lainnya, yang mungkin saja ada benarnya.

Semasa hidupnya, almarhumah ibu saya pernah bilang, kalau kita punya niat baik, kadang-kadang ada saja rintangannya. Makanya harus benar-benar punya niat baik yang kuat supaya bisa terwujud. Setiap mendapatkan rintangan, berusaha mengingatkan diri bahwa ini usaha untuk banyak orang yang terlibat. Tidak bisa berhenti ditengah jalan. Selalu berusaha mendapatkan energi dengan mengingat momen ketika para pemain yang sebagian besar bukan pemain teater profesional mampu menghidupkan panggung. Atau saat penonton tertawa terbahak-bahak atas banyolan khas Betawi, bahkan ikut baper sedih ketika usaha mempertahankan seni Gambang Kromong gagal akibat pinjol. Atau momen ketika tarian Ronggeng Topeng yang dibawakan 12 penari dengan berbagai profesi; ibu rumah tangga, pengacara, marketing dan lain-lain itu mampu rnenghipnotis kagum para penonton.

Namun hal penting dari upaya mewujudkan janji adalah semoga dapat menjadi nilai kebaikan. Kebaikan untuk diri sendiri ketika bebas dari beban ucapan janji, kebaikan dari mereka yang bisa menerima nilai yang ingin disampaikan. Atau sesederhana, mengingatkan kembali untuk menepati janji-janji baik yang kita ucapkan.

Biasanya di awal tahun kita sering mengucapkan janji-janji yang berisi doa dan kebaikan untuk selama setahun mendatang. Semoga dapat menjadi semangat untuk mewujudkan.

Ibarat inten di dalam peniti
Kendati lelah, gelisah, susah dijalani
Inilah janji soekma yang menjadi bukti.

Selamat menyambut Tahun 2024. Semoga menjadi tahun untuk menepati janji, bukan tebar janji-janji.