FASHION

23 Mei 2023

Gabriela Hearst Menggaris Standar Kesadaran Lingkungan Di Industri Mode Luks


Gabriela Hearst Menggaris Standar Kesadaran Lingkungan Di Industri Mode Luks

Photo DOC. Gabriela Hearst

Fokusnya pada isu sustainability yang ia nikahkan dengan garis rancang busana sophisticated menjadikan Gabriela Hearst salah seorang desainer yang paling dihormati saat ini.


Isu lingkungan dan keberlanjutan telah menjadi pokok permasalahan yang merenggut ketenangan berpikir para pencinta mode setidaknya selama dua dekade terakhir. Meski awalnya kemampuan untuk melek akan isu ini dianggap tak dapat berjalan beriringan dengan perkembangan industri mode—yang dikenal begitu sinonim dengan kebaruan tiap musimnya yang identik akan pemborosan dan berbagai permasalahan lingkungan—nyatanya ada sejumlah desainer yang hadir menawarkan segudang alternatif lebih ‘hijau’. Apabila di Inggris ada Stella McCartney; maka di Amerika Serikat, Gabriela Hearst muncul sebagai pahlawan.

Gabriela Hearst sendiri bukanlah pemain baru. Meski belum lama meluncurkan label eponimnya (2015)—yang kini begitu digemari deretan selebriti seperti Dr. Jill Biden, Kate Middleton, Meghan Markle, hingga Laura Dern—nyatanya sang desainer telah menggeluti profesi sebagai seorang desainer sejak tahun 2004, ketika ia meluncurkan label kontemporer pertamanya, Candela. Namanya pun semakin diperhitungkan ketika ia mengalihkan fokusnya pada isu sustainability untuk lini busana siap pakai keduanya, yang banyak mempergunakan bahan yang sudah ada dan stok mati yang tidak terpakai dari pabrik, kemudian mengolahnya menjadi pakaian berkualitas premium bernilai jual tinggi. Hasilnya, produk-produk yang ditawarkan lininya pun hadir dalam jumlah terbatas, dengan permintaan yang jauh melebihi pasokan, termasuk lini jinjingannya yang sempat menjadi buruan para pencinta mode di Indonesia.

Photo Getty Image

DARI LUMBUNG MENUJU RUNWAY

Terlahir sebagai generasi kelima keluarga peternak di Uruguay yang terpencil pada 2 November 1976, Gabriela Hearst menghabiskan masa kecilnya hidup jauh dari hiruk-pikuk industri mode yang kini menyelimutinya. Hari-harinya dihabiskan dengan menggembala ternak sejak usia muda di peternakan seluas 17.000 hektar milik orangtuanya di Paysandú. Keluarga ayahnya bermigrasi dari Italia utara, sedangkan ibunya dari Portugal melalui Azores dan Brasil. Ibunya, Sonia, masih tinggal di Uruguay, di peternakan bertenaga surya. Hearst merupakan anak sulung dari empat bersaudara.

Saat menginjak usia sekolah dasar, ia dikirim ke ibu kota Uruguay, Montevideo, untuk tinggal bersama sang nenek dan mengenyam pendidikan di sebuah sekolah berkurikulum Inggris. Hearst kemudian menghabiskan satu tahun di sebuah sekolah menengah di Australia, lalu kembali ke Uruguay untuk belajar komunikasi, kemudian mencoba menjadi model di Paris dan Milan, sebelum akhirnya pindah ke New York untuk belajar akting di Neighbourhood Playhouse.

Pada tahun 2003, Hearst meluncurkan lini pakaian kontemporer pertamanya, Candela, dengan dua orang mitra, masing-masing berbekal modal sebesar USD750. Ketika menjalankan bisnis mode pertamanya inilah Hearst mulai mempelajari seluk-beluk rantai pasokan dan logistik, yang berujung pada kekecewaan pada pihaknya. Tuntutan memproduksi pakaian untuk pasar kontemporer dengan harga murah dan kualitas rendah, membuat ia mempertanyakan kembali tujuan utamanya sebagai seorang desainer.

Berselang sembilan tahun kemudian, pada 2011, ayah Hearst tutup usia dan putri sulungnya ini pun mewarisi peternakannya yang masih ia operasikan hingga kini secara jarak jauh. Hearst pun menemukan dirinya kembali di Paysandú, di mana ia bekerja dengan menyelami kembali tradisi keluarganya, mengatur hewan, dan menyaksikan siklus kehidupan. Ia tahu sesuatu harus berubah. Ia pun bertekad apabila ia akan menempatkan sesuatu yang baru di luar sana, hal tersebut perlu dibuat lebih baik dan dengan dampak lingkungan yang lebih rendah.

Gabriela Hearst Spring-Summer 2020

Gabriela Hearst Fall-Winter 2020

Gabriela Hearst Spring-Summer 2021

Gabriela Hearst Fall-Winter 2021


Naluri Sadar Lingkungan

Empat tahun kemudian. Pada tahun 2015, setelah banyak melewati proses penelitian dan perencanaan, Gabriela Hearst meluncurkan label eponimnya yang turut didukung oleh sang suami, Austin Hearst. Mula-mula, sang desainer ingin menamainya hanya Perezutti, nama keluarganya, tetapi seorang teman mengatakan kepadanya bahwa tidak akan ada yang dapat mengucapkannya. Ia pun memilih Gabriela Hearst. Nama ini turut mencerminkan hubungan kemitraannya dengan sang suami; di mana ia mendesain dan sang suami bertindak sebagai investor.

Meski peran suaminya begitu besar dalam membesarkan namanya, Hearst membuktikan bahwa bisnis ini bukan lah sekadar ‘hobi seorang istri’. Tak butuh lama baginya untuk membuat labelnya dikenal lewat craftmanship mewahnya. Tak hanya itu saja, Hearst turut meningkatkan standar untuk menjalankan sebuah rumah mode luks secara sustainable. Ia bahkan telah menetapkan visinya untuk menggunakan 80% kain deadstock dalam tiga tahun pertamanya dan berkomitmen untuk tidak menggunakan bahan baru pada 2022.

Tumbuh besar di sebuah peternakan menanamkan nilai-nilai penting menyoal pemborosan dalam diri Hearst. Ia memastikan tiap bahan dapat digunakan kembali atau didaur ulang serta bisa dipakai berulang kali. Labelnya membuat banyak produk dari sisa kain berkualitas premium berkat kemitraannya dengan sejumlah pabrik dan pemintalan terbaik dunia. Hearst sadar bahwa dirinya akan selalu memiliki bahan-bahan indah berkualitas premium, dan hal tersebut berarti ia tidak perlu memproduksi begitu banyak bahan baru. Di awal tiap musim, sang desainer akan mengecek stok kain yang mereka miliki, dan mempergunakannya untuk mengkreasikan produk-produk edisi terbatas mereka.

Gabriela Hearst Spring-Summer 2022

Gabriela Hearst Spring-Summer 2022

Upayanya dalam menciptakan lingkungan mode yang lebih ‘hijau’ tak hanya tercermin lewat koleksi modenya, namun juga pada sejumlah keputusan bisnis lainnya. Label busana miliknya hanya dijual di beberapa retailer besar dunia dan dua toko flagship utamanya di New York dan London. Tak hanya itu saja, ia memberlakukan sistem waiting list untuk pembelian tiap kreasi jinjingannya. Kebijakan ini membuatnya dapat memproduksi tas kurang lebih sesuai pesanan untuk menghindari pemborosan.

Lebih lanjut, presentasi pekan mode pertamanya pada tahun 2016—di mana ia membawa kursi-kursi dari rumahnya dan menyumbangkan papan lantai logam dari pertunjukan ketika perhelatan selesai— menjadi dasar untuk peragaan busana netral karbon pertamanya pada September 2019 silam. Pada awal tahun yang sama, label busananya tersebut telah menyatakan dirinya bebas plastik, dengan menggunakan gantungan karton daur ulang dan kemasan TIPA berbasis bio yang sepenuhnya dapat dibuat kompos.

Meski berulang kali mendapat kesempatan untuk melebarkan sayap bisnisnya, Hearst menanggapinya dengan cermat. Ia paham betul dan telah menemukan titik temu antara sustainability dan eksklusivitas produk-produknya. Alih-alih memperbesar bisnisnya hingga tiga kali lipat, Hearst memutuskan untuk berjalan lambat karena menurutnya ekspansi tersebut tidak masuk akal dari perspektif sustainability. Kebijakannya dalam menanggapi isu lingkungan telah menjadikan label besutannya begitu berharga di pasar mode. Tak mengherankan, LVMH pun tertarik untuk menjadi investor minoritas di Gabriela Hearst sejak tahun 2019 silam.

Laura Dern

Kate Middleton


MENGAWAL KEBERLANJUTAN DI ERA BARU

Pada Desember 2020, Gabriela Hearst ditunjuk sebagai Direktur Kreatif Chloé, menggantikan Natacha Ramsay-Levi. Cara pandangnya akan isu keberlanjutan dan lingkungan hidup turut ditularkannya pada rumah mode asal Prancis yang didirikan oleh Gaby Aghion tersebut. Koleksi pertama Hearst, yang diluncurkan pada awal Maret 2021, menawarkan keseimbangan tersebut dengan indah. Ia mempertahankan ciri khas Chloé—broderie anglaise, detail scallop, palet warna yang lembut—sambil secara dramatis mengurangi kain sintetis, menambahkan lebih banyak pakaian rajut, dan fokus pada daur ulang dan transparansi menyoal rantai pasokan.

Kini, Chloé sedang mencoba pendekatan yang sama dengan Gabriela Hearst dan telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon serta konsumsi airnya sebesar 25% pada tahun 2025 mendatang. Kantor pusat dan butiknya di Paris bahkan sudah beroperasi dengan energi terbarukan 100%. Chloé juga telah memulai kerja sama dengan Sheltersuit Foundation, sebuah organisasi nirlaba asal Belanda yang telah membuat jaket dengan kantong tidur attachable untuk para tunawisma dan kamp-kamp pengungsi—sebuah solusi kreatif di momen-momen sulit.

Gabriela Hearst Spring-Summer 2022

Gabriela Hearst Spring-Summer 2022

Untuk koleksi Chloé pertama Hearst, pendiri Sheltersuit, desainer kelahiran Belanda, Bas Timmer, merancang sederet tas ransel warna-warni menggunakan kain deadstock Chloé. Tak sampai di situ saja, sebagian keuntungan dari penjualan tersebut disisihkan untuk mendukung organisasi nirlaba tersebut, di mana workshop mereka di Belanda turut dikelola oleh para pengungsi. Menggabungkan gaya, sustainability, dan tanggung jawab sosial, inilah cara Gabriela Hearst mengubah industri mode dunia.