FASHION

16 Februari 2022

Kisah Olivier Rousteing Merevolusi Industri Mode Lewat Adaptasi Digital dan Advokasi Keragaman


Kisah Olivier Rousteing Merevolusi Industri Mode Lewat Adaptasi Digital dan Advokasi Keragaman

Pada bulan Oktober 2021 silam, genap 10 tahun sudah Olivier Rousteing mengepalai rumah mode Balmain. Untuk merayakan momen istimewa tersebut, sang desainer menghelat sebuah gelaran fashion show yang merupakan bagian dari rangkaian festival musik sepanjang dua hari. Dihadiri 6,000 orang, helatan show hari itu tentunya menuai perhatian warga dunia. Bagaimana tidak? Hanya pada helatan inilah, Anda dapat menyaksikan Naomi Campbell dan Carla Bruni berlenggok di atas panggung—memeragakan koleksi arsip Balmain kreasi Rousteing—diiringi voiceover Beyoncé yang menarasikan perjalanan karier sang desainer selama satu dekade. Seusai peragaan mode tersebut, para tamu langsung disuguhi serangkaian pertunjukan musik oleh Doja Cat dan Franz Ferdinand.

Olivier Rousteing di akhir helatan show musim semi/panas 2021 Balmain.

Selain pencapaiannya selama 10 tahun di Balmain, Rousteing turut merayakan kemenangan lain malam itu. Seusai pertunjukan modenya, sang desainer menyapa para jurnalis dan mengungkapkan kepada mereka bahwa dirinya sempat mengalami kecelakan akibat sebuah perapian yang meledak di kediamannya. Rousteing bahkan tak malu-malu untuk berbagi pengalaman pahitnya lewat unggahan foto dirinya di Instagram. Unggahan ini tentunya sontak mengejutkan warga dunia. Rasanya sulit untuk percaya terlebih ketika mengetahui bahwa sang desainer terus berkarya secara konstan dan menghasilkan koleksi sepanjang tahun, yang mana banyak dipuji berkat keinovatifannya dalam mengubah format runway di tengah pandemi. Sebut saja helatan show musim semi/panas 2021 Balmain yang menampilkan para tamu undangan baris terdepannya dalam layar-layar digital; sebuah taktik cerdas yang memanfaatkan peran penting teknologi untuk terus menjaga rasa kebersamaan—dimana pun mereka berada.

Kini di usia yang lebih matang—dan kondisi kesehatan yang telah pulih sepenuhnya—Rousteing siap membuat gebrakan dan membuka pintu-pintu baru.

WONDER BOY

Olivier Rousteing lahir di Prancis pada 13 September 1985 sebelum diserahkan ke panti asuhan dan diadopsi ketika berusia satu tahun. Sepanjang hidupnya, Rousteing mengira dirinya terlahir berdarah campuran dikarenakan warna kulitnya. Pada tahun 2019, ketika melakukan serangkaian penyelidikan menyoal asal-usulnya, ia baru mengetahui bahwa dirinya berdarah Afrika sepenuhnya, dengan ibu kandung berdarah Somalia dan ayah kandung berdarah Etiopia. Rousteing dibesarkan di Bordeaux oleh kedua orangtua angkatnya dengan penuh kasih sayang. Meski dibesarkan dalam keluarga yang memeliharanya dengan baik dan begitu mencintainya, Olivier kecil memiliki kekhawatiran tersendiri. Tak jarang ia merasa takut dikirim kembali ke panti asuhan dan berulang kali merasa harus membuktikan kepada kedua orangtuanya bahwa mereka tidak mengambil pilihan yang salah. Ia pun tumbuh menjadi siswa teladan, meski sering kali merasa kesepian dan lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri dengan menggambar.

Rousteing kemudian pindah ke Paris agar dapat mengenyam pendidikan mode di ESMOD, sebelum kemudian drop-out beberapa bulan kemudian. Ia kemudian bergabung dengan Balmain pada tahun 2009 dan bekerja di bawah arahan Direktur Kreatifnya saat itu, Chirstophe Decarnin. Ketika Decarnin hengkang dari Balmain—dua tahun kemudian—Rousteing ditunjuk untuk menggantikannya. Keputusan tersebut tentunya menggemparkan dunia, mengingat usianya yang terbilang masih sangat muda saat itu. Di usia 25 tahun, ia menjadi Direktur Kreatif termuda sepanjang sejarah yang mengepalai rumah adibusana Paris setelah Yves Saint Laurent. Usianya yang relatif muda serta warna kulitnya—Rousteing menjadi desainer kulit gelap pertama yang mengepalai sebuah rumah adibusana Prancis— menuai prasangka akan kemampuannya sebagai desainer.

STAYING TRUE

Kesempatan menjadi direktur kreatif sebuah rumah adibusana bersejarah panjang tentu datang dengan seperangkat tantangan tersendiri. Olivier Rousteing harus mampu membuktikan bahwa dirinya kompeten kendati usia dan warna kulitnya. Koleksi-koleksi awal Rousteing pun mencerminkan usahanya untuk menjadi desainer yang ia pikir diinginkan oleh industri mode saat itu. Oleh karenanya, ia menuai beragam kritik—beberapa di antaranya tak cukup memuaskan. Layaknya sosok bocah yang khawatir dikirim kembali ke panti asuhan, Rousteing kerap merasa khawatir bahwa ia adalah pilihan yang salah dan tak jarang meragukan kemampuannya sendiri.

Koleksi musim gugur/dingin 2020 Balmain.

Beruntung, Rousteing memutuskan untuk menjawab seluruh keraguan dalam benaknya dengan mengubah pendekatannya dalam mendesain. Tiga tahun sejak menjadi Direktur Kreatif Balmain, Rousteing menghentikan upayanya menjadi desainer yang ‘ideal’ untuk mengepalai sebuah label adibusana Paris dan mulai menemukan suaranya. Koleksi barunya merefleksikan dengan sempurna cara berbusana yang diinginkan generasi muda.

Koleksi musim gugur/dingin 2020 Balmain.

Ia pun mengombinasikan elemen pragmatisme yang umumnya ditemukan pada busana busana mass-marketdengan kesempurnaan siluet dan keahlian teknik potongan busana ala couture. Deretan busana berkualitas paripurna yang praktis dan ‘accessible’ secara visual menjadi ciri khasnya dan menggaungkan konsep keanggunan Prancis yang baru. Di saat banyak rumah mode Prancis harus mengandalkan kreasi-kreasi aksesorinya—seperti tas—untuk mendorong penjualan, Balmain menjadi salah satu label luksuri yang sukses secara komersil karena busana-busananya, mulai dari gaun bodycon, kaus berhias logo, jaket bergaya militer, hingga deretan blazer rancangannya menjadi dambaan banyak perempuan. Penjualan Balmain meningkat hingga tujuh kali lipat di bawah kepemimpinan Rousteing, sementara lini laki-lakinya mampu menyumbang penjualan hingga menyentuh angka 40% dari keseluruhan bisnisnya.

DIVERSITY ADVOCATE

Tumbuh besar di dalam keluarga dan lingkungan yang didominasi kulit putih, membuat Olivier kecil tak jauh dari isu rasisme dan perundungan. Ihwal inklusivitas pun memiliki tempat khusus di hati Rousteing dan ia mempergunakan suaranya untuk menjadi advokat keberagaman, sebuah pendirian yang turut tercermin lewat kekayaan ragam para model yang berlenggok di atas runway miliknya hingga profil pelanggan setianya.

Olivier Rousteing di akhir helatan show Balmain musim semi/panas 2022.

Jauh sebelum isu keberagaman digembar- gemborkan, Rousteing telah melibatkan begitu banyak model berdarah campuran—mulai dari yang berkulit putih hingga gelap—untuk berjalan dan memeragakan karya-karyanya. Sang desainer selalu bervisi untuk merepresentasikan dunia mode yang kaya keberagaman—baik secara ras, warna kulit, usia, maupun ukuran. Upayanya tersebut tercermin lewat casting model-model yang menghiasi kampanye dan mengisi show miliknya. Pada helatan show musim semi/panas 2022 Balmain misalnya, Rousteing menghadirkan Precious Lee dan Alva Claire, dua model kenamaan dunia yang tubuhnya telah mendobrak batasan sample size mode konvensional.

Lewat tiap presentasi dan kampanye iklannya, Rousteing seakan dengan lantang menyuarakan bahwa mode adalah milik semua orang, dan tak terbatas hanya bagi mereka yang berkulit putih atau bertubuh zero size. Dunia mode mungkin lambat untuk menyadari hal tersebut, namun Rousteing tahu pasti bahwa inilah kenyataan dunia yang baru dan upayanya memperjuangkan hak tersebut akan membuka pintu bagi banyak talenta-talenta baru.

DIGITAL-SAVVY GENERATION

Selain rancangan-rancangannya yang menyentuh hidup banyak perempuan, Olivier Rousteing turut menjadi salah satu desainer pertama yang mengerti peran penting jejaring sosial dan memaksimalkan marketing via Instagram. Ia menyadari, sedari awal, bahwa dunia digital akan menjadi masa depan mode—tak hanya untuk berbelanja secara daring namun untuk berkomunikasi langsung dengan para audiensnya. Ia paham bahwa banyak orang haus akan konten-konten mode yang otentik, tidak ‘dipoles’, dan bersifat personal: mereka ingin tahu siapa yang berada di balik label tersebut dan kehidupan mereka.

Helatan show musim semi/panas 2021 Balmain yang menginkorporasikan pengalaman menonton show secara virtual.

Kefasihan Rousteing bergulat dengan dunia digital turut memelopori berbagai proyek revolusioner lainnya, seperti menggunakan model-model computer-generated, melansir filter selfie bertemakan Balmain di Snapchat hingga meluncurkan aplikasi Balmain di tahun 2019. Rousteing juga tak ragu untuk membuat koleksi- koleksinya tersedia secara daring, membangun flagship store digital dan turut menjadi salah satu label luksuri pertama yang memanfaatkan fitur berbelanja di Instagram pada tahun 2019.

Kini, di saat sosial media telah menjadi ‘norma’ teknik pemasaran—di mana tiap unggahan di Instagram direncanakan secara strategis—Rousteing pun siap untuk pindah jalur untuk terus membawa Balmain melaju maju. Balmain pun telah beralih dan tengah berfokus pada hiburan—meliputi musik, serial broadcast, film—dan teks. Sang desainer meyakini bahwa narasi akan menjadi begitu penting di masa yang akan datang, di mana orang-orang akan lebih menghargai kisah ketimbang unggahan foto atau video yang akan hilang dalam hitungan waktu. Selalu mendahului waktu dan tak pernah terlambat, Olivier Rousteing memastikan Balmain terus relevan di bawah kepemimpinannya.