8 September 2025
Manifesto Visual Schiaparelli Di Tangan Daniel Roseberry

Waktu rasanya terhenti layaknya berkunjung ke museum saat berada di dalam gedung Schiaparelli di 21 Place Vendôme, Paris. Mengisi lima lantai gedung neoklasik yang megah tersebut adalah karya seni, artefak, dan sejumlah besar arsip dari masa-masa awal pendiri Elsa Schiaparelli—hampir 100 tahun silam. Tempat ini dipenuhi oleh benda-benda tak ternilai: sangkar burung antik yang pernah digunakan untuk menghiasi toko Elsa; sketsa asli oleh Salvador Dalí, sebuah karya seni yang diberikan oleh Marcel Vertès dan asbak emas dari masa ketika klien akan merokok seraya mencoba gaun (asbak-asbak ini tak lagi bertugas, tetapi keberadaan mereka menjadi sentuhan yang bercerita). Di lantai dua terdapat ruang adibusana, hampir tidak tersentuh sejak zaman Elsa, tempat klien datang untuk mencoba karya-karyanya. Di tengah semua itu, Direktur Kreatif Daniel Roseberry tampil sepenuhnya modern, terlihat kontras dengan kemegahan rumah mode ini, mengenakan celana denim Carhartt, kaus oblong, topi baseball, dan sneakers yang biasa-biasa saja.
Ya, inilah sosok yang mengubah merek yang lama tertidur ini menjadi rumah mode modern dan menjungkirbalikkan gaya berbusana di atas karpet merah. Desainer di balik label yang diperebutkan oleh Beyoncé, Ariana Grande, dan Doechii—atau, seperti yang dikatakan Simon Longland, direktur pembelian fashion di Harrods, sosok yang mengubah Schiaparelli menjadi “lebih dari sekadar merek, melainkan sebuah manifesto visual.”
Perhiasan statement surealisnya yang berupa bagian-bagian anatomi dipajang di samping tas berhias mata dan hidung serta sepatu hak tinggi yang dihiasi pita satin dan penutup kaki kuningan emas, serta jaket yang dirancang khusus dengan sulaman lis emas. Kreasi busananya dilengkapi perhiasannya sendiri, atau Roseberry menyebutnya bijou, dalam bentuk detail gembok emas, atau kancing berbentuk mata dan puting.
Bakatnya dalam mengubah benda-benda klasik seperti, katakanlah, sepatu bot koboi (Roseberry tumbuh besar di Texas) menjadi bentuk seni yang dapat dikenakan dan dikoleksi telah menarik perhatian dan imajinasi para penggemar berat juga kritikus mode paling tangguh sekalipun. Namun, sensasi hanyalah satu bagian dari rumus segalanya. Kini, seperti yang dijelaskan Roseberry, prioritasnya adalah bisnis yang mandiri. Itulah sebagian besar alasan mengapa, sejak bergabung dengan rumah mode ini pada tahun 2019, ia semakin gencar mengembangkan lini aksesori dan ready-to-wear seolah melebarkan sayap di luar bisnis utama couture yang dibuat sesuai pesanan. Tahun ini, Schiaparelli meluncurkan tas andalan baru, Soufflé, yang telah dirancang secara Schiapi-fied (sebutan khasnya di sini) dengan perangkat keras emas berbentuk anatomi.
“Saya ingin memastikan tampilannya cukup mudah untuk dibedakan, namun cukup kaya sehingga Anda merasa seperti mendapatkan sepotong couture,” ujarnya tentang aksesori dan pakaian siap pakai. “Saya hanya ingin semuanya menjadi dambaan bagi para perempuan paling keren dalam hidup saya. Begitulah pendekatan saya.”
Misi tercapai. Direktur mode Bergdorf Goodman, Linda Fargo, memberi tahu Roseberry bahwa kliennya tak hanya membeli Schiaparelli, melainkan mengoleksi Schiaparelli. Ia belum pernah melihat ini terjadi sejak kiprah Karl Lagerfeld di Chanel. Di Harrods, London, Schiaparelli termasuk dalam lima merek terlaris department store tersebut. Mengikuti permintaan yang tinggi, sekarang Harrods menggandakan ruang untuk merek tersebut di lantai toko pada musim panas ini.
“Daniel melakukan apa yang tak berhasil dilakukan oleh kebanyakan Direktur Kreatif lain: ia menciptakan kosakata yang terasa leluhur dan benar-benar ‘kini’.
Karyanya tak kenal takut: ahli secara teknis, cerdas secara emosional, dan selalu berlapis dengan narasi. Ia memahami bahwa kemewahan saat ini bukan hanya tentang fabrikasi, namun tentang makna,” kata Longland. “Yang lebih jitu adalah perilaku klien: mereka tidak sekadar membeli jaket atau tas—mereka kembali untuk visi keseluruhannya.”
Sebelum Roseberry hadir, nama Schiaparelli tidak bergema jauh melampaui lingkaran mode. Elsa Schiaparelli—atau lebih dikenal dengan Schiap—mendirikan rumah modenya pada tahun 1927, mengubah lanskap mode awal abad ke-20 lewat desain pakaiannya yang berani—shocking!—dan kreasi adibusana surealis, seperti gaun kerangka ikonisnya dengan tulang rusuk tiga dimensi. Ia adalah seorang perempuan yang mendahului zamannya, memperkenalkan koleksi catwalk tematik (merek Paris pertama yang melakukannya), meluncurkan kolaborasi dengan seniman seperti Salvador Dalí dan Man Ray, serta mengembangkan bisnis parfum yang sangat sukses. Saingannya, Coco Chanel, dikatakan kerap memanggilnya dengan sebutan “seniman Italia yang menjahit baju.”
Namun setelah Perang Dunia II, lanskap mode bergeser dan rumah mode tersebut tutup pada tahun 1954, terbengkalai hingga raja mode Diego Della Valle membeli merek dagang tersebut pada tahun 2006 dan meluncurkannya kembali sebagai rumah mode khusus adibusana pada tahun 2014. Roseberry hanya tahu sedikit tentang Schiaparelli ketika ia mengambil alih sebagai direktur kreatif setelah satu dekade di Thom Browne, tempat ia meniti karier hingga menjadi direktur desain. “Di sekolah mode, saya ingat sebuah tayangan dan melihat gaun tulang juga gaun lobster. Dan saya berpikir, love the bone dress. Gaun lobster itu... saya tidak menyukainya,” katanya, sambil tersenyum sipu. “Tapi saya tahu Elsa telah mengubah mode. Dan saya tidak mungkin mengatakan tidak untuk pekerjaan itu.”
Barangkali mungkin kedatangannya ke label tersebut—yang kaya akan sejarah dan aturan yang rumit—dengan perspektif yang begitu segar adalah alasan mengapa reinkarnasinya berjalan dengan sangat baik. Itu dan fakta bahwa—seperti Elsa—dalam banyak hal ia adalah seorang seniman. Kreativitas mengalir dalam darah Roseberry. Ibunya, kedua nenek, dua paman, dan adik perempuannya, semuanya adalah seniman. Saat tumbuh dewasa, rumahnya penuh dengan karya seni, yang diciptakan oleh anggota keluarga. “Fondasi dari semua yang saya lakukan sebenarnya lebih tentang seni daripada fashion, dan itu karena cara saya dibesarkan,” jelasnya. Gereja juga menjadi bagian besar dari hidupnya; sang ayah merupakan seorang pendeta. “Alkimia yang sangat unik inilah yang masuk ke masa kecil saya.” Roseberry dibesarkan di Plano, Texas, jauh dari aula-aula suci rumah mode Paris. Saat tumbuh dewasa, ia ingin menjadi animator Disney. “Saya dibesarkan—seperti kita semua—dengan menikmati Pocahontas dan seterusnya. Saya juga menemukan banyak ketenangan dalam cerita-cerita itu,” kenangnya.
Namun di pertengahan masa remajanya, gagasan tentang mode memasuki kesadarannya. Setelah sekolah menengah, ia mengambil cuti setahun untuk melakukan pekerjaan misionaris Kristen, dan hampir pergi ke Seminari. Tetapi lampu-lampu terang kota New York memanggilnya dan sontak ia pun hijrah ke ibu kota mode Amerika tersebut. “Syukurlah,” katanya sambil tertawa. New York penuh dengan kemungkinan tak terbatas bagi Roseberry. “Di sanalah saya menjadi manusia. New York adalah tempat saya menjadi dewasa.” Ia mendaftar di sekolah mode, tetapi keluar ketika ia mendapatkan kesempatan magang dengan bintang desain New York yang sedang naik daun, Thom Browne, dan tak lagi menoleh ke belakang. Tetapi satu dekade di kancah mode New York yang serba cepat pun akhirnya memberatkannya, dan karena kelelahan, ia memutuskan untuk beristirahat. Ia hampir siap untuk benar-benar meninggalkan dunia mode ketika Schiaparelli datang memanggil.
Di atas kertas, Roseberry adalah pilihan yang tidak biasa untuk mengambil alih rumah mode ini. Laki-laki asal Amerika yang tidak bisa berbahasa Prancis. Seorang desainer yang belum pernah berkecimpung di dunia couture. Namun Della Valle melihat potensinya. “Ketika saya bertemu dengannya, saya merasakan kepekaan kreatif yang luar biasa, terutama bakat untuk mengembangkan merek dan meningkatkan berbagai kode khas serta simbol bersejarahnya,” ujarnya. Dalam banyak hal, faktor tersebut juga merupakan risiko bagi Roseberry. Kenyataannya adalah—terlepas dari semua sejarah, nama tersohor, dan arsip luas yang dapat dimanfaatkan—perombakan merek warisan sangat jarang berhasil. Sering kali jauh lebih sulit untuk membuat merek lama menjadi relevan daripada memulai dari awal. Hal ini tidak luput dari perhatiannya. “Banyak orang berkata, ‘Kebangkitan merek seperti ini, tidak pernah berhasil…’ atau ‘Orang-orang sudah pernah mencoba sebelumnya di rumah mode ini, kodenya terlalu rumit,’” kenangnya.
Namun ada sesuatu yang terasa tepat. “Itu bukan langkah strategis, lho. Dalam karier saya menyukai permainan catur kehidupan. Tapi bukan itu. Ini benar-benar sebuah tekad yang dalam, ‘Saya harus melakukan ini’.” Dan, melawan segala rintangan, ia berhasil. Bahkan, ia lebih dari sekadar berhasil. Tanpa iklan berbayar, beroperasi dengan anggaran terbatas dibandingkan rumah mode raksasa lainnya seperti Dior atau Chanel, dan hanya dengan satu toko terpisah yang tersembunyi di sudut Place Vendôme, ia mengubah Schiaparelli menjadi salah satu nama paling ramai di jadwal Paris Fashion Week dan salah satu yang paling didambakan di karpet merah, terus-menerus mengisi linimasa Instagram di seluruh dunia sehari setelah acara selebritas yang ramai dikunjungi.
Debut catwalk-nya di Paris Couture Week (dan momen-momen karpet merah setelahnya) menjadi angin segar. Dalam sejarah, couture selalu menjadi ruang yang sangat eksklusif, sangat mahal, dan sangat terisolasi. Namun, bersama Schiaparelli, Roseberry mengubah couture menjadi perbincangan budaya. Bukti A: Gaun Lady Gaga yang memukau untuk pelantikan Presiden AS Biden pada tahun 2021. Bukti B: Gaun viral Kylie Jenner yang dihiasi replika kepala singa seukuran manusia di peragaan busana musim semi 2023—sebuah tampilan yang begitu kontroversial hingga mendominasi berita utama minggu itu. Bukti C: ‘Robot Baby’ bertabur intan yang terinspirasi Alien memulai debut peragaan busana di peragaan busana musim semi 2024. Bukti D: Tampilan beledu dan tule Cynthia Erivo lengkap dengan rok peek-a-boo untuk pemutaran perdana Wicked di London. Dan seterusnya, dan seterusnya. “Saya akan menggambarkan karya Daniel sebagai Renaissance-like, dalam artian kejeniusan sang seniman bebas untuk melambung tinggi, dan pada saat yang sama, teliti dalam menjalankan tujuan Schiaparelli secara konsisten,” kata Della Valle. Roseberry juga menyadari adanya perubahan suasana yang nyata setelah pertunjukan pertamanya. “Ketika saya mulai pada tahun 2019, tidak ada hal menarik yang terjadi di dunia adibusana,” ujarnya. “Saya benar-benar berpikir ada sesuatu yang berubah sejak pertunjukan pertama itu, karena itu adalah momen cool-girl glam berantakan yang tidak pernah ada. Couture saat itu terasa begitu aman, dan semua orang mengeluhkan karpet merah yang terlalu membosankan. Sekarang orang-orang mengeluh bahwa adibusana terlalu viral, orang-orang terlalu gag-hungry (ingin mengejutkan atau dikejutkan).”
Namun untuk setiap gaun singa dan bayi robot, ada momen yang sedikit lebih konservatif, namun sama kuatnya. Jill Biden, penggemar berat merek tersebut, mengenakan kembali setelan khusus untuk pemakaman mendiang Paus tahun ini. Michelle Obama memilih Schiaparelli untuk penampilannya di American Portrait Gala. Spektrum emosional merek yang luas adalah sesuatu yang sangat dibanggakan Roseberry. “Merek lain terasa lebih monolitik bagi saya dalam apa yang mereka katakan dan lakukan. Saya pikir dengan Schiap, dimulai dengan Elsa, terdapat gagasan bahwa ada sifat yang kontradiktif, bahwa ada ketelitian dan disiplin serta keanggunan di satu sisi, dan kemudian ada virality, ada clickbait.” Namun, bagi Roseberry, itu adalah dinamika yang mengalir. Dan, katanya, terkadang itu bermuara pada kemampuan sederhana untuk membaca ruangan, mengukur suhu, dan mengetahui cara merayu orang agar jatuh cinta dengan apa yang Anda lakukan. “Saya suka bahwa Elsa adalah seorang penantang dan suka bahwa ia memiliki humor. Itulah yang ingin terus saya lakukan,” ujarnya. “Salvador Dalí berkata, ‘Tak seorang pun tahu cara mengucapkan Schiaparelli, tetapi semua orang tahu artinya.’ Dan itulah titik manis yang selalu kami cari.”