23 Januari 2025
Mengintip Ke Masa Depan dengan Koleksi Busana Laki-Laki Louis Vuitton untuk Musim Gugur/Dingin 2025.
PHOTOGRAPHY BY LOUIS VUITTON
Pada hari Selasa, 21 Januari 2025 silam, Louis Vuitton mempresentasikan koleksi busana laki-laki teranyarnya untuk musim gugur/dingin 2025 mendatang. Dihelat di Paris, serangkaian vitrine arsip yang disusun menyerupai orbit dibangun di Cour Carrée du Louvre. Terdiri dari 24 etalase yang memamerkan karya-karya Louis Vuitton, Pharrell Williams, dan Nigo, set ini membangkitkan dialog antara masa lalu dan masa depan melalui momen budaya di mana hubungan erat antara rumah mode asal Prancis dengan para kolaboratornya terjalin.
Koleksi busana laki-laki Louis Vuitton untuk musim gugur/dingin 2025 mendatang seakan memberikan cuplikan akan masa depan lewat sudut pandang sejarah. Yang tak kalah istimewa, koleksi ini turut menjadi buah kolaborasi antara sang Direktur Kreatif, Pharrell Williams, dengan NIGO; sebuah manifestasi artistik berlandaskan persahabatan yang telah terjalin selama tiga dekade. Berasal dari akar yang sama dalam komunitas streetwear, keduanya diperkenalkan pada tahun 2003 dan bersama-sama meluncurkan label streetwear Billionaire Boys Club dan ICECREAM pada tahun yang sama. Pada tahun 2004, Pharrell dan NIGO pertama kali berkolaborasi untuk Louis Vuitton dalam pencipataan kacamata hitam LV Millionaires 1.0.
Berkaca pada kampung halaman NIGO, Jepang, elemen-elemen Negeri Matahari Terbit menjadi begitu penting bagi Pharrell. Terlebih melalui akar subkultural mereka, koleksi ini memberi penghormatan pada tempat di mana jalinan sinergi kreatif mereka dipintal. Mendemonstrasikan persilangan antara estetika rumah mode asal Prancis tersebut dengan kedua kolaboratornya, koleksi ini merupakan ekspresi filosofi LVERS yang mendefinisikan ekosistem kreatif Louis Vuitton Studio Prêt-à-Porter Homme.
Menggaungkan akar streetwear dari Pharrell dan NIGO, siluet busana yang ditampilkan pun membangkitkan kenangan era 2000-an yang tak lupa diberi sentuhan kebaruan. Bersemat keanggunan, koleksi ini menampilkan pertukaran kode antara ide streetwear dan dandyism. Metamorfosis ini menciptakan ekspresi yang terdiri dari setelan suit, workwear, dan sportwear yang tampak jelas lewat permainan bentuk dan fabrikasi.
Ikonografi Louis Vuitton turut diimajinasikan ulang lewat permainan motif dan teknik Jepang. Motif Dandy Monogram misalnya, memadukan lambang bunga khas Louis Vuitton dengan tenunan shippo, menciptakan pola berlian melingkar yang digunakan pada jacquard, sebagai jahitan sashiko pada denim, dan sebagai sulaman kristal tersebar. Ada pula motif Dandy Damier yang mengambil inspirasi dari pola tekstil upacara minum teh dan menampilkan manifestasi seperti kotak-kotak dalam denim, pakaian rajut, dan produk kulit. Jahitan jacquard efek gelombang dengan infusi motif Damier mengingatkan pada teknik perbaikan boro, sementara tenun kasuri digunakan untuk menjahit pakaian luar jacquard dan wol sutra. Motif Cherry Blossom Damoflage hadir dengan dilengkapi benang bergelembung yang seolah membangkitkan serbuk sari ceri, sedangkan motif Cherry Blossom Paris/Fuji membingkai kedua lokasi tersebut di antara bunga Sakura.
Di departemen aksesori, tas kebanggaan Louis Vuitton, Speedy, hadir dalam warna kuning yuzu, hijau sencha, dan merah muda sakura, serta dalam dua versi istimewanya: edisi biru indigo yang diwarnai sesuai tradisi pewarnaan Jepang; dan edisi emas dengan monogram putih yang mengingatkan siapapun pada tembikar kintsugi.
Khusus untuk koleksinya kali ini, Pharrell mengundang seniman Jepang, Azuma Makoto, untuk menafsirkan ulang trunk Courrier Lozine 110. Terbuat dari kaca akrilik transparan, sang seniman kemudian membubuhinya dengan bunga segar dengan cermat. Selain trunk kolaborasinya dengan Azuma Makoto, Pharrell turut mengkreasikan dua trunk upacara minum teh matcha dan sake untuk merayakan pertemuan antara keterampilan Prancis dan Jepang, serta persahabatannya dengan NIGO.