13 November 2024
Ikuti Perjalanan Seru Rolex Dalam Mendukung Ekspedisi Penjelajah National Geographic Steve Boyes di Sungai Kasai
PHOTOGRAPHY BY ©The Wilderness Project/Jesse Manuel
Tanpa air, tidak akan ada kehidupan. Di Afrika, sumber air telah menjadi perhatian utama, namun Ekspedisi The Great Spine of Africa, yang dipimpin oleh mitra Rolex Perpetual Planet Initiative dan Penjelajah National Geographic, Steve Boyes, merevolusi pemahaman kita tentang pasokan air di benua tersebut. Dengan menunjukkan bahwa banyak sungai besar di Afrika berasal dari menara air yang besar namun kurang dikenal, seperti Dataran Tinggi Angola, Boyes memastikan bahwa kita pada akhirnya dapat memahami dan melindungi wilayah yang menyediakan sumber air bagi hampir 500 juta orang.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa lahan gambut yang terdapat di benua ini bertindak seperti spons raksasa, menahan air sebanyak 25 kali lipat berat keringnya, memastikan pasokan air yang konstan untuk sungai, bahkan di musim kemarau. Hal ini menjadikan lahan gambut sebagai menara air yang sangat efektif; kawasan yang menyimpan dan menyediakan air bersih yang menopang kehidupan di hilir selama musim kemarau. Struktur ini biasanya berupa gletser di ketinggian. Boyes sendiri memperkirakan bahwa, meskipun tidak ada lapisan salju, 423 kilometer kubik air, setara dengan sepuluh kali penggunaan air di seluruh Negara Bagian California, keluar dari Menara Air Dataran Tinggi Angola, tempat Sungai Kasai bersumber, setiap tahunnya.
Ahli konservasi Afrika Selatan, Steve Boyes, dan pemandu lokal, Abraão Tony Luhoke, berkano melintasi jeram Sungai Kasai. ©The Wilderness Project/Jesse Manuel
Dalam ekspedisi terbarunya, Boyes memimpin tim yang terdiri dari 12 orang untuk melaksanakan sebuah penjelajahan epik selama lima minggu, menempuh jarak 627 kilometer di sepanjang Sungai Kasai, anak sungai utama Sungai Kongo yang luas. Temuannya pun sungguh luar biasa. Penemuan awal yang paling mengejutkan adalah bahwa ada kemungkinan sumber Sungai Kasai salah diidentifikasi. Tim ekspedisi Boyes menemukan bahwa Sungai Munhango, yang berasal dari Dataran Tinggi Angola, menyumbangkan air hampir dua kali lipat dari sumber air yang ada saat ini. Artinya, sumber Sungai Kasai hanya berjarak 20 kilometer dari sumber sebenarnya, Zambezi, yang juga berada di Menara Air Dataran Tinggi Angola.
Penemuan ini memberikan dampak yang signifikan dan sebagian besar ekspedisi ini berkaitan dengan detail yang lebih mendalam. Boyes dan timnya mendokumentasikan semuanya, menggunakan foto dari langit, pengukuran aliran dan kualitas air, serta sampel DNA lingkungan untuk menetapkan garis dasar ekologi dan hidrologi yang cermat untuk sungai tersebut. “Kami mencatat semua yang kami lihat: burung, hewan, manusia, pemukiman,” kata Boyes. “Ini adalah garis dasar sungai paling detail yang pernah dilakukan, sehingga dalam waktu 50 tahun, para ilmuwan akan dapat membuat perbandingan.”
Pada bagian pertama sungai, kemajuan ekspedisi mereka terbilang sangat lambat, karena aliran sungai yang tipis terhalang oleh vegetasi yang lebat, dan dalam 12 hari pertama ekspedisi, Boyes dan timnya hanya menempuh jarak 42 kilometer. Kemudian, ketika sungai semakin melebar dan semakin dalam, rasa bosan tersebut digantikan oleh bahaya bertemu dengan buaya, kuda nil, dan, dalam kata-kata Boyes, “jeram yang menakutkan”.
Seekor kuda nil menerobos jeram Sungai Kasai. Mamalia semi-akuatik ini dapat ditemukan di sebagian besar sungai besar dan lahan basah di Afrika Sub-Sahara. ©The Wilderness Project/Jesse Manuel
Namun, tantangan menjelajahi sungai yang terpencil dan penuh rintangan ini justru menghadirkan manfaat yang tak ternilai, karena hewan-hewan tersebut belum belajar untuk takut terhadap manusia, sehingga tim kami mendapatkan pandangan unik dan mendalam tentang satwa liar setempat: sejauh ini, mereka telah menemukan 143 spesies yang baru dalam ilmu pengetahuan di Dataran Tinggi Angola. “Kuda nil dan monyet belum pernah melihat manusia; burung-burung tidak takut pada kita. Ini seperti berada di Madagaskar atau Selandia Baru, di mana hewan-hewan tidak terprogram untuk takut terhadap manusia. Hal tersebut sangat luar biasa.”
Tak hanya berfungsi sebagai menara air, lahan gambut juga memiliki peran penting sebagai penyerap karbon, menyimpan karbon padat dalam jumlah besar selama ribuan tahun. Menurut Boyes, lahan gambut Angola sangat kaya akan keanekaragaman hayati dan sangat efektif dalam menyimpan karbon dan air sehingga perlindungan terhadap lahan gambut merupakan hal yang penting secara global. Memahami Ekspedisi The Great Spine of Africa: Sungai Kasai 3/3 sumber utama sungai Kongo dan Zambezi sehingga sangat penting untuk melindunginya. “Pekerjaan kami penting untuk membantu pemerintah membuat keputusan yang tepat seputar penggunaan air, pembangunan perkotaan, dan proyek infrastruktur.”
Penjelajah National Geographic, Steve Boyes, dan tim ekspedisi The Great Spine of Africa menjelajahi Sungai Kasai di Angola. Tim ini mempelajari lingkungan perairan yang belum tersentuh di sepanjang anak sungai Kongo dan dikelilingi oleh hutan hujan khatulistiwa. Tujuan mereka adalah untuk menilai potensi ancaman terhadap keamanan air di hilir. ©The Wilderness Project/Jesse Manuel
Bagi Boyes, kemitraannya dengan Rolex telah memainkan peran penting, terutama dalam menyampaikan pesan kepada para pengambil keputusan utama. Dengan dukungan yang tak tergoyahkan, Rolex menjadi wadah global untuk membagikan penemuannya pada dunia. "Sungguh menginspirasi bisa berinteraksi dengan sebuah organisasi yang mendorong manusia untuk berpikir lebih besar dari ide-ide yang ada. Dukungan dari Rolex benar-benar mengubah hidup saya," ungkapnya.
Selama satu dekade terakhir, Boyes telah menjelajahi 12.000 kilometer sungai-sungai liar di Afrika, dan perjalanan serta penemuannya telah membuatnya sangat optimis mengenai masa depan benua tersebut. “Dunia memandang kita ketika perubahan iklim mulai terjadi dan berpikir ‘Afrika akan paling menderita’. Namun ketika kami membuat model tersebut, kami tidak mengetahui bahwa Afrika memiliki menara air, ketahanan bawaan yang masih dapat dilindungi; namun kami perlu melindunginya sekarang.”
L’Oréal-UNESCO For Women in Science National Fellowship 2024: Merayakan Kontribusi Perempuan Peneliti Indonesia untuk Solusi Berkelanjutan
ELLE Menegaskan Dominasinya di Dunia: Peluncuran Edisi Malaysia dan Uzbekistan Membawa Total 50 Edisi Internasional Majalah ELLE