LIFE

17 Agustus 2023

Juan Bio One Memaknai Akting Lebih dari Sekadar Pekerjaan


PHOTOGRAPHY BY Ryan Tandya

Juan Bio One Memaknai Akting Lebih dari Sekadar Pekerjaan

styling Ismelya Muntu; fashion Valentino; grooming & hair Yosefina Yustiani.

"Waktu main petak umpet, ketemu rumah yang gede banget. Kita dorong pintunya, ada anak perempuan diculiikkk!” Narasi populer dari video kampanye komersial merek susu bubuk di awal tahun 2000-an tersebut terngiang dalam ingatan saya saat di perjalanan menemui Juan Bio One. Bukan tanpa alasan, ia adalah anak yang membintanginya. Ia menyambut kehadiran saya dengan menjabat tangan, “Juan,” katanya kembali memperkenalkan diri. Saya tersentak, pasalnya ini bukan kali pertama kami berjumpa, dan pada pertemuan itu ia diperkenalkan bernama Bio. “Juan?” tanya saya. “Yeah... mulai sekarang tolong kenal saya sebagai Juan,” katanya tersenyum. Ia tidak sedang menciptakan alias. Faktanya, Juan tertera dalam nama lengkapnya—yang sangat panjang.

Kami duduk berdampingan di teras belakang studio usai pemotretan cover edisi Young Talent 2023 majalah ELLE. Memandang ia pada masa kini, figur menggemaskannya telah bersalin sosok kedewasaan sarat karakter. Bukan cuma dari perawakan, sang model anak telah bertransformasi menjadi pemeran peraih nominasi berbagai ajang penghargaan prestisius jagat sinema Indonesia. Ia menjadi sensasi usai aktingnya menghidupkan komedian legendaris Indonesia, Gepeng, di film biopik Srimulat: Hil yang Mustahal. Film karya Fajar Nugros tersebut dibagi dalam dua babak. Babak finalnya dikabarkan siap meramaikan bioskop pada pertengahan tahun ini, sementara babak pertama telah rilis di bulan Mei 2022 silam, dan memperoleh total 30 nominasi dari enam ajang penghargaan karya sinema. Juan menyumbang tujuh nominasi di antaranya, dengan satu kemenangan sebagai Aktor Utama Terbaik—untuk karya film komedi—Festival Film Wartawan Indonesia 2022.

photography Ryan Tandya; styling Ismelya Muntu; fashion Valentino; grooming & hair Yosefina Yustiani.

Juan mulai bermain peran sejak usia 5 tahun. Ia menjadi model kampanye komersial beragam merek. Sinetron Titipan Ilahi (2004) menasbihkannya sebagai aktor televisi. Lalu pada 2005, film Banyu Biru dan Dealova mengawali titik perjalanan keaktorannya di layar lebar. Sejak saat itu, serangkaian judul sinetron dan film terus-menerus menambah portofolio karya Juan setiap tahunnya. “Berakting sebenarnya bukan murni keinginan saya,” ungkap Juan. Ia mengaku memendam cita-cita menjadi ilmuwan semasa kanak-kanak. “Di bangku sekolah dulu, saya cukup pintar di bidang matematis dan berpikir logis,” katanya.

Adalah sang ibu yang menuntun laki-laki kelahiran Palu tahun 1998 ini naik ke panggung sandiwara. “Ibu saya terinspirasi oleh Joshua Suherman, dan sepertinya melihat kalau saya punya bakat bermain peran,” kisah Juan. Tidak ada dunia yang tidak menarik bagi seorang anak. Kita ingin mencoba segala hal dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Semangat itu pula yang mendorong Juan kecil mengeksplorasi seni peran. Seiring bertambah usia, ranah seni peran dirasakannya lebih dari sekadar “taman bermain”. Ia menyadari bermain peran sebagai pekerjaan harian yang menuntut tanggung jawab serta komitmen penuh, alih-alih ruang berkreasi. “Adakalanya semasa remaja dulu, saya merasa seperti hidup saya dieksploitasi,” ungkapnya. Ironinya, Juan remaja tidak lantas turun panggung. Bahkan presensinya antara layar lebar dan televisi tampak konsisten setiap tahun.

Tumbuh di tengah keluarga dengan orangtua yang berpisah, membesarkan Juan menjadi pribadi yang mandiri. Usia 16 tahun, anak sulung dari tiga bersaudara ini memutuskan tinggal sendiri dan hidup independen. “Saya keluar rumah untuk berdiri di kaki sendiri. Ketika merencanakannya, saya berpikir skill apa yang saya miliki agar dapat bertahan hidup,” cerita Juan. Pada momen kontemplasi itu, ia menelaah kembali kecintaannya pada seni peran. Apakah akting panggilan jiwa atau sekadar pekerjaan baginya? Apakah ia kredibel untuk disebut sebagai aktor? Sederet pertanyaan substansial yang memenuhi kepala Juan terkait keberlangsungan eksistensinya di dunia seni peran. Suatu ketika ia membaca sebuah jurnal penelitian tentang standar kompetensi seorang profesional, di mana barometernya didasarkan pada komponen durasi 10.000 jam terbang. “Berdasarkan lama waktu saya berakting dari usia 5 tahun; saya bisa disebut profesional,” kata Juan. Tentu saja ia paham bahwasanya itu tak bisa jadi satu-satunya tolok ukur kredibilitas. Namun simpulan teoretis tersebut mendongkrak nalurinya untuk mencoba mendalami seni peran lebih dari sebuah job.

photography Ryan Tandya; styling Ismelya Muntu; fashion Givenchy; grooming & hair Yosefina Yustiani.

“Saya menyadari kalau sebenarnya saya menyenangi, bahkan mungkin mencintai, berakting— dengan segala prosesnya. Saya suka menciptakan sebuah karakter dan menghadirkannya dari imajinasi saya ke kehidupannya nyata. Proses itu sangat menyenangkan. It makes me feel alive,” kata Juan. Pernyatannya lantas membawa obrolan kami pada upayanya menjelmakan figur Almarhum Gepeng di film Srimulat: Hil yang Mustahal. Juan menurunkan berat badannya hingga 10 kilogram demi menyerupai penampilan fisik Gepeng. Ia juga pergi ke Solo; menyelisik kehidupan sehari-hari Gepeng bersama keluarga serta para kerabatnya. Totalitasnya tak berhenti di sana, ia mengadopsi gestur, dialek dan aksen bicara sang komedian selama syuting tiga bulan. “Saya masih tidak memandang diri saya sebagai aktor. Saya hanya kebetulan bisa bermain peran dengan baik,” ujarnya penuh kerendahhatian.

Juan Bio One boleh saja sungkan mengakui kesuksesannya. Tetapi kredibilitas talentanya ialah fakta yang tak terbantahkan. Apakah ia telah menambatkan keyakinannya pada seni peran? Itu adalah pertanyaan yang masih ia proses. “Satu hal yang saya pelajari dari 20 tahun keberadaan saya di dunia seni peran, dan juga dari Almarhum Gepeng, adalah untuk hidup di masa kini. Apa pun yang saya lakukan hari ini, saya berusaha memberikan seratus persen diri saya dan melakukannya sepenuh hati,” pungkas nomine Pemeran Utama Laki- laki Terbaik Festival Film Indonesia 2022 ini.