LIFE

28 Desember 2023

'Sustainable Travel': Mengapa Turis Harus Lebih Bertanggung Jawab & Industri Pariwasata Perlu Berkontribusi Aktif


'Sustainable Travel': Mengapa Turis Harus Lebih Bertanggung Jawab & Industri Pariwasata Perlu Berkontribusi Aktif

Molly Hamlyn (PREMIER) & Aurelio Baiocco (Tank) photography Alessio Albi for ELLE Indonesia November 2023 - styling Amelianna Loiacono

Kini, seiring dengan dunia yang telah pulih dari pandemi, travelling pun menjadi suatu bentuk perayaan kemenangan setelah berhasil berjuang melewati masa-masa sulit. Bandara dan stasiun kembali padat. Hotel-hotel pun kembali ke tingkat okupansi yang menggembirakan.

Meski demikian, “kembali ke normal” tidaklah sesederhana itu. Pelaku travelling, baik untuk keperluan berlibur maupun bisnis, kini telah memiliki prioritas dan kebutuhan baru. Bagi mereka, sustainability atau keberlanjutan menjadi prioritas yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, terutama, tetapi tidak satu-satunya, dalam hal emisi karbon.

Menurut riset Life Reimagined yang dilakukan oleh Accenture, 50% konsumen di dunia telah menilai ulang apa yang menurut mereka penting sebagai dampak dari pandemi, dan sustainability berada di antara prioritas utama mereka. Konsumen tidak ragu untuk langsung beralih dari merek- merek yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut.

Sebuah studi yang dilakukan Nielsen menemukan bahwa hampir 75% responden dari generasi muda memiliki keinginan untuk mendukung gerakan menyelamatkan lingkungan. Sementara 51% dari responden yang tergolong baby boomers tidak keberatan mengalokasikan lebih banyak pengeluaran untuk produk dan layanan yang mengusung nilai-nilai keberlanjutan.

Semakin penting bagi pelaku industri hospitality untuk mengimplementasikan lebih banyak proses dan praktik ramah lingkungan dalam kegiatan operasional mereka. Menurut Sustainable Travel Report yang dilansir Booking.com, 81% traveller di seluruh dunia mengatakan bahwa melakukan perjalanan secara berkelanjutan adalah hal penting. Setengah dari mereka berpendapat bahwa perubahan iklim memengaruhi mereka untuk mengambil pilihan yang lebih baik bagi lingkungan.

Seorang asisten profesor di Rosen College of Hospitality Management, University of Central Florida, Sergio Alvarez, mengungkap bahwa pariwisata bergantung pada sumber daya alam dan budaya. Sejumlah destinasi, seperti di Kepulauan Karibia, bergantung pada pantai yang indah dan air yang sejernih kristal untuk membuat turis berdatangan. Destinasi lainnya seperti Paris, bergantung pada warisan kultural— arsitektur, museum, makanan—yang mendorong para wisatawan untuk berkunjung. Dengan adanya keberagaman destinasi di dunia, ada satu hal yang menjadi kesamaan yakni atraksi-atraksi yang membuat berbagai destinasi itu terkenal di seluruh dunia terancam oleh aktivitas manusia, dan dalam banyak kasus, kegiatan pariwisata sendiri ternyata merupakan sebuah ancaman utama terhadap destinasi wisata.

Oudey (Next) photograph by César Segarra for ELLE Indonesia November 2023 styling Anastasia Barbieri.

Mengapa Industri Pariwasata Harus Lebih Bertanggung Jawab?

Sebuah kenyataan pahit bahwa industri hotel merupakan salah satu kontributor utama dalam krisis lingkungan global. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak agar hotel menjadi lebih sustainable. Berikut adalah sejumlah alasannya:

Mengurangi jejak karbon

Penelitian menunjukkan bahwa industri hotel bertanggung jawab atas 21% dampak yang ditimbulkan pariwisata terhadap lingkungan. Polusi dan manajemen limbah yang tidak layak menghasilkan implikasi yang buruk pada lingkungan dan keanekaragaman hayati. Industri hotel berkontribusi pada perubahan iklim melalui karbondioksida dan limbah dalam jumlah besar. Industri ini juga mengonsumsi energi dan air dengan kuantitas yang tak kecil.

Memenuhi ekpektasi traveller

Masyarakat semakin sadar dan menaruh perhatian pada lingkungan, khususnya setelah pandemi. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Booking.com, 61% traveller ingin bepergian dengan cara yang lebih sustainable. 83% turis ingin meminimalisir konsumsi energi, sementara 79% ingin lebih mengadopsi transportasi yang berkelanjutan. Studi ini juga menunjukkan bahwa 76% traveller berkeinginan untuk mengurangi penggunaan air, dan 68% ingin memangkas jejak karbon selama menjalani liburan.

Sebuah studi lainnya mengungkapkan bahwa 73% turis lebih memilih untuk tinggal di hotel yang telah mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan. Bahkan, menurut sebuah laporan dari Operto, para tamu hotel siap untuk mengeluarkan biaya ekstra 75% per malam untuk sebuah pengalaman menginap yang berkelanjutan. Untuk memenuhi ekspektasi para tamu, hotel bisa segera melakukan berbagai perubahan dari hal-hal kecil, antara lain tidak lagi menggunakan materi sekali pakai seperti sedotan plastik atau menyajikan informasi secara online untuk menggantikan printout.

Menghemat biaya operasional

Selain memberikan efek positif pada lingkungan, mengaplikasikan praktik-praktik berkelanjutan dapat mereduksi biaya operasional hotel. Memangkas penggunaan plastik seperti sedotan plastik, cangkir atau alat makan sekali pakai, akan membantu menghemat pengeluaran. Beralihlah ke materi alternatif yang dapat digunakan lagi atau didaur ulang seperti sedotan bambu. Upaya penghematan terhadap penyediaan barang dan pengelolaan limbah akan membuahkan hasil setelah investasi awal. Menerapkan praktik-praktik untuk menghemat energi dan air juga akan membantu mengurangi konsumsi dan menghemat biaya.

Melestarikan lingkungan berarti menyelamatkan industri hospitality

Semua orang akan setuju bahwa tujuan utama travelling adalah mengeksplorasi dunia dengan lebih baik. Inilah mengapa melestarikan alam, keanekaragaman hayati, dan lingkungan menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh setiap hotelier. Kualitas udara, air, dan makanan juga dipengaruhi oleh emisi jejak karbon. Untuk menghindari dampak yang makin buruk bagi lingkungan dan memastikan banyak orang dapat terus melakukan travelling, bisnis hospitality harus berupaya untuk selalu berada di depan dalam mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan, sekaligus mengedukasi tamu untuk menaati peraturan.

Molly Hamlyn (Premier) & Aurelio Baiocco (Tank) photograph by Alessio Albi for ELLE Indonesia November 2023 styling Amelianna Loiacono.

Kemewahan x Berkelanjutan

Saat ini telah banyak brand hotel terkemuka yang identik dengan kemewahan pengalaman menginap, berada di posisi depan dalam penerapan praktik-praktik yang sesuai dengan nilai keberlanjutan. Mengurangi penggunaan air dan listrik, beralih ke perangkat dan peralatan yang lebih efisien, hingga mengimplementasikan proses bisnis internal yang berkelanjutan. Para traveller pun lebih mengapresiasi hotel-hotel yang telah mengadopsi keberlanjutan dengan tingkat pemesanan dan loyalitas brand yang lebih tinggi. Hotel yang mampu memadukan pengalaman berlimpah kemewahan dengan komitmen nyata untuk mengurangi jejak karbon kini menjadi suatu ukuran kesuksesan tersendiri dalam industri hospitality.

Dari sisi bisnis, hotel-hotel yang menerapkan nilai dan praktik keberlanjutan menarik lebih banyak perhatian dan menerima lebih banyak pesanan dibandingkan dengan hotel-hotel yang tidak menerapkannya. Menurut sebuah artikel yang dimuat di Forbes, hotel-hotel mewah selama ini berfokus pada beragam fasilitas yang mendukung kenyamanan tamu, seperti free Wi-Fi, linen berkualitas tinggi, HDTV berukuran besar, dan fitur-fitur canggih di dalam kamar. Kini, hotel-hotel telah menerapkan unsur keberlanjutan dalam berbagai aspek, tidak hanya karena kesadaran akan dampak terhadap lingkungan, tetapi juga karena faktor permintaan dari para tamu.

Sejumlah hospitality brand berskala global seperti Hyatt Hotels Corp., Marriott International, Hilton, dan Wyndham Hotels & Resorts, terus berupaya memprioritaskan tindakan-tindakan untuk mengurangi penggunaan energi, air, dan limbah dalam kegiatan operasional, dan di saat yang bersamaan, mengedukasi para tamu melalui in-room messaging

Molly Hamlyn (Premier) photograph by Alessio Albi for ELLE Indonesia November 2023 styling Amelianna Loiacono.

Pengorbanan untuk Berkelanjutan

Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Expedia Group Media Solutions yang dirilis pada Maret 2023, terungkap bahwa unsur rasional dan emosional saling berkontribusi dalam pengambilan keputusan oleh traveller. Dari sisi emosional, ada delapan hal utama yang menjadi pertimbangan dalam melakukan travelling: seek & savor, reconnecting to myself, reassured & comforted, connected to my people, productive; social, local & stylish; recognized & valued, aligned with my values.

Sementara dari sisi rasional, juga ada delapan hal utama yang menjadi kriteria bagi traveller dalam melakukan bepergian: comfortable & clean, reliable & private, good value, authentic, entertaining, kid- friendly, sustainable, efficient. Di sini terlihat bahwa keberlanjutan telah berada dalam daftar hal yang paling dibutuhkan oleh traveller.

Pertanyaan berikutnya, apakah para tamu telah rela mengorbankan kenyamanan untuk lebih memihak pada lingkungan?

Molly Hamlyn (Premier) & Aurelio Baiocco (Tank) photograph by Alessio Albi for ELLE Indonesia November 2023 styling Amelianna Loiacono.

Riset sama yang dirilis tahun lalu membeberkan bahwa 90% konsumen memilih opsi yang lebih berkelanjutan saat travelling. Meski demikian, terungkap pula bahwa 70% konsumen merasa kewalahan saat memulai proses untuk menjadi seorang traveller yang lebih sadar akan nilai keberlanjutan.

Lebih lanjut, riset tersebut memaparkan sejumlah temuan berikut:

• 74% konsumen mengatakan bahwa menerapkan nilai dan praktik keberlanjutan saat travelling itu menghabiskan banyak biaya. Namun, 50% konsumen bersedia membayar lebih banyak untuk transportasi, aktivitas, dan penginapan yang lebih berkelanjutan.

• Hampir 70% konsumen bersedia mengorbankan kenyamanan demi menjadi seorang sustainable traveller.

• Hampir 3 dari 4 konsumen akan memilih destinasi, penginapan, dan transportasi yang berkomitmen untuk mendukung komunitas dan budaya lokal, meski lebih mahal.

Dunia terus berubah dan bertransformasi yang diwarnai oleh berbagai dinamika dan tantangan yang seringkali tidak terduga. Satu hal yang jelas, baik industri hospitality maupun konsumen, semuanya tidak hanya ingin bergerak mengikuti arus, tetapi juga ambil bagian secara aktif melalui kontribusi dan tindakan nyata untuk mewujudkan hidup yang lebih baik.