24 September 2024
Pharrell Williams Bicarakan Proyek Kolaboratif Perdana dengan Les Parfums Louis Vuitton
photo courtesy Louis Vuitton
PHARRELL WILLIAMS. Figur multi-talenta dengan karier merentang di ranah musik dan mode. Namanya mulai dikenal di akhir tahun 1990-an lewat aransemen inovatifnya sebagai musisi. Lambat laun pengaruhnya merambah melampaui musik ketika ia menjejak ke panggung mode dan menemukan platform untuk kreasi eklektiknya hingga mampu berkolaborasi dengan sejumlah merek besar seperti Adidas dan meluncurkan lini produknya sendiri, Billionaire Boys Club. Selama dua dekade, ia terus bereksperimen dengan gaya khasnya yang mengawinkan streetwear dengan high-end fashion, menciptakan estetika unik yang sekonyong-konyong menggema secara global.
Di tahun 2023, Pharrell mengambil langkah signifikan di dunia mode dengan bergabung dengan Louis Vuitton sebagai Men’s Creative Director. Langkah ini menandai momen bersejarah, menjadikannya salah satu dari sedikit desainer kulit hitam yang memimpin rumah mode high-end. Lampu sorot yang mengarah pada Pharrell mengikuti langkah jabatan mendiang Virgil Abloh yang luar biasa. Koleksi debut Pharrell yang diluncurkan di Paris Fashion Week mendapat pujian atas desain inovatif dan referensi budayanya, yang mampu mengharmonisasikan elemen streetwear dengan warisan kemewahan Louis Vuitton. Pengakuan ini kian mengukuhkan statusnya sebagai seorang visioner dalam musik dan mode.
Pengaruh Pharrell di Louis Vuitton lebih dari sekadar desain; ia ada untuk menghadirkan perspektif segar dan inklusivitas ke Maison tersebut. Karyanya terus mendobrak batasan, menjembatani kesenjangan antara musik, budaya, dan mode, serta menginspirasi desainer generasi baru dan juga para penggemar mode. Dan kini Pharrell terlibat pertama kali dalam proyek wewangian untuk Louis Vuitton. Ia merangkul Master Perfumer, Jacques Cavallier, untuk menangkap “cahaya” yang merupakan esensi dari LVERS untuk dikemas sebagai wewangian maskulin yang diformulasikan secara seksama. Pada ELLE Indonesia, ia menarasikan proses penciptaan olfaktorinya.
Bagaimana awal mula ide kolaborasi Anda dengan Les Parfums Louis Vuitton bisa tercipta?
“Saya dan tim ingin memiliki aroma yang dapat diasosiasikan dengan konsep LVERS: tentang bagaimana ‘Matahari menyinari kami’. Ide awal adalah fotosintesis. Sinar matahari ibarat memiliki aroma seperti kesempatan baru yang terbuka—untuk melakukan sesuatu yang hebat; menjadi hebat; atau untuk menjadi yang terbaik.”
Bagaimana aroma tersebut mencerminkan ideologi LVERS yang telah Anda perkenalkan pada pertunjukan pertama Anda?
“Pada akhirnya akan muncul pertanyaan: apa itu LVERS? Individu atau entitas yang menghargai dan bersyukur atas keberadaannya, memiliki keinginan untuk mengetahui kapan sesuatu akan menjadi baik dan kapan tidak. Ia juga mampu menjadi penyedia hal-hal baik, melaksanakan dengan baik, dikonsepkan dengan baik, dan berpengalaman. Saya ingin filosofi ini memiliki khasiat layaknya obat. Seharusnya tidak semata beraroma harum, tapi juga harus mampu untuk mencetuskan suatu aksi.”
Apakah ada aroma murni yang paling Anda sukai?
“Tidak ada. Demikian juga terhadap warna dan musik. Saya tidak bisa mengatakan ada satu chord yang paling saya suka dibanding chord lainnya. Alasan mengapa saya memiliki chord favorit adalah karena bunyi tersebut bersifat relatif terhadap bunyi yang sebelum dan sesudahnya, yang membuatnya terasa ‘sesuai’ bagi saya. Kesesuaian ini hanya menjadi signifikan saat terjadi di antara dua hal lainnya. Chord adalah tempat Anda menempatkan bunyi tersebut, memberi tahu di mana Anda berada dalam sebuah perjalanan, dan perkembangan aransemennya. Aroma pun bersifat sama. Umpama, saya tidak akan cocok hidup di era sarat aroma aftershave bak tahun ‘70-an.”
Mengapa Anda menghubungkan aroma dengan musik?
“Aroma mirip dengan suara atau rasa: tidak memiliki visual. Anda mencium seseorang, dan satu-satunya representasi dari aroma tersebut adalah orang itu. Setelah hilang, Anda masih mencium baunya. Saat diputar di sebuah ruangan, musik bisa menjadi hal terbesar di ruangan tersebut tanpa menyentuh siapa pun, tapi semua orang merasakannya. Jadi, hubungan saya dengan penciuman sangat aneh dan sangat mirip dengan musik: yaitu sesuatu yang tidak dapat Anda sentuh namun benar-benar dapat Anda rasakan.”
Apa hubungan Anda dengan wewangian?
“Bagi saya, penciuman adalah indera yang dianggap remeh. Orang-orang berbicara tentang apa yang mereka lihat, mereka berbicara tentang apa yang mereka dengar, dan apa yang mereka rasakan. Penciuman mewakili sesuatu yang tidak disadari orang: yaitu sebagai perekat setiap kenangan yang pernah Anda miliki. Sebab itu, mendapatkan kesempatan hadir di Louis Vuitton dan bisa mengerjakan wewangian adalah suatu kebahagiaan yang mutlak bagi saya.”