CULTURE

24 Maret 2023

Alam Surealis Satire Fantasi Menyalakan Rumah sekaligus Studio Duo Seniman, Philip dan Charlotte Colbert


PHOTOGRAPHY BY Alicia Waite

Alam Surealis Satire Fantasi Menyalakan Rumah sekaligus Studio Duo Seniman, Philip dan Charlotte Colbert

text by Riri Warokka

Saat menonton film, kita kerap diantarkan oleh sebuah prolog dalam mengawali perjalanan memasuki kisah film tersebut. Begitu pula prolog mengawali penelusuran di kediaman milik Philip dan Charlotte Colbert, di mana potongan-potongan film Wes Anderson disisipkan sebagai moodboard awal. Kisahnya berawal dari pasangan seniman ultra-pop yang menemukan sebuah bangunan di kawasan Spitalfields, London. Sebagai pekerja seni, sejak awal keduanya telah menanamkan fantasi abstrak dalam benak akan bagaimana bagunan berfasad Victorian kuno dengan luas keseluruhan 15.000 meter persegi itu berevolusi menjadi sebuah kediaman pribadi. Namun, demi mewujudkan fantasi secara riil, mereka tetap memanfaatkan jasa profesional.

Fokus beralih ke biro desain asal London bernama Buchanan Studio yang dijalankan oleh pasangan suami-istri, Angus dan Charlotte Buchanan, yang berlatar belakang profesi Set Designer dan Art Director. Pertemuan keempat tokoh tersebut kemudian melahirkan sebuah rancangan kediaman di mana tiap interiornya bagai hidup dari penggalan set film.


Kolaborasi menjadi kunci dalam menyelesaikan proyek hunian ini. “Merancang Maison Colbert sangat mirip seperti proyek mendesain set. Bahkan menurut saya, interior adalah set yang permanen,” ungkap Angus Buchanan. Kata-kata ‘Maison Colbert’ kerap terucap—sebagaimana kediaman ini dijuluki—bahkan Buchanan Studio secara khusus merancang logo sebagai ornamen dekoratif. Angus paham betul bahwasanya setiap rumah membutuhkan personalisasi dan keunikan tersendiri. “Namun untuk proyek ini, terlalu banyak kesempatan untuk lebih berani ‘bermain’, dan kami benar-benar mendorong batasan kreativitas,” tambah sang desainer asal London itu.

Terdiri dari total empat tingkat, tiap lantai dirancang sesuai manfaatnya. Basement dialih fungsi sebagai studio berkarya; lantai dasar dijadikan galeri berisi ragam seni pop-modern berupa karakter lobster merah kreasi khas Philip Colbert; lalu dua lantai di atasnya baru digubah sebagai rumah tinggal. Langit- langit tinggi di lantai dua bangunan didesain secara terencana sebagai spasial terbuka di mana living room, area makan, area dapur, hingga game room berdampingan tanpa sekat. Dominasi penggunaan warna putih gading merefleksikan nuansa lapang nan nyaman. Apalagi ‘teman’ hijau ditempatkan di tiap sudutnya; karakter urban jungle sesuai impian sang pemilik hunian pun semakin tampak kuat.



Desain tiap ruangan tampak kian atraktif berkat suntikan inspirasi dari karya kedua seniman yang telah dikurasi untuk membangun atmosfer hunian. Dinding teknik ekspos yang memperlihatkan tumpukan batu bata rona merah jambu pucat tampil sebagai poin esensial dari gaya kontemporer. Cipratan warna merah jambu dan merah samar-samar menyelimuti hampir setiap ruangan. “Warna merah berasal dari sang lobster, sedangkan merah jambu hadir menyimbolkan feminitas, sehingga wajar bila rumah ini dipenuhi kedua warna tersebut,” Angus bercerita. Diketahui, dua karakter tersebut merupakan esensi penting dalam seni Philip dan Charlotte.

Selain koleksi pribadi, kreasi eksklusif hasil kolaborasi pasangan suami-istri Colbert dengan Buchanan Studio pun turut menghiasi tiap ruang. Salah satunya, bersanding ragam sofa rancangan Oliver Gustav, coffee table bergambar ilustrasi mata—simbol feminis yang kerap disuarakan Charlotte dalam sebagian besar karyanya—di bagian tengah ruang santai. Berkesinambungan dengan rupa karya tersebut; deretan kursi makan bermaterial baja, yang ditampilkan serupa sketsa pensil putih simbol mata, menemani meja makan panjang berbentuk oval—juga kreasi sang istri. Area mezanin berbentuk lorong yang menyambung kamar-kamar juga semarak dengan karya seni serta tatanan dudukan santai.


Denah rancangan Chris Dylan Architect berhasil mengakomodasikan garis halus yang membatasi peran tiap ruangan. Kendati menjunjung tinggi konsep ruang terbuka secara ‘blak-blakan’, namun kamar tidur tetap dirancang tersembunyi agar tetap ada nuansa privat bagi keluarga. Tema unik senantiasa diimbuhkan dalam tiap kamar tidur sehingga spirit yang timbul selayaknya tinggal dalam set film. Tampak kamar tidur padat akan repetisi karakteristik lobster berwarna merah terang.

Adapun kamar serba putih yang ditata modern dengan kehadiran ranjang Bed Love, bersebelahan meja sudut bertema serupa. Ruang tematik, bahkan untuk kamar mandi, sungguh nyata memperlihatkan betapa sang pemilik mencintai profesinya. Tak hanya berekspresi dalam bentuk karya seni, Stephen dan Charlotte pun hidup dan bernapas dengannya. Di ‘dunia’ mereka, fantasi dibiarkan leluasa berkeliaran, terasa sangat intim menemani suasana homey sebuah hunian.