FASHION

31 Maret 2021

Menelusuri Proses Pembuatan Tas Ikonis Chanel 11.12


Menelusuri Proses Pembuatan Tas Ikonis Chanel 11.12

Menyusul kampanye Chanel Iconic yang dilansir beberapa waktu lalu, Chanel kembali merayakan sajarah panjang salah satu kreasi paling ikonisnya, tas Chanel 11.12, lewat peluncuran sebuah film pendek. Film yang diarahkan oleh sutradara dan juga sahabat rumah mode tersebut, Sofia Coppola, menampilkan proses panjang pembuatan tas Chanel 11.12 yang kompleks. 

Dirancang sebagai interpretasi ulang tas Chanel 2.55 yang dirancang oleh Gabrielle Chanel, tas Chanel 11.12 mendapatkan status ikonisnya di bawah rezim kepemimpinan Karl Lagerfeld di awal tahun 1980-an. Motif jahitan quilting berbentuk diamond pada permukaannya, penutup tas berlogo double C serta tali bahu yang mengombinasikan rantai logam dengan kulit, menjadi ciri khas kreasi klasik ini. Kini, di bawah arahan kreatif Virginie Viard, tas berdesain abadi ini terus memenuhi kebutuhan bergaya para perempuan lewat ragam materi yang ditawarkannya; meliputi opsi paling klasiknya yaitu lambskin dan grained calfskin atau yang kerap dikenal dengan sebutan caviar; serta varian musiman lainnya seperti jerseytweed, beledu, denim, sutra, kulit patent, hingga kulit metalik.

Di balik kreasi mengagumkan ini, tersimpan sejumlah langkah yang merangkum proses pembuatan tas Chanel 11.12. Proses tersebut dimulai dengan memotong tiap potongan kulit tas. Langkah ini menuntut perhatian dan kepresisian tinggi, di mana tiap titik potong harus ‘bertemu’ agar tiap potongan kulit dapat membentuk tas dengan harmonis. Terlebih pada materi tweed, di mana motifnya harus selaras layaknya koleksi busana siap pakai Chanel. Seusai melewati proses quilting dengan teknik point droit de couturière, logo double C khas Chanel pun dijahit di bawah flap penutup tas. 

Untuk memberikannya volume, bagian tubuh dan alas tas dikombinasikan dengan mempergunakan teknik bag in the bag: yang pertama interiornya dan yang kedua eksteriornya. Dipasangkan dengan tangan, keduanya kemudian dibalik menggunakan teknik piqué-retourné (stitch and turn). Gabrielle Chanel selalu percaya bahwa bagian dalam sebuah tas harus secantik bagian luarnya. Oleh karena itu, materi kulit berwarna merah gelap melapisi bagian dalam tas Chanel 11.12. Kontras warna pada tas tersebut memudahkan para penggunanya untuk menemukan benda-benda mereka di dalam tas. Untuk menyempurnakannya, Chanel mempergunakan jahitan points de bride yang semakin memperkuat struktur tas.

Tak hanya cantik, Gabrielle Chanel dan Karl Lagerfel turut memvisikan fungsionalitas dalam tiap kreasi tas yang mereka ciptakan. Tujuh kantong yang menghiasi tas Chanel 11.12 misalnya, mewakili dengan sempurna keinginan keduanya dalam mempermudah kehidupan sehari-hari perempuan. Beragam kantong pun khusus dirancang, memberikan ruang bagi perempuan untuk menyelipkan lipstik ke dalam kompartemen berukuran pas, kartu-kartu ataupun bedak ke dalam dua kantong gusset, hingga surat-surat ke dalam kantong ‘rahasia’ berhiaskan ritsleting. Dua kantong berukuran besar mengimbuhkan sentuhan praktis, sementara yang terakhir, yang kerap disebut dengan nama smile pocket, menghiasi bagian belakang tas. Dan karena Gabrielle Chanel gemar menyelipkan tangannya ke dalam kantong, ia pun menyempurnakan tas kreasinya dengan tali bahu dari rantai logam yang menghiasi tas tersebut layaknya sebuah perhiasan. Berangkat dari gagasan yang sama, tas 11.12 hadir dengan tali bahu dari rantai logam serupa namun dikombinasikan dengan pita dari kulit. Logo double C serta volume yang dihasilkan dari teknik jahitan quilting, mencirikan identitas tas 11.12 yang begitu ikonis.

Tas-tas ikonis Chanel dibuat di Ateliers de Verneuil-en-Halatte, salah satu atelier yang tergabung dalam Métiers d’art Chanel dan berlokasi di Oise, bagian utara kota Paris. Membutuhkan setidaknya 180 langkah pengoperasian dan 15 jam untuk merampungkannya, kreasi tas ini dipercayakan kepada tangan-tangan andal para artisan yang telah berlatih selama empat hingga lima tahun lamanya untuk menguasai tiap gestur dan teknik pembuatannya dengan sempurna. Kemampuan khusus ini memperbolehkan Ateliers de Verneuil-en-Halatte untuk menyandang titel prestisius Enterprise du Patrimoine Vivant atau Living Heritage Company di tahun 2016.

Tak lekang oleh waktu namun modern pada waktu yang sama, inilah pesona tak terelakkan kreasi tas ikonis Chanel yang penuh paradoks.