21 April 2020
Miuccia Prada: Sosok Perempuan Kuat di Balik Label Prada

Berapa banyak orang yang mengandalkan sebuah tas ransel untuk pergi bekerja atau berpelesir? Apabila Anda menjawab pertanyaan di atas dengan jawaban ‘sangat banyak’, maka kita semua dapat berterima kasih pada sosok Miuccia Prada. Walau Miuccia bukan lah pencipta tas ransel, sosoknya dikenang sebagai salah satu alasan tas-tas praktis ini ‘diterima’ sejak tahun '80-an. Tak hanya itu saja, ia turut dikenal sebagai figur perempuan revolusioner yang berani menentang industri mode luksuri dunia.
A FAMILY AFFAIR
Lahir pada tahun 1949 di Milan, Maria Bianchi lahir dari pasangan Luigi Bianchi dan istrinya, Luisa Prada. Maria mengubah namanya menjadi Miuccia Prada di tahun '80-an, setelah dirinya diadopsi oleh sang bibi. Miuccia kecil tumbuh besar bersama keluarga besarnya di rumah yang sama dimana ia nanti membesarkan kedua putranya.
Miuccia mengantongi gelar sarjana political science dari University of Milan pada tahun 1970, dan mendapatkan gelar Ph.D miliknya tiga tahun kemudian. Miuccia juga sempat mempelajari seni pantomim pada saat itu. Ia mendalaminya selama lebih dari lima tahun, sebelum kedua orangtuanya turun tangan mengenai kelanjutan jalan hidupnya.
Pada tahun 1978, Miuccia mewarisi bisnis keluarga yang dimulai oleh sang kakek, Mario Prada. Mario membuka butik pertama Prada di Galleria Vittorio Emanuele II di Milan —pusat perbelanjaan tertua di dunia yang masih aktif hingga hari ini—pada tahun 1913. Ia menjual tas, koper, dan aksesori berpelesir bagi warga Milan. Ia bahkan menjadi pemasok resmi kebutuhan rumah tangga Kerajaan Italia sejak tahun 1919.

CHALLENGING THE CONSERVATIVES
Di pertengahan tahun '80-an, Miuccia mendefinisikan ulang arti kata luksuri ketika ia menciptakan it bag pertamanya, sebuah ransel Prada dari bahan nilon pocono. Tekstil industrial ini menjadi antitesis akan apapun yang dianggap mewah saat itu. “Saya melakukan sebuah pencarian,” jelas Miuccia, “karena saya membenci semua tas yang ada saat itu. Semua tas terlihat begitu formal, lady-like, tradisional, dan klasik.” Ia pun menemukan titik terang di sebuah pabrik yang memproduksi parasut militer dan memutuskan untuk mengubah bahan nilon pocono tersebut menjadi sebuah tas.

Tas yang dirilis pada tahun 1985 ini, hadir dalam wujud sebuah ransel hitam yang terbuat dari bahan nilon pocono. Berhiaskan plakat logam yang mengedepankan nama belakang keluarga besar Prada dengan subtil, begitu mudah untuk mengenalinya dalam satu lirikan. Diciptakan dengan begitu banyak perhatian pada kerapihan dan fungsionalitas, rancangan ransel ini pun menjadi begitu terkenal di seluruh dunia—semua perempuan mendambakan sesuatu dari Prada!
Tak dapat dipungkiri, bahan nilon pocono pun menjadi begitu sinonim dengan rumah mode asal Milan tersebut. Sejak kelahirannya, materi ini telah diolah dan dimunculkan kembali lewat berbagai rupa, mulai dari jajaran tas, aksesori, hingga busana sekalipun. Bahan nilon pocono, sepenuhnya dipergunakan Miuccia untuk menentang segalanya yang ia deskripsikan sebagai ‘ide luksuri tradisional dan konservatif ‘.

Melanjuti kesuksesan lini tas nilon miliknya, Miuccia lalu meluncurkan lini busana siap pakai perempuan untuk Prada di tahun 1988. Koleksi ini dipuji berbagai kritikus mode dan lambat laun, Miuccia melebarkan sayap rumah mode Prada, dengan lini busana siap pakai laki-laki, serta koleksi kacamata.
Koleksi musim semi/panas 1996 miliknya yang mengusung permainan motif garis serta motif kain gorden dalam palet warna tak lazim, menjadi awal permulaan ciri khas rumah mode Prada yang identik dengan pengolahan motif geometris, musim demi musim. Tak butuh waktu lama hingga jargon ugly-chic melekat begitu erat pada Miuccia. Pada momen inilah, ugly menjadi begitu in fashion.

Oksimoron ini mungkin dapat kita temui dimana-mana hari ini. Namun di pertengahan tahun ’90-an, ketika lanskap mode dibanjiri visual-visual bernada seksual—dipelopori oleh Tom Ford di Gucci dan Gianni Versace—Prada tampil beda dengan sepatu bersol tebal miliknya serta rok kotak-kotak ala pustakawan yang jauh dari kata seksi.
Pendekatan ini tentunya tidak mengejutkan ketika Anda ingat bahwa Miuccia memiliki latar belakang socio-political—ia bahkan pernah bergabung dengan Italian Communist Party, dimana ia aktif menyuarakan hak-hak perempuan di tahun '70-an. Semangat ini tidak pernah meninggalkan dirinya. Hanya saja, alih-alih terjun ke dunia politik, Miuccia secara konsisten mentranslasikan hubungan antara gaun, gender, dan kekuatan, lewat tiap koleksinya.
MIUCCIA’S MIU MIU
Melanjuti kesuksesan Prada, Miuccia memperkenalkan sister line dari Prada, Miu Miu, pada tahun 1992. Nama Miu Miu sendiri diambil dari nama pendek Miuccia sejak masih kecil. Lini ini diciptakan oleh Miuccia untuk mengekspresikan semangat reaktif yang lebih muda, tanpa lupa mempertanyakan segala hal yang memprovokasi pemikiran mengenai gender, kecantikan, dan kekuatan.

“Prada sangatlah sophisticated dan diperhitungkan; Miu Miu lebih naif,” jelas Miuccia ketika ditanya apa perbedaan pendekatan yang ia terapkan untuk kedua lini tersebut. “Solusinya adalah, ketika saya mengerjakan Miu Miu, segalanya harus datang dengan segera, secara insting, spontan, dengan apapun yang ada dalam momen tersebut.”
THE MARRIAGE OF TRUE MINDS
Kesuksesan demi kesuksesan kian menghampiri Miuccia Prada. Tak hanya dinilai berhasil mengubah wajah bisnis keluarganya menjadi bisnis luksuri bernilai US$11.4 milyar, Miuccia turut diapresiasi sebagai sosok desainer yang kompeten. Pencapaian-pencapaiannya meliputi penganugerahan International Award dari CFDA di tahun 2004; penobatan dirinya sebagai 100 orang paling berpengaruh di dunia oleh Time Magazine di tahun 2005; memenangkan titel International Designer of the Year oleh British Fashion Awards di tahun 2013; dan menjadi tema ekshibisi tahunan Costume Institute of the Metropolitan Museum of Art, New York, di tahun berikutnya —bersama Elsa Schiaparelli—bertajuk Elsa Schiaparelli and Prada: Impossible Conversations.

Kita tak dapat pula melupakan jasa besar Patrizio Bertelli dalam mendukung Miuccia membesarkan bisnis Prada. Di tahun yang sama ketika Miucci mewarisi bisnis keluarga Prada bersama kedua kakaknya, Albert dan Marina, ia bertemu dengan belahan jiwanya, Patrizio Bertelli, yang saat itu sedang menjalankan bisnis kulit. Keduanya bertemu di sebuah trade fair, dimana Miuccia menuduh Patrizio meniru rancangan perusahaannya, namun akhirnya memutuskan untuk bersekutu. Keduanya kemudian menikah pada tahun 1987, dan Patrizio pun menjadi co-CEO Prada Group. Keduanya juga memiliki dua orang putra yang mereka asuh bersama, Lorenzo (lahir tahun 1988) dan Giulio (lahir tahun 1990). Lorenzo—yang juga merupakan seorang pembalap rally—tengah dilatih Miuccia untuk menjadi penerus perusahaan keluarga kolosal ini.
Pernikahan antara kecakapan mengolah desain Miuccia dengan kepiawaian Patrizio memimpin sisi produksi, logistik dan lainnya, dinilai berbuah manis. Patrizio juga lah yang mendorong Miuccia untuk mulai merancang pakaian siap pakai dan tas. Konon, ia bahkan mengancam Miuccia akan memperkerjakan orang lain apabila ia menolak proposalnya tersebut. Beruntung, Miuccia mengikuti saran Patrizio dan mengubah sejarah mode selamanya.
BEAUTY IN HER OWN WORDS
Walau telah menginjak usia 70 tahun pada bulan Mei silam, Miuccia tak menunjukkan adanya tanda-tanda melambat. Ia terus mengajak umat mode untuk memikirkan kembali apa itu arti keindahan. “Ugly is attractive, ugly is exciting. Mungkin karena ia lebih baru,” ujarnya pada ELLE UK (2013). “Investigasi akan keburukan, bagi saya, lebih menarik daripada ide kecantikan yang borjuis. Mengapa? Karena keburukan begitu manusiawi. Ia menyentuh sisi buruk dan kotor manusia.”
Pemikiran ini teguh dipegang Miuccia hingga hari ini. Miuccia memang bukan lah sekadar desainer pada umumnya. Ia memiliki keberanian untuk menentang industri mode dan menciptakan apa yang dinilai buruk oleh orang lain. “Anda tahu, hal ini mungkin menjadi skandal di industri mode, tetapi begitu lazim di dunia seni: dalam lukisan dan dalam film, begitu lazim untuk melihat keburukan. Tetapi, ya, hal ini tak lazim dipergunakan dalam fashion dan saya sangat dikritik karena menciptakan the trashy dan the ugly,” pungkasnya.
