LIFE

28 Desember 2018

Adinia Wirasti: Aktor Bukan Soal Kulit putih dan Tubuh Kurus


Adinia Wirasti: Aktor Bukan Soal Kulit putih dan Tubuh Kurus

Tujuh belas tahun lalu, sosok Adinia Wirasti segera menyedot perhatian publik. Wajah khas Indonesia di tengah para perempuan yang berperan dalam ‘Geng Cinta’ di film Ada Apa Dengan Cinta? Salah satu film Indonesia yang paling laris pada awal tahun 2000-an dan kerap menandai kebangkitan perfilman Tanah Air. "Sebuah kesuksesan yang tidak direncanakan," kata Asti, nama panggilan Adinia Wirasti, saat saya temui. Sambil menyantap makan siang, ingatannya kembali ke tahun 2001. “Saya remaja perempuan yang tidak berpenampilan seperti perempuan. Sampai-sampai ayahku bilang, ‘Sepertinya kamu harus belajar merias diri’. Beliau kemudian mendaftarkan anaknya ke Sekolah John Casablancas Modeling & Career Center di Jakarta. Waktu itu usia saya kelas satu SMP. Saya ingat waktu itu Mbak Ria Juwita adalah salah satu pengajarnya,” kisah Asti. Tidak berlangsung terlalu lama, sebab Asti tak kuasa menerima permintaan bahwa ia harus menurunkan berat badannya saat itu. “Saya enggak bisa. Dan pada akhirnya tereliminasi dari dunia modeling. Jadi sebetulnya saya tidak pernah memulai karier sebagai model. Karena pelajaran yang terserap lebih ke soal kepribadian. Yah, akhirnya jadi lumayan suka dandan dan ‘lebih perempuan’ dari sebelumnya sih,” Asti bercerita. [caption id="attachment_5182" align="aligncenter" width="585"]elle indonesia interview adinia wirasti Busana: DIOR (atasan brokat, rok tule, belt, dan sepatu bot).[/caption] Saat kelas 3 SMP, Asti tidak mengetahui seleksi film Ada Apa Dengan Cinta?, namun ia berhasil ditemukan asisten sutradara Rudy Soedjarwo di sebuah acara pernikahan. “Tiba-tiba saya ditawarkan ikut casting pemain untuk peran perempuan SMA. Saya bingung, memang ada film layar lebar Indonesia? Waktu itu saya hanya tahu film Petualangan Sherina dan Kuldesak. Bahkan saya pun belum ngerasain jadi murid SMA, jadi bagaimana bisa memerankannya? Tapi toh enggak ada salahnya. Saya memutuskan mau ikut seleksi,”. Ia diminta menunjukkan akting di mana ia harus meyakinkan petugas keamanan airport supaya temannya, karakter Cinta (diperankan Dian Sastrowardoyo), bisa masuk ke dalam ruang tunggu airport untuk menyusul lelaki bernama Rangga (diperankan Nicholas Saputra). Setelah itu, Asti diperkenalkan dengan empat perempuan lain yang ikut berperan: Dian Sastrowardoyo, Titi Kamal, Ladya Cherill, dan Sissy Priscillia. “Sampai akhirnya diumumkan bahwa proses syuting segera dimulai. Sejujurnya saat itu, I was very clueless. Karena awalnya saya tidak punya ketertarikan untuk menjadi pemain film. Namun ketika tiba di lokasi syuting, saya merasakan adanya suasana yang menyenangkan di tempat pembuatan film. Menyaksikan craftmanship para pekerja seni, melihat orang-orang bikin special effect untuk sebuah karya film, semua hal-hal yang sangat detail dan sungguh menarik,” ia mengungkapkan. Kesenangan itu semakin menguat kala Asti ikut berperan dalam film Tentang Dia arahan sutradara Rudy Soedjarwo. Untuk aktingnya di film tersebut, Asti diganjar penghargaan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2005 dan penghargaan yang sama pada Festival Film Bandung 2005. [caption id="attachment_5183" align="aligncenter" width="585"]elle indonesia interview adinia wirasti Busana: VALENTINO[/caption] Perempuan kelahiran tahun 1987 ini merupakan salah satu aktris yang konsisten menampilkan karya-karya setiap tahun. Tahun 2007, ia menunjukkan kepiawaiannya dalam film 3 Hari Untuk Selamanya. Disusul judul-judul lainnya yakni Jakarta Maghrib (2010), Arisan! 2 (2011), Laura dan Marsha (2013), Kapan Kawin? (2015), Ada Apa dengan Cinta?2 (2016), Cek Toko Sebelah (2016), Critical Eleven (2017), Susah Sinyal (2017), dan Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta (2018). Hari itu, saya menemui Asti dua hari menjelang pemutaran perdana film Grisse di HBO, yakni 4 November 2018. Film delapan episode berdurasi satu jam itu sudah rampung tayang, terakhir pertengahan Desember 2018. Filmnya mengambil setting tahun 1800-an pada masa kolonial Hindia Belanda. Di film ini, ia berperan bersama Alexandra Gottardo, Zack Lee, Jamie Aditya, dan Marthino Lio. “Serial berbahasa Inggris ini bercerita tentang kisah sekelompok masyarakat yang memimpin pemberontakan melawan gubernur yang bengis. Dalam waktu singkat, mereka mengambil alih kendali markas tentara Belanda bernama Grisse,” kata Asti saat saya bertanya tentang apa film Grisse. Lebih jauh lagi, Asti bercerita bahwa film tersebut mengisahkan perjuangan manusia dalam meraih kebebasan dan memerdekakan dirinya. “Di film ini saya belajar menembak dan berkelahi. Tidak ada adegan yang cantik-cantik dan bersih. Semuanya kotor. Dan saya suka banget itu. Semakin seru sebab film ini menempatkan perempuan kuat sebagai karakter utamanya. Perempuan ini memahami kekuatannya dan memberdayakan hidupnya. Bukan hanya soal menjadi bebas, tapi bagaimana perempuan hidup merdeka dari segala bentuk keterikatan,” kali ini Asti berbicara dengan raut wajah serius. [caption id="attachment_5184" align="aligncenter" width="585"]elle indonesia interview adinia wirasti Busana: Hermès (kemeja panjang, belt, dan sepatu bot).[/caption] Perbincangan kami hari itu pun perlahan berubah tema. Dari membahas film dan perjalanan karier Asti, kami lantas berdiskusi tentang pemberdayaan perempuan. “Kolonialisme itu bukan hanya tentang kita dijajah orang lain. Penjajahan turut andil dalam menghilangkan kekuatan dan pemberdayaan manusia. Tidak heran setelah itu lahir mental rendah diri, gemar mengasihani diri sendiri, dan tidak punya keberanian untuk mengungkapkan pemikiran. Ini menjadi salah satu alasan saya mengambil peran di film Grisse. Karena setiap karakter selalu menggiring saya pada pemikiran, ‘Ke arah mana saya akan tumbuh dengan karakter ini?’ Bentuk-bentuk refleksi yang sangat menarik untuk saya,”. Kata-kata Asti ini memantik pikiran di kepala saya. Bagaimana menjadi merdeka sementara ia hidup dalam ketenaran yang mudah untuk dilihat dan dinilai? “Seni peran bukanlah pekerjaan yang mudah. Tidak segampang yang dilihat orang-orang. Bukan pekerjaan yang santai, apalagi bisa seenaknya. Saya rasa sedikit sekali orang yang memahami bahwa pekerjaan ini berat. Dan karena itu, kami yang berada di industri ini sepatutnya punya prinsip dan batas-batas tegas.” Tidak terhitung berapa kesempatan dan pekerjaan lenyap karena alasan-alasan yang tidak substansial. “Banyak sekali orang ingin mengubah saya. Kulit harus lebih putih, badan mesti kurus. Ironis sekali, di negeri sendiri, saya kehilangan kesempatan justru karena wajah saya ‘Indonesia banget’, kulit gelap, terlalu tinggi, dan tidak kurus langsing. Saya selalu tegaskan apa-apa yang jadi prinsip, meski pada akhirnya itu membuat saya harus melepas beberapa peluang,” meski kisahnya terdengar getir, Asti bercerita tanpa kemuraman di wajahnya. “Bagi saya, menjadi aktris bukan soal berkulit putih dan bertubuh kurus. Pekerjaan aktor tidak hanya apa yang terjadi di lokasi syuting, tapi juga apa yang terjadi di belakang kamera. Saat proses syuting, saya melepas semua atribut ‘Adinia Wirasti’. Saya ‘hidup’ bersama karakter dan menjaganya sedemikian rupa supaya tidak terkontaminasi oleh kepribadian saya. Jadi mustahil untuk menilai para pekerjanya sebatas urusan warna kulit dan berat badan,” tuturnya. (Foto: DOC. ELLE Indonesia; photography HAKIM SATRIYO styling ISMELYA MUNTU styling assistant SHARONA makeup DHIRMAN PUTRA hairdo ROSLYNN)