18 Desember 2024
Asmara Abigail Menyelami Bentuk Seni yang Paling Murni
PHOTOGRAPHY BY Ikmal Awfar
styling Alia Husin; mua
Dunia seni peran di Indonesia, khususnya industri perfilman, kian hari kian bertumbuh dan berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah film dan serial yang diproduksi secara berkualitas. Kemajuan yang dirasakan ini, selain karena adanya sineas-sineas Indonesia yang andal dan berbakat, juga tidak lepas dari peran para pemainnya sebagai salah satu kendaraan utama untuk menyampaikan cerita kepada publik. Salah satu nama pemain di dunia seni peran yang memiliki andil dalam menghiasi layar dengan bakat aktingnya adalah Asmara Abigail. Anda para pencinta sinema Indonesia barangkali tak asing dengan sosok perempuan yang satu ini. Baik kemunculannya yang hanya beberapa menit tapi selalu jadi scene stealer ataupun sebagai side-character namun kerap memainkan peran perempuan kuat nan kompleks, bahkan kadang psikotik atau antagonis.
Asmara Abigail adalah aktris penuh potensi yang produktif sejak memulai debut karier di perfilman melalui karya Setan Jawa pada 2016. Sebuah film bisu hitam-putih yang kental akan mitologi Jawa dengan iringan musik klasik dan gamelan. Film yang disutradarai oleh Garin Nugroho ini ditampilkan di Melbourne, Australia, sebagai pembukaan Asia Pacific Triennial of Performing Arts pada 2017 silam. Film Setan Jawa adalah awal perjalanan Asmara berkarier di dalam dunia perfilman. Asmara, yang memiliki latar belakang tari tango, flamenco dan pole dance, membuat Garin terinspirasi untuk mengekspresikan karakter Asih melalui kombinasi dari tarian-tarian kontemporer tersebut dengan gerakan tari Jawa tradisional. Asmara mendapatkan popularitas saat berperan sebagai Darminah, tokoh antagonis dalam Pengabdi Setan 2: Communion. Masih ingatkah dengan scene terakhir dengan kehadiran dua orang mendatangi rumah susun nan horor? Asmara Abigail menjadi karakter orang terakhir yang muncul di akhir film sebagai Darminah. Kendati penampilannya singkat, tapi kesannya untuk penonton terbilang mendalam dan teori tentang kehidupan Darminah terus diperbincangkan. Asmara juga bermain dalam Perempuan Tanah Jahanam dengan peran sebagai Ratih, perempuan pemilik warung makan yang ditemui Maya dan Dini dalam perjalanan keduanya dalam mencari harta peninggalan orangtua di kampung. Ratih harus terima kenyataan pahit bahwa sang suami tewas ditembak polisi saat berusaha membunuh Maya. Asmara turut tampil gemilang ketika memerankankan karakter Desti Nikita, anak buah pengkor, dalam film Gundala karya Joko Anwar. Selain genre horor, Asmara turut bermain dalam film yang menceritakan peristiwa bersejarah berjudul Sultan Agung: Tahta Perjuangan, Cinta karya sutradara Hanung Bramantyo. Di sini, ia berperan sebagai Roro Untari, seorang asisten rumah tangga Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal Hindia Timur VOC. Asmara turut ambil bagian di film Yuni dengan peran sebagai Suci yang membantu seorang remaja perempuan dalam proses pencarian jati diri. Dengan lawan main Jihane Almira, Asmara Abigail berakting sangat baik dalam peran sebagai model ternama yang penuh talenta dalam karya berjudul #OOTD: Outfit of The Designer.
fashion Lanvin.
Dalam dunia seni peran, Asmara Abigail dikenal sebagai salah satu penampil berkarakter. Kekuatannya terletak pada penggalian atas kedalaman persepsi yang sangat personal di mana sebuah karakter dilakoni dengan suatu kekuatan fisik dan emosi yang luar biasa. Ia selalu menuai sorotan melalui penampilannya di berbagai judul film. Namanya tiga kali masuk ke dalam jajaran nominasi Festival Film Indonesia. Peran sebagai Santi di film Mudik dalam ajang FFI 2020, karakter Suci di film Yuni membawanya kembali jadi nominasi di FFI 2021, dan untuk Festival Film Indonesia 2024 Asmara berhasil masuk lewat perannya dalam Sehidup Semati. Dalam film tersebut, tokoh perempuan bernama Asmara yang diperankan oleh Asmara Abigail sangat mencuri perhatian. Ia menjadi sahabat sekaligus teman berdiskusi Renata, diperankan Laura Basuki, perempuan yang kerap mendapat kekerasan dari suaminya. Asmara hadir sebagai antitesis Renata. Lebih bebas, tidak terkekang, dan berani. Tiga sifat yang awalnya tidak melekat pada Renata. Membawakan karakter dengan nama yang sama, Asmara Abigail menjalankan peran sebagai supporting role dalam genre film psychological thriller boleh dibilang cukup signifikan. Kehadiran dia membuat Renata berjabat tangan dengan sifat-sifat yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Karena Asmara, Renata mulai lebih bebas tersenyum, tidak terkekang untuk mencoba hal baru, dan berani membuat keputusan tanpa rasa takut. Isu kekerasan terhadap perempuan dan budaya patriarki memang bukan percakapan baru dalam dunia sinema, namun peran Asmara berperan penting sebagai support system yang pada akhirnya membuat Renata berhasil membuktikan bahwa ia bukan perempuan bodoh dan terbebas dari belenggu kekerasan dalam rumah tangga.
Di sebuah kursi dari kayu, Asmara Abigail bercerita tentang dirinya. Seorang aktris Indonesia yang kini bersinar di jagat sinema itu sudah mengambil posisi duduk yang nyaman; bersimpuh pada satu kaki, dan membiarkan kaki lainnya bebas bergerak. Dia datang terlihat membawa buku bergambar sosok perempuan di halaman sampulnya, Cleopatra and Frankenstein karya penulis Coco Mellors. Hari itu saya tak hanya menyimak cerita Asmara soal kiprahnya di perfilman, tapi juga mendengar keseruan dan keberagaman aktivitas yang dilakoni perempuan ini hingga hidupnya jauh dari kesan biasa-biasa saja. Latar belakang keluarga membuat Asmara sejak usia dini sudah punya kegemaran dan kemahiran dalam berkuda. Ia bahkan sempat bercita-cita ingin jadi atlet berkuda. Masuk usia remaja, ia mengenal dunia mode dari sosok ibu dan kedua tantenya yang salah satunya adalah public figure Becky Tumewu. Perempuan kelahiran tahun 1992 ini bercerita betapa besar daya tarik yang muncul ketika ia terpapar dunia mode dan industri hiburan. “Saya tak akan ragu-ragu mengenakan Schiaparelli sekadar untuk pergi ke coffee shop atau mengenakan haute couture ketika berkegiatan dengan menaiki MRT. I love fashion. Saya ingat dulu waktu saya kecil, tante saya yang berprofesi sebagai pramugari kerap membawa pulang majalah-majalah impor seperti Vogue dan ELLE. Saya perhatikan dan kagumi halaman demi halaman high fashion spread dan foto-foto A-lister Hollywood. Saya bahkan sama sekali tidak pernah punya keinginan untuk memutihkan warna kulit karena sejak kecil sudah jamak melihat para supermodel dunia seperti Naomi Campbell dan Tyra Banks yang begitu memesona dengan kulit gelapnya, dunia mode dengan segala keindahannya membuat saya begitu terpukau sekaligus terinspirasi untuk menekuninya lebih dalam,” cerita Asmara.
fashion Louis Vuitton.
Masuk usia remaja, saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, Asmara menemukan dunia baru yang juga menarik perhatiannya. Sejak mengikuti ajang pemilihan model majalah Gogirl! tahun 2008, Asmara mulai wara-wiri sebagai model di berbagai halaman editorial mode di Tanah Air. Lulus SMA, Asmara meneruskan pendidikan sarjana jurusan Fashion Business di LaSalle College International Jakarta. Ia kemudian melanjutkan studi pascasarjana di Milan, Italia, dengan beasiswa dari Haute Couture Fashion Academy yang bernaung di bawah Camera Nazionale della Moda Italia. Di sana ia menyelesaikan kuliah magister dengan predikat cum laude di bidang Marketing & Branding for Luxury Products. Asmara juga sempat menempuh pendidikan kebudayaan di Instituto Italiano di Cultura Jakarta dan Institut Français Indonesia yang membuat ia akhirnya punya kedekatan dengan kultur kedua negara tersebut. Pada tahun berikutnya Asmara mengikuti program seni musim panas di Nuova Accademia di Belle Arti Milano.
Tahun 2015 ia menjalankan beberapa lokakarya tari kontemporer dan berpartisipasi dalam lokakarya di bawah naungan sebuah grup tari kontemporer asal Italia, Artemis Danza dan grup tari bernama Tecnologia Filosofica. Pada 2017 Asmara kembali mengikuti workshop tari kontemporer dari grup Campo Largo Nomads dan acting workshop bersama Commedia dell’Arte yang dipimpin oleh Maestro Enrico Bonavera. Selain bidang akting, Asmara Abigail memang terkait erat dengan seni tari yang digelutinya sejak ia masih bekerja kantoran di sebuah perusahaan e-commerce di Bali. Pukul 5 sore usai jam pulang kerja, Asmara rutin mengikuti kelas pole dance yang dilanjutkan dengan mempelajari flamenco dan tango. Dan tak lama kemudian, Garin Nugroho melibatkannya dalam Setan Jawa dimana Asmara, yang memiliki latar belakang tari tango, flamenco dan pole dance, membuat Garin terinspirasi untuk mengekspresikan karakter Asih melalui kombinasi dari tarian-tarian kontemporer tersebut dengan gerakan tari Jawa tradisional. “Saya percaya setiap keputusan yang kita ambil pasti akan berdampak ke jalan kehidupan dan karier kita di masa depan. Saya bersyukur selalu punya semangat untuk terus belajar hal-hal baru yang saya senangi. Ketika saya berhasil mempelajari dan menguasai suatu bidang, hati ini bahagia rasanya. Tak bisa dipungkiri, saya senang dengan sesuatu yang menantang. Ada kepuasan tak ternilai ketika saya berhasil melewatinya,” cerita Asmara.
fashion Lanvin.
Asmara sepertinya memang tak terhentikan. Ia terus membangun jejaring lewat berbagai komunitas bahkan di kancah dunia. Pada 2023, Berlinale Talents memilih Asmara Abigail untuk mengikuti program pengembangan bakat bagi para anggota industri perfilman. Berlinale Talents sendiri merupakan bagian dari Berlin International Film Festival dan setiap tahunnya mengundang 200 anggota industri perfilman dari berbagai negara seperti sutradara, aktor, screenwriter, dan sebagainya untuk berbagi ide dan pengalaman. Mereka yang jadi pembicara di antaranya, yakni Meryl Streep, Tilda Swinton, Cate Blanchett, Bong Joon-Ho, dan lainnya. Berlinale Talents diberitakan terkesan oleh penampilan Asmara di film Stone Turtle dan meminta aktris tersebut untuk mengikuti program acting studio sambil menggalang komunitas global untuk berkolaborasi dalam mengembangkan proyek-proyek baru bersama.
“Sama sekali tidak ada penyesalan, saya bersyukur bisa berkesempatan untuk menghabiskan my early twenties di beberapa negara di Eropa. Termasuk menjadi bagian dari Berlinale Talents. Saya rasa hal ini baik untuk pertumbuhan karier dan pengembangan diri sekaligus untuk menjalin hubungan dan jejaring dengan teman-teman dari berbagai negara. Saya berharap suatu saat kami bisa bekerja sama membuat karya kolaborasi, salah satunya dengan Zoulikha Tahar, seorang feminis, penyair, dan pelaku seni asal Aljazair. Di luar profesi sebagai aktor, saya selalu ingin ‘bergerak’ dalam kehidupan personal yang dinamis yang isinya banyak pembelajaran dan pengetahuan. Sebab saya percaya untuk menjadi aktor yang baik, seseorang juga perlu punya kehidupan pribadi yang menarik. Ada hal-hal di luar pekerjaan sebagai aktor yang perlu dilakoni sehingga saya punya bekal yang mumpuni untuk memperkaya kreativitas dan memelihara semangat berkarya. Karena itu setiap sedang tidak bekerja, saya mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan yang saya senangi. Memanfaatkan waktu dengan belajar hal-hal baru dan mengikuti berbagai kegiatan yang saya senangi, misal kursus bahasa asing, les piano, latihan bela diri, belajar menari ataupun terlibat di program-program yang menambah ilmu dan memperlebar wawasan saya. Kegiatan di luar pekerjaan keaktoran ini bukan hanya membantu saya untuk melepaskan diri dari karakter yang saya mainkan, tapi juga memperluas lingkaran koneksi dan komunitas sehingga jaringan sosial saya tak hanya berkutat di lingkup sinema,” ujar Asmara.
fashion Valentino.
Telihat sepak terjang Asmara dalam sederet filmografi dan kontribusinya di dunia sinema, rasanya bukan mustahil kelak ia menjadi salah satu aktris terbaik yang kita punya. Ia seperti perwujudan dari adagium yang kerap kita dengar, bahwa seniman itu haram hukumnya untuk tenang karena realitas selalu bergejolak. Segala hal yang mapan harus dipertanyakan, semua tantangan mesti diterjang. Bahwasanya aktris ini melesat bukan cuma disebabkan oleh bakat, tapi juga dipengaruhi oleh pilihan-pilihan sikap yang cenderung nekat dan berani. Alih-alih sebatas mengutamakan skill acting, nyatanya sikap personal seseorang lebih berbicara lantang dan kerap kali lebih berpengaruh pada perjalanan karier seseorang. Asmara Abigail seperti memegang bekal minimum yang mutlak harus dimiliki oleh mereka yang ingin mengukuhkan dirinya sebagai pemain film: kecintaan pada seni peran dan kegigihan untuk mempelajari kehidupan. “Saya rasa gairah untuk terus bergerak dan belajar serta ambisi untuk mencapai banyak hal merupakan api yang membakar energi saya agar tetap ‘hidup’. Saya senang dengan tantangan. Saya tak ragu-ragu mendobrak batasan dan membuktikan apa yang orang lain anggap mustahil terjadi. Kadang malah kondisi tenang-tenang itu bikin saya jadi cemas sendiri. Dan memang seniman ‘kan pantang untuk merasa tenang, kita harus selalu gelisah supaya daya kreativitas tidak hilang dan mati. Terlebih mimpi saya adalah bisa berkarya di kancah global, tak sebatas di negeri sendiri. Dan untuk mencapai tujuan itu, saya harus mahir pada banyak hal. Dan dengan begitu, upaya ini menjadi cara saya untuk merayakan hidup yaitu dengan menyambut baik hal-hal positif dan memberani mencoba segala kesempatan,” ujarnya. Dalam sisi inilah Asmara berusaha memecah sunyi dan memberi daya dengan berbagai kontribusi yang ia lakukan. Bahwa sebenarnya ia sedang berjuang untuk diri sendiri dan komunitasnya selama ini.