LIFE

20 November 2020

Laura Basuki Merangkul Rasa Empati


Laura Basuki Merangkul Rasa Empati

Di balik rasa sakit dan kesedihan, manusia diajarkan untuk menemukan sikap empati dan menghargai diri sendiri.

Tidak sekali pun Laura Basuki mengharapkan hidup jauh dari suami, Leo Sandjaja, dan putranya yang berusia 4 tahun, Owen. Ia juga tidak ingin membayangkan rasanya kehilangan seseorang. Terlebih di saat kini manusia tengah berjalan dalam kabut tebal bersama pandemi dan ketidakpastian yang semakin mengaburkan arah tujuan. Namun, seluruh emosi tersebut menjadi tekanan yang perlu ia selami demi memerankan Zara dalam miniseri Sementara, Selamanya (rilis 6 Juni 2020 dan selesai 21 Juni 2020). “Saya merinding saat pertama kali membaca naskah yang dibuat Ika Natassa,” katanya tentang lakon dokter jaga unit penanganan pasien Covid-19 yang merupakan penampilan substansialnya di tahun 2020 itu ketika kami berbicara (lewat telepon, tentu saja, sebab Jakarta sedang kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar).

“Saya bukan orang yang mudah menangis jika berhadapan dengan realitas kehidupan. Walau saya akui, mustahil untuk saya tidak menitikkan air mata setiap kali menonton adegan film yang mengharukan,” Laura melepas tawa sesaat mendengar ironi dalam pengakuannya sebelum melanjutkan kisah. “Peran sebagai Zara luar biasa memeras emosi saya,” ujarnya. Dari total enam seri ceritanya, ia secara spesifik mereferensikan episode kelima sebagai tantangan terberat. Babak tersebut membawa karakternya mencapai titik terendah dalam perjuangan melawan virus korona. Zara dikisahkan kehilangan salah satu pasien; dan Laura diminta untuk mendeskripsikan secara detail alur prosedur pemakaman jenazah pasien Covid-19 seolah ia tengah menjalaninya. “Mulai dari memandikan jenazah, mengafani dengan plastik tahan air, dimasukkan ke dalam peti hingga dikuburkan,” kata Laura mengenang perannya.

elle indonesia november 2020 - laura basuki profile - photography agus santoso yang - styling sidki muhamadsyah - editor ayu novalia
Jaket, celana kulot, sandal, dan jam tangan J12 Paradoxe, seluruhnya koleksi Chanel.

Adalah privilese seorang aktor, untuk dapat menjelma ke dalam hidup orang lain lewat peran yang dimainkan. Namun aktris yang telah menggeluti seni peran selama 12 tahun itu berkata, “Tidak pernah terbayang sebelumnya bahwa saya harus menempatkan diri dalam posisi tersebut.” Suaranya terdengar sedikit berat. Saya memahami mengapa ia dipercaya memerankan Zara. Vokal Laura Basuki sarat karakter, hingga mampu membuat Anda membayangkan sebongkah batu besar menghantam hatinya setiap kali menghidupkan Zara, kendati ia tidak mengalaminya secara nyata. “Oh ya? Saya sempat khawatir apakah hanya lewat suara saya cukup dapat menyampaikan emosi,” katanya tergelak merespon pendapat saya. Laura kembali terdengar ceria. “Menjadi aktor mengizinkan saya untuk menjalani kehidupan orang lain. Setiap peran yang saya mainkan memberi pelajaran berbeda, dan hal itu membuat saya semakin merasa manusiawi. Lewat miniseri ini, saya merasakan empati yang lebih besar kepada tenaga medis yang telah mengorbankan hidupnya di garis terdepan perjuangan ini,” tuturnya.

elle indonesia november 2020 - laura basuki profile - photography agus santoso yang - styling sidki muhamadsyah - editor ayu novalia
Jaket tweed, kalung, dan jam tangan J12 Paradoxe, seluruhnya koleksi Chanel.

Produksi Sementara, Selamanya merupakan karya bijaksana. Digarap selama tiga hari di tengah pandemi, proses syutingnya tidak melibatkan banyak kru maupun berpindah-pindah tempat demi menjaga keselamatan setiap orang. Pengambilan gambar difokuskan di kediaman Reza Rahadian yang merupakan sutradara, sekaligus pemeran utama laki-laki dalam ceritanya, Saka. Untuk peran Zara yang dikisahkan sedang bertugas di rumah sakit lebih banyak diisi oleh suara ketimbang penampilan depan kamera. Dengan kondisi tersebut, Laura dapat melakoni seluruh narasi hanya dari ruang kerja di rumahnya; mengandalkan sambungan komunikasi video berfasilitas audio canggih. “Tidak dipungkiri, teknologi menggerakkan zaman dengan cara yang menakjubkan,” katanya.

elle indonesia november 2020 - laura basuki profile - photography agus santoso yang - styling sidki muhamadsyah - editor ayu novalia
Kardigan, bikini top, shorts, ikat pinggang, dan jam tangan J12.20, seluruhnya koleksi Chanel.

Selayaknya generasi modern yang tumbuh di zaman teknologi canggih, perempuan kelahiran Berlin, 9 Januari 1988 itu pun memanfaatkan kenyamanan yang ditawarkan seiring perkembangannya. “Namun di satu sisi, saya perlu bikin batasan untuk menjaga kehidupan sosial kita berjalan organik,” ujar Laura. Kesadaran itu yang mendorongnya tidak terjebak dalam pusaran ‘kecerdasan buatan.’ Setelah dua proyek syuting filmnya di tahun 2020—yang rencananya berjalan di bulan Juli dan September—terpaksa mengatur jadwal baru, perempuan yang kini lebih banyak berkegiatan dari rumah itu berusaha menyeimbangkan durasi pemakaian gawai, media sosial, televisi, dan laptop. Alih-alih tetap terhubung dengan cara mengeksploitasi teknologi, Laura memanfaatkan pandemi untuk membangun komunikasi serta momen berkualitas bersama keluarga. “Buat saya, hal tersebut lebih menarik daripada memikirkan mengunggah apa selanjutnya.”

Kami mengakhiri perbincangan setelah hampir satu jam bicara di telepon pagi hari itu. Laura harus menemani Owen kursus online, dan saya kembali ke meja kerja untuk mulai menulis. Ketika menyalakan laptop, hasil foto Laura Basuki dari pemotretan cover majalah ELLE Indonesia edisi November/Desember 2020 beberapa waktu silam tampil di layar. Saya sedang dalam proses mengunduhnya ketika sang aktris mengabarkan bahwa ia siap berbicara. Di foto, Laura terlihat seperti siap berlibur ke pantai Saint-Tropez. Sedikit kontra menggambarkan situasi tahun ini yang membelenggu gerak pelesir manusia. Tetapi melihatnya tidak membuat saya merasa miris, melainkan optimis. Bukankah kita membutuhkan hal tersebut? Keyakinan atas harapan untuk dapat segera menghirup udara segar di bawah langit nan biru.