8 Juli 2022
Cut Beby Tsabina Merajut Asa Merangkul Ambisi
Lewat jalur populer, ia mengolah daya kreativitas termasuk mempersenjatai diri untuk mengejar mimpi. Cut Beby Tsabina menceritakan perjalanannya perihal keniscayaan bahwa yang memukau tak melulu sensasi, tetapi ambisi.
Cut Beby Tsabina tak jauh-jauh dari spirit anak muda dalam rangka mengejar cita-cita luhur menjadi pemain film. Dari kota kelahiran Banda Aceh, ia merajut mimpi untuk masuk perfilman lewat sebuah keputusan pindah ke Ibu Kota. Lahir pada 2002 silam, Beby anak kedua dari tiga bersaudara. Ibunya seorang mantan model di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Ketika masih duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar, sang ibu mengajak Beby ikut casting dan memperkenalkannya pada dunia seni peran. “Saya sepertinya termasuk seseorang yang ekstrover. Di usia sedini itu, saya merasa tidak kesulitan diminta bergaya di depan kamera. Apalagi di Aceh lumayan jarang ada proses casting pemain, jadi saya cukup bersemangat mengikuti seleksi. Dari cerita ibu, dulu saya disuruh berakting menangis karena diceritakan ayahnya meninggal. Adegan emosional yang sangat ekspresif itu rupanya bikin saya lolos casting,” kisahnya.
Beby kemudian menyebut casting director almarhum Shakti Harimurti yang dianggap sangat berjasa karena sejak awal begitu percaya dengan bakat kemampuan akting dirinya. Beby berujar, “Beliau seperti sangat yakin dengan kesanggupan saya untuk bermain peran dan menyarankan saya agar pindah ke Jakarta untuk mulai merintis karier di dunia film. Padahal waktu itu belum mengerti apa-apa tentang akting. Maka di usia 12 tahun, saya dan keluarga berangkat pindah ke Jakarta dan sejak itulah perjalanan saya di industri hiburan dimulai.”
Cut Beby Tsabina mengawali kariernya lewat sebuah sinetron berjudul Alphabet yang tayang di SCTV pada 2015 silam. Kendati hanya muncul di satu adegan dalam satu episode, Beby tidak berkecil hati. “Lagi-lagi barangkali karena saya ekstrover, bertemu orang-orang baru dan belajar hal baru rasanya luar biasa menyenangkan. Saya justru senang memulai sesuatu dari paling bawah. Menimba ilmu, menaiki tangga, sampai pada waktu yang tepat saya dipercaya untuk sesuatu hal yang besar,” ujar Beby.
Usai bermain di sejumlah judul sinetron dan film televisi, Beby memasuki layar lebar lewat peran sebagai Afifah dalam film Dear Nathan (2017). Sepak terjangnya terus bergulir di berbagai judul, seperti Susah Sinyal, Layla Majnun, Antares, dan Love Knots. Dan benar kata Beby, pada saatnya datang jua kesempatan untuk menjadi pemeran utama dalam film Rentang Kisah. “Sebagai aktor muda, satu-satunya yang bisa saya buktikan adalah kemampuan berakting. Saya ingin orang-orang melihat keseriusan saya dengan seni peran dan menilai hasil kerja dan kreativitas agar saya bisa terus berintrospeksi dan belajar jadi lebih baik. Dunia perfilman sendiri telah menjadi tempat saya belajar banyak hal. Bermain peran dengan Cut Mini, Reza Rahadian, dan Deddy Mizwar merupakan satu pengalaman penting dalam perjalanan meniti karier di dunia film. Saya belajar banyak dari para aktor senior, tidak hanya kecakapan dalam berakting tapi juga etos kerja dan kedisiplinan yang luar biasa mengagumkan.” Beby menceritakan dengan antusias sebagaimana ia juga bersemangat menyampaikan kabar terkini tentang sejumlah karyanya.
“Senang rasanya bisa dipercaya untuk berperan sebagai cucunya Naga Bonar di film Naga Naga Naga. Belum lama ini juga baru selesai syuting Antares musim kedua dan sebentar lagi juga tayang Dua Wajah Arjuna. Saya tidak habis- habisnya bersyukur untuk semua kesempatan ini. Dari serangkaian pengalaman sejak awal masuk sinetron, makin lama saya makin menyadari betapa saya telah jatuh cinta dengan seni peran. Tidak pernah mengira bahwa ternyata profesi aktor bisa membawa kita pada banyak kehidupan lain yang mustahil saya miliki di dunia nyata. Teriakan ‘Action!’ itu rasanya seperti suara ajakan untuk masuk ke dimensi berbeda dimana kita bakal merasakan berbagai rasa dan menyelami beragam karakter manusia,” ungkap Beby.
Kendati minatnya cukup besar pada dunia seni peran, Cut Beby Tsabina turut menata beragam mimpi dan mempersenjatai diri dengan bekal pendidikan. Memenangkan Piala Citra, mendirikan fashion brand, dan menjadi businesswoman merupakan sebagian cita-citanya. Sejak kecil sudah hobi membaca dan selalu senang belajar. Maka ketika masuk perfilman, perempuan ini mempertahankan jalannya pendidikan dengan memutuskan belajar secara homeschooling. Kini di tengah rutinitasnya sebagai pemain film, Beby tekun menyelesaikan studi jurusan Business di Jakarta International College dan segera melakukan transfer kuliah di Western Michigan University, Amerika Serikat, pada akhir tahun mendatang.
Beby tampaknya menyadari signifikansi pendidikan dan pentingnya kecerdasan bagi seorang perempuan. “Tidak jarang mendengar ujaran, buat apa kuliah kalau sudah bisa cari duit sendiri? Kenapa mesti berpendidikan tinggi padahal hidup sudah terlihat lengkap? Saya melihat ada banyak informasi dan ilmu akademis yang didapatkan dari kelas-kelas dan belum tentu bisa diperoleh di luar kelas. Dan bagi saya, setiap perempuan perlu memiliki kecerdasan, termasuk dalam bidang akademis, karena kepintaran akan menjauhkan kita dari kebergantungan terhadap orang lain. Sudah banyak perempuan-perempuan yang berhasil membuktikan bahwa kemandirian dan kecerdasan adalah senjata terbaik yang tidak bisa dicuri oleh siapa pun. Saya ingin menjadi bagian dari mereka yang meningkatkan kualitas diri dan mematangkan kedewasaan tanpa melalaikan pentingnya ‘isi kepala’,” tutur Beby.