LIFE

24 Februari 2023

Michelle Yeoh Melampaui Ekspektasi Di Depan dan Di Luar Layar Sinema


PHOTOGRAPHY BY Sharif Hamza

Michelle Yeoh Melampaui Ekspektasi Di Depan dan Di Luar Layar Sinema

styling Alex White; makeup Daniel Martin for Tatcha; hair Bertrand W. Delacourt for Oribe; production Zach Crawford– Crawford And Co.

Bahkan sebelum frasa ‘tiger mom’ secara resmi masuk tertera dalam kosakata, Michelle Yeoh telah menghabiskan puluhan dekade mewujudkannya. Banyak dari peran-perannya, secara khususnya di film-film produksi Amerika, merupakan variasi tema meliputi sosok perempuan ‘tak terduga’ yang mati-matian ingin Anda buat terkesan. Sebagai Yu Shu Lien dalam Crouching Tiger, Hidden Dragon, ia menjadi mentor yang disegani dan penuh kendali, yang melawan hasratnya sendiri; sebagai Mameha di Memoir of a Geisha, ia menguji ketahanan calon penerusnya demi meraih kesempurnaan; dan sebagai Eleanor Young dalam Crazy Rich Asian, ia dengan emosi datar berkata kepada kekasih putranya bahwa, “Anda tidak akan pernah cukup bagi kami.” Ia bahkan menyeringai kepada James Bond—berkata, “Mengapa Anda mencoba melindungi saya?”—dalam Tomorrow Never Dies. Tetapi baru ketika performanya sebagai Evelyn Wang, seorang ibu berlatarkan imigran Tiongkok yang kehidupannya hancur berantakan sekalipun ia telah berupaya yang terbaik, dalam film Everything Everywhere All at Once yang diapresiasi secara kritis; Yeoh membongkar mitos dan pola watak tiger mom yang tak dapat dipahami, menelanjangi segala emosinya, kekecewaannya, harapannya, dan impiannya; terima kasih atas kombinasi absurditas (jurus berkelahi hot-dog-finger) dan adegan emosional yang raw. Bagi Yeoh, di usia ke-60, tokoh Evelyn merupakan peran paling menakutkan sekaligus paling berani, yang mana ucapan tersebut berarti sesuatu bagi perempuan yang sudah biasa melakukan adegan laganya sendiri.

Penonton telah bereaksi pada kekuatan intens Everything Everywhere All at Once. Ketika Yeoh berada di Paris dalam rangka menghadiri pertunjukan adibusana pada awal tahun ini, duduk di barisan depan Balenciaga dan Schiaparelli, seorang perempuan muda berdarah Asia menghampirinya dan berkata: “Saya sudah menonton film Anda, dan...” Tangisnya kemudian pecah begitu hebat hingga ia tidak mampu menyelesaikan kalimatnya. Namun Yeoh sangat paham apa yang ingin disampaikan perempuan itu. “Saya telah bertemu orang-orang berusia lebih muda yang datang menghampiri dan mengatakan, ‘Anda telah mengubah hidup saya. Anda membuat saya sadar bahwa ada banyak hal yang dapat saya lakukan’.”

Lahir di Malaysia, Yeoh mempelajari balet sampai kemudian cedera punggung terpaksa memupuskan karier menarinya. Walau begitu ia melihat sebuah persamaan antara tarian, dan seni bela diri (itu semua hanyalah “koreografi”, katanya, “seperti yang telah saya lakukan sepanjang hidup saya”), dan menjadi aktris laga berdarah Asia paling bereputasi di generasinya. Berbicara kepada ELLE di suatu pagi yang cerah di Los Angeles, Yeoh tampil berseri menggunakan kacamata bingkai cat-eye rona biru langit dan posturnya yang ramrod. “Saya percaya dengan mengambil risiko yang telah diperhitungkan, sebab jika Anda senantiasa melakukan hal yang sama, maka tidak ada kegembiraan. Tidak ada hal autentik yang akan pernah muncul dari hal tersebut.” –KATHLEEN HOU.


TENTANG KARAKTER GAYANYA

“Apabila saya harus pergi ke luar rumah, saya mengenakan kaus yang sangat bergaya dan celana panjang baggy, atau jeans. Saat menghadiri karpet merah, saya memandangnya sebagai ‘waktu bermain’ sekaligus momen bertemu dengan para penggemar. Mereka mengantre selama berjam-jam; mereka berdiri di tengah hujan, kedinginan, dan kuyup. Mereka tidak memimpikan melihat Anda dalam tampilan berantakan, dan berjalan dari mobil trailer ke set dalam jubah mandi yang besar dan rol rambut. Anda harus memberikan mereka sebuah fantasi.”

TENTANG REPUTASI DAN POPULARITAS

“Di banyak kesempatan ketika saya melakukan kegiatan publikasi, orang-orang akan berkata, ‘orangtua saya akan sangat bahagia karena mereka mengetahui saya sedang mewawancarai Anda.’ Saya berasal dari generasi yang lebih tua. Namun, berkat Everything Everywhere All at Once yang membuat generasi masa ini mengenali saya. Saya memiliki enam anak baptis; beberapa di antara mereka tengah memasuki fase awal usia 20-an. Saya bisa merasakan perbedaannya. Sekarang, mereka berbicara pada saya dalam level yang berbeda. Seperti tiba-tiba, ‘Oh cool. Anda keren. I can relate to you. Dan teman-teman saya berpikir Anda juga keren,’ yang mana hal ini sangatlah menyenangkan.”


TENTANG EMOSIONAL KALA SELAMA TUR PUBLIKASI FILM EVERYTHING EVERYWHERE

“Segala emosi itu datang dari sebuah tempat, manakala Anda tahu bahwasanya ada banyak hal yang dapat Anda lakukan dan orang tetap berkata, ‘Oh, tetapi Anda tengah berada di fase usia 50-an.’ Mereka mengambil semua kesempatan dari Anda, dan Anda mencoba bertahan. Itu memukul kesadaran saya: dalam sebuah film, secara tiba-tiba saya dipersembahkan kesempatan untuk melakukan semua hal itu dan menunjukkan kepada Anda semua seluruh kemampuan yang membentuk diri saya. Perasaan itu begitu emosional: ‘Wow, saya benar-benar bisa melakukannya. Dan mereka benar-benar menyukainya.’”

MEMORI TITIK TERENDAH DALAM HIDUP

“Cedera fisik (ia hampir mematahkan tulang punggungnya kala produksi film The Stunt Woman yang rilis tahun 1996) selayaknya tamparan bagi saya. Saya dirawat di rumah sakit; teman-teman perempuan saya datang berkunjung, dan berkata, ‘Apa yang Anda lakukan?’ Anda terbaring di sana, dan berpikir, Okay barangkali ini waktunya untuk memikirkan jalan hidup lain. Apakah saya kembali ke sekolah? Apakah saya melakukan ini, atau melakukan itu?

Kemudian Quentin Tarantino datang menengok saya, dan saya masih mendapatkan sebuah peran. Ia ingin mempertemukan saya dengan Jet Li dan Jackie Chan. Saya merasakan panik tiba-tiba, tetapi Quentin memiliki personalitas yang sangat kuat. Dia datang berlari menuruni tangga, mengambil bantal, dan—secara harafiah—duduk di kaki saya. Lalu ia hanya berkata, ‘Ya Tuhan, film yang Anda buat.’ Dia bisa benar-benar, dari satu adegan ke adegan, memberitahu Anda apa yang Anda lakukan. Saya duduk di sana mendengarkannya dan begitu tertarik oleh passion dan semangatnya.”


PERJUANGAN MERINTIS KARIER DI HOLLYWOOD

“20-an tahun silam, saya menemukan Hollywood dapat menjadi sangat picik, dan blinkered karena mereka tidak melihat melampaui film- film laris mereka. Selain itu, saya berasal dari Asia, berlatar belakang Tiongkok, dan di Amerika, saya diberitahu bahwa saya adalah kelompok minoritas. Rasanya seperti, ‘apa?’ Yang paling buruknya adalah mereka seperti tidak tahu perbedaan antara Hong Kong dan Jepang, lupakan dulu saja Malaysia. Mereka terus-menerus memuji saya, ‘Oh, Bahasa Inggris Anda sangat bagus,’ dan mereka pikir bahwa jika mereka berbicara lebih lambat, saya akan memahami mereka dengan lebih baik. Maka, saya hanya akan menimpali dengan berkata, ‘Well, saya memiliki penerbangan yang panjang dari Hong Kong. Durasinya kurang lebih 14 jam terbang. Jadi saya belajar Bahasa Inggris di pesawat.’”

TENTANG MENDEFINISIKAN EKSPEKTASI

“Saya tidak pernah menjadi orang yang berkata, ‘Okay, saya telah diberitahu bahwa saya tidak dapat melakukannya, jadi saya tidak akan melakukannya’—terutama apabila saya pikir saya bisa melakukannya. Kita adalah orang pertama yang harus percaya pada diri sendiri. Kita tidak boleh mengizinkan orang untuk mendorong kita. Saya tahu bahwasanya saya memiliki kapabilitas tinggi, dan biarkan saya membuktikannya pada Anda. Saya seperti seekor pit bull. Saya akan mengalahkan Anda. Saya akan menemukan cara dan berusaha keras sampai saya menaklukkannya. Hal terburuk adalah Anda mencoba untuk mengesampingkan ketakutan dan berpura-pura hal itu tidaklah ada. Saya suka menghadapinya secara langsung.

Kita sebagai perempuan hanya berharap kesempatan yang setara. Izinkan kami menunjukkan apa yang bisa kami lakukan. Saya tidak berangkat untuk melawan stereotip; saya hanya melupakan jalur tersebut oleh karena saya merasa tidak ingin ditempatkan di dalam sebuah boks.”