Tanpa memakai makeup, Nadya datang mengenakan sweater warna khaki berpotongan longar dengan celana jeans dan sepatu keds serta rambut yang dikuncir seadanya. Terlihat sederhana, santai dan nyaman. Sepanjang kariernya,Nadya memang dikenal bersahaja. Kehidupan pribadinya jauh dari sorotan, meski karyanya memenuhi ranah publik.
Jadi, ketika Nadya merilis sebuah buku berjudul Walk WithMe pada Desember 2018 silam, muncul pertanyaan. Apa sebabnya kini ia berani menerbitkan sebuah buku personal? “Setiap orang memiliki kisah untuk diceritakan. Dan manusia selalu bisa belajar dari pengalaman hidup orang lain, meskipun kadang perjalanannya bisa berbeda dari latar belakang kita. Selain itu, saya sudah cukup lama memikirkannya. Apa yang bisa saya tunjukkan dari apa yang saya kerjakan selama ini? Jika penyanyi mengeluarkan album musik, aktris bisa dilihat dari karya-karya filmnya, bagaimana dengan saya? Selama ini saya tidak pernah melakukan sesuatu yang fokus utamanya pada diri sendiri. Sebab sebetulnya saya kurang nyaman untuk mengungkap sisi personal. Jadi menerbitkan buku juga sebuah tantangan bagi saya,” jawabnya.
[gallery columns="2" size="full" ids="5468,5467"]
WALK WITH NADYA
Bagi Nadya, Walk With Me setebal 348 halaman ini merupakan perayaan perjalanan hidup atas karier, kehidupan personal, dan perspektifnya. “Saya bersyukur atas berbagai fase kehidupan yang pernah saya jalani dan bermacam orang yang pernah saya temui. Karena pada setiap pengalaman, selalu terdapat banyak pelajaran berharga."
Perjalanan yang digambarkan melalui karya fotografi Davy Linggar di berbagai tempat: Jakarta, Ubud, Singapura, Medan, Nepal, hingga Kenya. Beragam sisi kehidupan Nadya ditampilkan dalam tujuh bab yang direpresentasikan melalui berbagai elemen kehidupan yakni Mist, Seeds, Mirror, Bamboo, Ocean, Spice, dan Soil. Elemen-elemen yang dianggap mewakili kisah Nadya. “Walk With Me mengungkap kisah ketika masa-masa awal saya menjadi model, VJ MTV, dan kegiatan kampanye perlindungan lingkungan di Kenya, Sumatera, dan Nepal. Selama ini keluarga dan anak-anak saya tidak pernah dipublikasikan di media. Sekarang mereka bisa dilihat di buku ini,” ungkap Nadya tersenyum memberi ‘bocoran’ isi bukunya.
[gallery columns="2" size="full" ids="5469,5466"]
Dominasi Kerja dan Popularitas
Nadya memulai karier pada usia 12 tahun. “I was a model in Singapore. Saat itu tahun 1995, MTV baru dibuka di Singapura. Salah satu fotografer menyarankan saya untuk jadi video jockey. Saya selalu bilang ‘tidak’. Sampai akhirnya saya diajak ke kantor MTV di Singapura, ikut casting dan ternyata lolos. Sewaktu jadi VJ, saya hanya bersenang-senang dan berusaha melakukan yang terbaik. Karena sebenarnya cita-cita saya itu inginnya jadi dokter hewan. Menjadi populer tidak pernah ada dalam daftar mimpi saya,” ujarnya.
Lebih dari tiga dekade, Nadya sukses membangun karier. Namun, Nadya tidak mendominasi hidup dengan kerja dan popularitas. “Yang jadi tantangan justru tidak ada kaitannya dengan kepopuleran. Hal-hal material tidak menentukan siapa diri saya. Namun saya meyakini, perempuan dianugerahi kemampuan lebih untuk mengelola banyak hal. Bekerja, mengurus rumah, mendidik anak. Well, saya tidak mau terlalu banyak berpikir yang akhirnya bikin stress. Just do it. Do the best.” kata Nadya.
Peran perempuan mungkin tidak selalu terdengar rumit. Namun berbagai tanggung jawab menuntut kita untuk hidup secerdas mungkin. Salah satunya menentukan pilihan. Apa yang ingin dan tidak ingin kita lakukan. “Di usia saya sekarang, segala bentuk keputusan fokus pada keseimbangan. Ada saatnya dua minggu saya sibuk di luar rumah. Pada hari lain, saya mencurahkan waktu dan perhatian untuk keluarga di rumah,” ujar Nadya. ‘Keseimbangan’ bukan hanya perkara mengatur prioritas. Namun, juga menyeimbangkan pikiran, tubuh, dan jiwa.
[gallery columns="2" size="full" ids="5471,5470"]
Nadya Hutagalung dikenal sebagai salah satu sosok yang konsisten menerapkan gaya hidup seimbang dan sehat. Sepuluh tahun terakhir, ia menjalani gaya hidup 80% vegetarian. “You are what you eat. Ada koneksi erat antara makan dengan kesehatan tubuh. I was a vegan, kini sesekali makan daging jika sedang di luar rumah. Entah betul atau tidak, tapi saya menganggap ‘if you reduce your meat, you reduce your anger’. Yang pasti, sehat dan bahagia itu datang dari dalam diri,” kata Nadya yang meski demikian ia tetap menjaga penampilan. “The most important thing is food. Selain itu, selalu gunakan sunblock setiap hari tanpa kecuali. Meski tidak ke pantai. Saya bahkan pakai dua macam. Pertama sunblock SPF50, lalu pakai BB cream SPF50” ujarnya saat ditanya apa rutinitasnya agar kulit tetap menawan saat usia tak lagi muda.
Sepanjang sesi obrolan dengan Nadya, kalimat demi kalimat mengalir lancar dengan tenang seraya menyiratkan kecerdasan. Saya pun dibuat kagum oleh kemahirannya yang pandai mengisi hidup dengan kebaikan dan hal positif. “Saya juga pernah marah kok. Hahaha. Tapi mungkin terakhir kali sudah belasan tahun lalu,” ujarnya.
Tidak sering bertemu Nadya, namun rasanya selalu menyenangkan berbincang dengannya. Kita akan tergugah melihat kegigihannya dalam penyelamatan Orang Utan dan gajah. Dan terinspirasi oleh semangat kebaikan dan kerendahan hati yang dibungkus dalam keanggunan. “Kesombongan itu tidak pernah ada gunanya kan? Saya melihat kecenderungan orang-orang yang merasa lebih hebat karena mereka sudah menjalani gaya hidup sehat. Yang vegan merasa lebih hebat dibanding pemakan daging. Karena setiap hari minum jus buah, lalu memandang rendah orang-orang yang berbeda kebiasaan. Perasaan-perasaan yang muncul akibat kita merasa lebih terdidik dibanding orang lain. Saya tidak ingin punya perasaan demikian,” katanya.
Komitmen Cinta Lingkungan
Selepas tak lagi menjadi VJ MTV, Nadya bukan tak berbuat apa-apa. Ia mendedikasikan waktunya untuk menyuarakan kampanye preservasi lingkungan dan konservasi satwa, terutama Orang Utan dan Gajah.
Ia tercatat sebagai UN Environmental Goodwill Ambassador sejak 2012 dan terlibat dalam kampanye global #cleanseas yang bertujuan meminimalkan dampak kerusakan laut dengan kebijakan pengurangan plastik. 2015, Nadya ditunjuk United Nations General Assembly terlibat kampanye internasional World Wildlife Day untuk upaya perlindungan Orang Utan, gorilla, simpanse, serta bonobo di Afrika dan Asia.
Namun, yang menjadi perhatian terbesarnya adalah ia selalu antusias membahas gajah. Tahun 2014 silam, Nadya menggagas kampanye “Let Elephants Be Elephants” yang salah satu tujuannya melawan pengambilan ilegal gading gajah. “Banyak orang bertanya, dari semua hal yang bisa dilakukan untuk bumi, mengapa saya memilih melindungi gajah? Tahun 2013, saya mengunjungi Nepal dan bertemu salah satu peneliti gajah. Sejak itu saya paham bahwa perilaku gajah sangat mirip dengan manusia. Bahkan gajah memiliki komitmen lebih kuat dibanding relasi antarmanusia. Gajah mampu berempati, bisa sedih, dan mereka sangat cerdas. Ketika saya mengetahui mereka menderita akibat manusia, rasanya amat menyakitkan hati saya,” ungkapnya. “Kita harus melihat masalah secara menyeluruh. Jika gajah punah, maka habitat termasuk hutan ikut lenyap. Kehidupan kita pun ikut terpengaruh. Ketika gajah punah, maka manusia kehilangan seluruh kemampuan untuk bertahan hidup di planet ini."
Nadya pun menjadi Ambassador untuk World Wildlife Fund’s Earth Hour selama enam tahun terakhir dan kini sebagai Global Ambassador untuk kampanye Elephant Warrior. Perempuan kelahiran 28 Juli 1974 ini kemudian didaulat sebagai salah satu Singapore’s Top 20 Most Influental People oleh CNN Internasional. Namanya bersanding dengan Dalai Lama, Michelle Yeoh, Chow Yun Fat, George Clooney, Penelope Cruise, dan Vivienne Westwood.
Konsep hidup ramah lingkungan pun ia terapkan dalam bangunan rumahnya. Di Singapura, Nadya membangun rumah berkonsep eco-home yang dilengkapi sistem penangkapan air hujan, energi solar panel, dan lampu LED ramah lingkungan. “Home is where the heart is. Ketika Anda mencintai sesuatu, Anda akan selalu ingin ia ada dalam setiap aspek kehidupan Anda,” tutupnya.
(Foto: DOC. ELLE Indonesia; photographyTORIK DANUMAYAstylingSIDKY MUHAMADSYAH makeup BUBAH ALFIAN hair ARNOLD DOMINGGUS)