LIFE

2 Januari 2023

Resesi 2023? Jalani dengan Strategi


Resesi 2023? Jalani dengan Strategi

Beck Hume (IMG) photography by Sheree Porter for ELLE Indonesia March 2022

Konon tahun depan menjadi tahun yang ‘gelap’ dan menantang karena adanya ancaman resesi global. Alih-alih panik tak keruan, berikut sejumlah strategi agar kita lebih tangguh menghadapi kemungkinan krisis finansial.


Saya belajar bahwa otak kita sering kali sulit memproses kalimat negatif dan lebih mudah memproses kalimat positif. Bayangkan Anda sedang berada di pinggir jalan dan melihat mobil-mobil yang lewat di hadapan Anda, lalu saya bilang, “Jangan cari mobil warna hijau ya,” maka apa yang biasanya terjadi adalah kata ‘hijau’ justru akan masuk ke dalam pikiran Anda dengan sangat kuat sehingga tiba-tiba mobil warna hijau jadi lebih sering muncul. Sekuat apa pun Anda menghindar, ada saja mobil warna hijau yang lewat padahal sudah dibilang, “Jangan cari mobil warna hijau”.

Sekarang bagaimana kalau kita balik kalimatnya menjadi kalimat positif. “Fokus pada mobil berwarna putih.” Maka coba tebak, kata ‘putih’ justru akan masuk ke dalam pikiran dan Anda bakal lebih fokus mencari mobil warna putih.

Satu contoh lagi, saya bilang ke Anda, “Jangan pikirkan tentang cuaca,” maka apa yang otomatis ada di kepala Anda adalah cuaca, cuaca, dan cuaca. Padahal jelas disampaikan, “Jangan pikirkan tentang cuaca.” Kalau kalimatnya diubah jadi positif, misalnya: “Pikirkan tentang olahraga,” maka di pikiran Anda hanya olahraga.

Anda memahami maksud saya? Otak kita lebih sulit mencerna kalimat negatif, dan lebih mudah mencerna kalimat positif. Kalimat positif akan membantu kita fokus kepada aksi apa yang harus dilakukan, sedangkan kalimat negatif membuat kita fokus pada hambatan atau apa yang tidak boleh dilakukan.

Begitu juga dengan isu resesi yang katanya akan datang pada tahun 2023.


Beck Hume (IMG) & Anna Kedzoir (CHIC) for ELLE Indonesia March 2022; photography Sheree Porter styling Ilkin Kurt; makeup Isabella Schimid Using Charlotte Tilbury; hair Michele Mcquillan Using R&Co; digital Nick Bannher; photography assistant Jack Burgess; styling assistant Isabella Rooney & Oriana De Luca.

Hampir semua orang yang saya temui, selalu bertanya pada saya, “Benar tidak tahun 2023 akan resesi?”

Saya jawab, saya tidak tahu. Saya bahkan tidak tahu malam nanti akan hujan atau tidak, maka bagaimana mungkin saya bisa tahu 2023 akan resesi atau tidak. Memang pemerintah, lewat Menteri Keuangan dan Presiden, mengatakan bahwa banyak negara akan mengalami resesi di tahun 2023. Tetapi Indonesia mudah-mudahan akan baik-baik saja. Kemudian keluarlah segala data ekonomi dari mereka yang mengatakan bahwa kondisi Indonesia diperkirakan akan baik-baik saja. Kalaupun ada guncangan, guncangan kita akan lebih ringan dibanding guncangan di negara lain.

Namun masyarakat terlanjur resah. Kalimat yang dikeluarkan oleh pemerintah terasa seperti kalimat negatif yang sering dikatakan orangtua waktu dulu kita sering makan di lantai dan bukan makan di meja makan. “Jangan makan di lantai! Nanti kamu masuk angin, soalnya lantai itu dingin." Kalimat negatif membuat kita fokus pada hambatan apa yang akan terjadi atau apa saja yang tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, kalimat positif membuat kita fokus pada aksi apa yang sebaiknya dilakukan.

Masalahnya, masyarakat banyak yang terlalu fokus pada kalimat negatifnya. “Awas tahun 2023 terjadi resesi”, bukan malah fokus pada aksi apa yang harus dilakukan di tahun 2023.

Maka agar suasana lebih positif dan pikiran kita dipenuhi hal-hal penting yang harus dilakukan, maka berikut adalah daftar aksi yang sebaiknya Anda lakukan di tahun 2023, di tengah kemungkinan—yang katanya—akan ada resesi.

Beck Hume (IMG) for ELLE Indonesia March 2022; photography Sheree Porter styling Ilkin Kurt; makeup Isabella Schimid Using Charlotte Tilbury; hair Michele Mcquillan Using R&Co; digital Nick Bannher; photography assistant Jack Burgess; styling assistant Isabella Rooney & Oriana De Luca

1. Miliki Dana Darurat

Dana Darurat adalah dana yang Anda butuhkan untuk membayar pengeluaran Anda kalau terjadi sesuatu dengan penghasilan Anda. Dana Darurat memungkinkan Anda untuk bisa tetap bertahan selama beberapa bulan ke depan kalau-kalau Anda mengalami PHK misalnya. Buat Anda yang freelancer atau berbisnis sendiri, dana darurat memungkinkan kita untuk tetap mampu membayar pengeluaran selama beberapa bulan ke depan apabila penghasilan sebagai freelancer atau dari bisnis sendiri tiba-tiba terganggu. Besaran dana darurat adalah minimal 2-3 bulan pengeluaran keluarga Anda. Apakah dana darurat ini dibutuhkan karena takut 2023 terjadi resesi? Mau resesi atau tidak, dana darurat sebaiknya tetap ada.


2. Perihal wajib dan butuh

Resesi biasanya akan membuat banyak bisnis turun pendapatannya, dan otomatis terjadi banyak PHK. Hal ini membuat orang-orang sebaiknya punya persediaan uang tunai, salah satunya dengan berhemat. Namun salah paham yang sering muncul adalah kalau berhemat terus, nanti ekonomi enggak jalan. Saya setuju, tapi fokuskan penghasilan Anda untuk membayar pengeluaran yang memang sudah jadi kewajiban dan kebutuhan. Untuk urusan kebutuhan, tidak usah dihemat dan bayar dengan normal seperti biasa. Tetapi untuk pengeluaran yang sifatnya sekadar keinginan, sebaiknya ditunda. Maka jangan salah paham, menunda pengeluaran untuk yang berasal dari keinginan, bukannya semua pengeluaran jadi harus dihemat. 

Kita bisa selamat dari guncangan ekonomi akibat pandemi 2020 dan 2021 silam karena kita tetap belanja, kok. Jadi tetaplah berbelanja, namun fokus pada yang wajib dan butuh saja, dan tingkatkan kualitasnya kalau perlu. Misalnya, dulu Anda membeli kopi karena Anda harus minum kopi di rumah setiap hari supaya lebih produktif. Coba sekarang minum kopi di coffee shop pilihan Anda. Memang akan jadi lebih mahal, tapi kualitas kopinya bisa jadi lebih bagus dan dibuat dengan profesional. Jadi Anda tetap membeli kebutuhan Anda berupa kopi, tapi kualitasnya Anda tingkatkan dengan minum kopi di coffee shop.

Merle Gerhardy (Tune Models) for ELLE Indonesia May 2022; photography Christoph Klutsch; styling Shima Khazei; makeup & hair Maria Poursanidou.

3. Dapatkan lebih banyak dari uang yang Anda bayarkan.

Berapa banyak dari kita yang membayar mahal hanya untuk mendapatkan barang bermerek yang diinginkan? Seringkali, kita membayar mahal hanya untuk merek, apalagi merek luar negeri. Padahal, harus diakui, semua itu sifatnya dinamis. Sebuah merek yang dulunya bagus, sekarang mungkin kurang menarik. Merek yang dulunya terlihat buruk, sekarang mungkin jadi bagus. Maka cobalah fokus pada seberapa banyak fitur yang bisa kita dapatkan dengan uang yang kita bayarkan, dan pastikan kita memang membayar untuk fitur daripada membayar mahal hanya untuk sebuah merek. Contoh sederhana, banyak dari kita yang lebih suka mobil Jerman dan Jepang tapi alergi pada mobil dari Tiongkok karena barang apa pun dari negara itu terkesan kurang bagus dan tidak tahan lama. Buat saya, orang yang bicara begitu berarti dia belum pernah ke Tiongkok.

Saya sempat mengunjungi Tiongkok tahun 2016 dan saya melihat sendiri Tiongkok adalah negara yang luar biasa maju dari segi teknologi, dengan kota-kota yang sangat modern, infrastruktur jalanan yang baik, dan kota-kotanya jauh lebih modern dari kota-kota di Amerika, bahkan lebih maju perkembangannya dibanding Jepang sekalipun. Banyak teknologi baru yang muncul dari Tiongkok dan belum ada di negara lain. Saya tidak menyuruh Anda membeli produk Tiongkok, saya cuma bilang bahwa ada banyak dari kita yang membayar sebuah merek hanya karena merek itu berasal dari Eropa, Amerika atau mana pun yang dianggap jauh lebih baik dalam membuat produk, padahal fitur dari barang yang dibeli biasa-biasa saja. Jangan fokus pada merek, karena merek itu bergerak dinamis. Dulu mungkin bagus, sekarang bisa jadi jelek, dan sebaliknya. Mulailah fokus pada seberapa banyak yang bisa Anda dapatkan dari uang yang Anda bayar.

Reti Ragil for ELLE Indonesia July 2018 photography Zaky Akbar styling Sidky Muhamadsyah

4. Belanja produk lokal

Cobalah perbanyak belanja barang lokal, produk buatan dalam negeri. Belanja produk lokal membuat uang yang Anda bayarkan mengalir ke dalam negeri, dan diharapkan uang itu bisa tetap berputar didalam negeri dan ujung-ujungnya bisa balik lagi ke Anda. Kalau Anda belanja produk impor, yang terjadi adalah uang Anda akan pergi ke luar negeri, berputar di luar negeri dan bisa jadi tidak kembali kepada Anda. Itulah kenapa penting sekali buat kita orang Indonesia untuk punya produk lokal yang mendunia supaya orang dari luar negeri mau membeli produk kita dan uang mereka bisa masuk (lagi) ke Indonesia. Luangkan waktu untuk menyimak produk-produk lokal yang sekarang banyak yang bagus dan berkualitas. Sempatkan mengunjungi pameran produk UKM lokal dan Anda akan terkejut melihat ada banyak sekali produk lokal yang bagus-bagus. Seketika dijamin Anda akan mengurangi pembelian barang merek impor dan lebih banyak membeli produk lokal.


5. Investasi ke UKM Padat Karya

Anggap kita telah berinvestasi di pasar modal, membeli obligasi, membeli kripto. Tapi pernahkah Anda berinvestasi ke sektor riil? Kalau Anda merasa tidak tertarik untuk buka usaha sendiri, mulailah berinvestasi ke UKM orang lain. Orang lain yang menjalankan, Anda mendapatbagiannya. Apalagi kalau Anda berinvestasi ke UKM yang padat karya alias mempekerjakan banyak orang. Karena semakin banyak orang yang bekerja di UKM tempat Anda berinvestasi, maka semakin selamat Indonesia dari ancaman resesi dunia karena ada banyak orang yang berpenghasilan.

Kalau ada pilihan, fokus pada UKM yang padat karya, bukan pada UKM yang sedikit jumlah pekerjanya. Kalau Anda bingung mencari UKM yang bisa didatangi untuk berinvestasi, Anda bisa coba mengunduh aplikasi crowd funding, pendanaan usaha. Di situ ada banyak sekali UKM padat karya yang perlu bantuan modal yang bisa Anda modali. Anda bisa berinvestasi dari rumah Anda dengan bantuan teknologi.


Dengan menjalankan berbagai tip tadi, mudah- mudahan kita semua bisa selamat dan keluar sebagai pemenang saat resesi melanda dunia nantinya. Ingatlah selalu bahwa kita pernah mengalami situasi yang juga sangat buruk yakni saat pandemi melanda dunia pada 2020 dan 2021 silam. Kalau kita bisa melewati yang kemarin, asalkan cermat dan cerdas dalam menjalankan strateginya, maka berarti kita juga sanggup menjadi pemenang di tahun 2023.