LIFE

1 Agustus 2024

Rossa Menyingkap Narasi Perjalanan sebagai Perempuan Multiperan Melalui Karya Sinema


PHOTOGRAPHY BY RYAN TANDYA

Rossa Menyingkap Narasi Perjalanan sebagai Perempuan Multiperan Melalui Karya Sinema

styling ISMELYA MUNTU makeup ADITYA MARDHANA hair ICHANAA styling assistant AYASHA SOPHIA & ISTIGHOSAH ANNISA

Nyaris tiga dekade, Rossa telah menjadi salah satu penyanyi Indonesia terlaris sepanjang masa yang melejit lewat lagu-lagu khas sendu berlirik puitis dan romantis. Perempuan kelahiran 1978 ini senang menyanyi sejak kecil. Tahun 1988 Rossa pernah mengeluarkan album musik anak-anak. Namun sayang tak mendapat sambutan positif. Sambil tetap fokus menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Indonesia, Rossa terus konsisten menyanyi sampai akhirnya ia mengentak panggung musik Tanah Air lewat lagu Nada-Nada Cinta yang diikuti perilisan album Tegar pada 1999.

Selama 28 tahun berkarier, Rossa telah memiliki lebih dari 115 awards, lebih dari 155 lagu soundtrack, lebih dari 130 lagu hits di radio, penjualan album fisik lebih dari 11 juta keping hingga tahun 2020, sekaligus menjadi penyanyi perempuan Indonesia yang paling banyak di-streaming di semua platform digital. Di blantika musik, ia juga tidak hanya populer di negara sendiri. Kiprahnya malang melintang di beberapa negara tetangga dan tentu saja dengan jumlah penggemar yang tersebar di luar negeri. Sederet kontribusi Rossa yang mempertegas posisi dan eksistensinya sebagai salah satu musisi perempuan berbakat di industri musik Indonesia.

Kita mungkin tidak akan pernah lupa pada peristiwa pandemi Covid-19 yang dua tahun lalu melanda seluruh penjuru dunia. Rossa kemudian hadir menjadi musisi pertama yang menggelar konser tunggal pertama dan terbesar sejak pandemi terjadi. Bertajuk “Rossa 25 Shining Years Concert”, penyanyi Rossa menggelar konser di Istora Senayan Jakarta pada 2022 yang dilaksanakan dalam rangka 25 tahun perjalanan karier sang musisi dan disaksikan lebih dari 5.000 orang penonton. Di masa pandemi pula, Rossa mendirikan rumah produksi Inspire Indonesia yang memproduksi konten film dan musik, mengadakan konser musik virtual, membuat film bersama aktor-aktor baru, hingga melakukan rekaman musik. Rossa juga tidak bisa hanya dilihat dari kemampuan bermusik, tapi juga sangat bisa diperhitungkan soal kapasitasnya dalam berbisnis. Hari-harinya turut disibukkan dengan kegiatan mengurus label kecantikan bertajuk Rossa Beauty yang menghadirkan lini produk makeup dan fragrance serta mengelola bisnis properti beberapa vila di kawasan Canggu, Bali.

Durasi 28 tahun jelas bukan waktu yang sebentar dan rasanya tidak orang Indonesia yang tidak tahu Rossa. Dalam rentang karier sepanjang itu, mudah buat ditebak bahwa sejatinya Rossa tidak terkenal secara instan. Ia tidak tiba-tiba masuk ruangan VVIP menduduki kursi ketenaran. Rossa memulai perjalanannya dari nol, menyanyi dari satu panggung ke panggung lainnya di berbagai daerah di Indonesia saat tak seorang pun mengenal siapa penyanyi ini. Menjajaki langkah demi langkah hingga akhirnya ia mereguk kesuksesan. Maka sulit membayangkan pengalaman sepanjang itu bisa berjalan sukses tanpa ada formula yang mengikutinya. Di balik karpet merah, derap langkah rasanya mustahil berjalan selamanya mulus tanpa kecewa. Di luar kemegahan panggung, ada kehidupan yang tak sempurna yang pasti bukan serba mudah. Sisi lain hidup seseorang yang isinya tidak melulu tepuk tangan dan tawa riang, melainkan hal-hal tak terungkap yang sarat kerja keras, keringat dan air mata, serta ketegaran diri manakala hidup menuntut kita agar tetap berdiri tegap dan berjuang tiada menyerah.


Hal itulah yang berusaha dirangkum dalam film dokumenter berjudul All Access to Rossa 25 Shining Years dan ditayangkan di seluruh bioskop di Indonesia mulai 1 Agustus 2024. Liku kehidupan, perjuangan penuh tangis, serta kesedihan yang dipendam sendiri. Sebuah rekaman perjalanan emosional sang diva dan momen keemasan yang selama ini tak pernah terungkap. Diproduksi oleh Inspire Pictures bersama Sinemaku Pictures dan Time International Films, film berjalan di bawah arahan sutradara Ani Ema Susanti.

Ada kisah-kisah menarik di balik lagu-lagu hits Rossa yang telah menemani perjalanan hidup banyak orang, dari momen jatuh cinta hingga peristiwa patah hati. Perihal bagaimana lagu-lagu tersebut diciptakan, apa makna di baliknya, dan seperti apa karya-karya musik itu merepresentasikan perjalanan hidup Rossa. Jalan cerita akan dihadirkan melalui perspektif dari orang-orang terdekatnya, termasuk kedua orang tua, sang anak, sanak saudara, anggota manajemen, serta para sahabat sang musisi di dunia musik. Alih-alih banyak memuji, film All Access to Rossa 25 Shining Years justru menampilkan sisi lain Rossa yang tak pernah dilihat publik. Bahwa diva yang dicintai banyak orang ini sejatinya seorang manusia biasa yang tak jarang diterjang masalah dan kendala. Sebuah perjalanan yang sama sekali tidak mudah dari salah satu musisi perempuan terbaik di Indonesia.

Apa yang menjadi motivasi di balik pembuatan film dokumenter “All Access to Rossa 25 Shining Years?
“Semua berawal dari percakapan kasual antara saya dan Prilly Latuconsina di tahun 2022. Suatu hari dia bertanya perihal kesibukan saya dan ketika mengetahui bahwa saya sedang mempersiapkan konser 25th Shining Years Concerts, Prilly berujar, ‘Kenapa tidak dibikin juga versi filmnya?’. Saya tentu bertanya-tanya, siapa yang bakal nonton film tentang saya? Usai banyak mengobrol dengan Prilly dan melewati banyak momen untuk merenung, akhirnya terjadilah keputusan untuk memulai proses pembuatan film yang mengambil titik waktu ketika saya merayakan 25 tahun karier dalam konser 25th Shining Years Concerts.”

Film ini mengungkap sisi lain Anda yang tidak diketahui banyak orang. Seperti apa elemen-elemen yang mungkin akan mengejutkan orang lain tentang kehidupan dan karier Anda?
“Selama ini orang-orang sering berpikir bahwa hidup saya selalu baik-baik saja. Kayaknya Rossa enggak pernah sedih, sepertinya hidup selalu ramah dan riang. Persepsi ini memang tidak muncul tiba-tiba. Saya mungkin dikenal sebagai salah satu figur publik yang jarang membagikan kisah hidup dan keluh kesahnya ke orang lain. Jangankan masyarakat luas, orang-orang terdekat di rumah ataupun keluarga sendiri paling hanya tahu sedikit karena saya memang senang memendam sendiri dan suka menyelesaikan masalah seorang diri. Orang lain malah jadi suka menebak-nebak, lagu yang itu fiksi atau nyata? Dalam film ini, ada cerita dalam hidup dan kisah di balik lagu-lagu saya yang selama ini tidak pernah dibicarakan. Termasuk soal perceraian dengan suami dan peristiwa ketika road manager saya meninggal dunia persis di hari saya sedang persiapan konser.

Film ini juga akan menceritakan pengalaman saya sebagai ibu tunggal dan perasaan anak saya ketika tahu orangtuanya berpisah. Anda akan menyaksikan beberapa adegan yang menegaskan bahwa saya manusia yang juga tidak jauh dari kerapuhan dan kesedihan. Ada momen-momen Dimana saya tak sanggup menahan air mata tapi saat bersamaan saya juga harus menjadi perempuan yang tahan banting. Maka film ini bukan semata-mata soal musik dan lagu, namun sekelumit bagian hidup yang ingin saya bagikan buat Anda. Film All Access to Rossa 25 Shining Years saya persembahkan untuk semua perempuan yang sedang sibuk berjuang, yang lagi membesarkan anak dan menjadi ibu tunggal, yang masih bertahan dari cobaan, serta mereka yang tengah menjadi tulang punggung keluarga. Saya berharap Anda tidak hanya akan bersenandung riang di bioskop, tapi juga juga dapat tergugah semangat lewat pengalaman hidup orang lain.”


Anda bisa dibilang salah satu perempuan yang berhasil menemukan titik imbang antara karier sebagai musisi dan peran menjadi ibu. Bagaimana keseimbangan itu akhirnya tergambarkan dalam film?  
“Itu dia alasan kenapa orang-orang harus menonton. Hahaha! Sebab dari potongan-potongan adegan itulah Anda bisa menyimpulkan sendiri seperti apa saya dalam multiperan sebagai perempuan. Menariknya, kisah-kisah itu bukan datang dari diri saya sendiri, melainkan beberapa narasumber akan bercerita tentang diri saya sebagai pekerja, perihal karakter saya sebagai musisi, dan seperti apa sosok Rossa sebagai perempuan yang punya banyak peran di mata teman-teman dan keluarganya.”

Apakah artinya isu pemberdayaan perempuan juga menjadi aspek yang ditekankan dalam film ini?
“Benar sekali. Bahwa saya dan Anda semua adalah perempuan yang sama-sama sedang berjuang. Kita semua tulang punggung yang setiap hari bertaruh dengan kehidupan. Kita perempuan-perempuan yang tahu caranya mencintai diri sendiri sekaligus juga bisa merayakan hidup dengan sukacita. Saya itu memang jarang tidur. Biasanya baru terlelap setelah dini hari dan harus bangun lagi pukul 5 pagi. Kadang seharian sibuk sekali sampai enggak punya waktu buat senang-senang. Namun saya tidak pernah menganggap diri saya paling sibuk sedunia karena saya tahu pasti di luar sana ada banyak sekali orang yang kesulitannya jauh lebih besar dari saya. Film ini hanya berdurasi 90 menit dan tentu tidak bisa merangkum banyak-banyak dari apa yang terjadi. Tapi lewat karya sinema ini, saya berharap Anda bisa melihat bahwa saya yang kerap berpenampilan cantik nan apik di atas panggung ternyata hidupnya juga enggak gampang-gampang amat. Kebetulan saya bekerja di industri hiburan, tapi kenyataan itu tidak membuat saya terbebas dari tekanan dan masalah hidup.”


Menurut Anda, apa yang menjadi kunci kesuksesan jangka panjang Anda di industri musik, dan bagaimana hal ini digambarkan dalam film?
“Prinsip hidup dan etos kerja menjadi kunci keberhasilan bagi banyak orang, termasuk saya. Dalam banyak hal, saya sangat detail memeriksa beragam aspek dan amat menjunjung tinggi nilai kesempurnaan. Secara cermat, saya selalu berusaha mencari cara agar apa yang telah direncanakan harus terjadi. Kalau saya tahu sesuatu mungkin untuk terwujud, maka saya akan mengupayakan sampai hal itu berhasil. Tapi seandainya saya menyadari ada yang tidak bisa dilakukan, berarti saya akan mencari opsi lain yang sama bagusnya. Prinsip kerja seperti ini sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Selain saya juga sangat menekankan kerja sama tim yang solid. Keberadaan support system turut berperan signifikan karena tidak ada bintang di belahan dunia mana pun yang bisa bersinar sendirian tanpa ada dukungan dari orang-orang yang membantunya.”


Selama 28 tahun karier Anda, bagaimana Anda berevolusi sebagai seniman dan pribadi, dan bagaimana film dokumenter menggambarkan evolusi ini?
“Sebagai manusia kita pasti mengalami perubahan. Dulu saya gampang sekali meledak-ledak, mudah terpancing emosinya dan sangat mudah marah. Beruntung saya lekas menyadari saya harus memperbaiki diri. Saya juga rapuh banget waktu awal-awal memulai karier. Ditampilkan dalam film, salah satunya lewat kisah yang diceritakan oleh Melly Goeslaw. Kata dia, dulu saya gampang banget pingsan dan sering sakit karena stres. Ada masanya setiap ada masalah saya langsung sakit. Saya bersyukur lama-kelamaan jadi lebih kuat, mulai jarang sakit tapi kalau stres masih sering terjadi, hehehe…”


Bagaimana Anda berharap kisah Anda, seperti yang diceritakan dalam film documenter All Access to Rossa 25 Shining Years, dapat menginspirasi perempuan lain yang bercita-cita sukses di industri musik atau bidang lainnya?
“Dalam hidup, saya ingin semua hal yang saya lakukan ada manfaatnya. Itu sebabnya film All Access to Rossa 25 Shining Years tidak bertujuan untuk mengagungkan nama Rossa dan bukan untuk menceritakan kehebatan apa pun dari diri saya. Film dokumenter ini memang mengambil latar waktu ketika saya menggelar konser Rossa 25 Shining Years Concert tapi bukan dibuat untuk memuji-muji seolah-olah saya penyanyi hebat yang hidupnya sempurna. Tidak sama sekali. Sebagai karya sinema, saya ingin film ini menebarkan manfaat dengan memperlihatkan bahwa seorang diva yang terlihat menarik dan megah di atas panggung juga pernah jatuh berkali-kali. Seseorang yang Anda idolakan itu juga bisa menangis karena gagal dan pernah marah akibat kecewa. Sesuatu yang sangat manusiawi.

Lewat film All Access to Rossa 25 Shining Years, saya berharap setiap orang, khususnya perempuan, tidak merasa sendirian. Ketahuilah, tidak mungkin hanya diri kita sendiri yang pernah merasakan pahitnya perjuangan. Bukan cuma satu manusia di dunia ini yang pernah pusing ditekan tuntutan hidup. Ada begitu banyak orang yang sibuk berjuang menyeret kakinya untuk ‘memutar otak’ dan mencari solusi. Salah satunya Rossa. Yang bikin terkesan istimewa barangkali karena kebetulan kariernya bergerak di dunia hiburan, berpenampilan apik di setiap kesempatan, dan bernyanyi merdu disaksikan oleh ribuan orang. But as a human being, I am not that special. Tentunya setiap orang punya pemahaman masing-masing atas apa yang mereka lihat dari sebuah karya sinema. Apa pun kesan yang mungkin muncul dalam benak Anda, saya berharap film ini bisa membuat kita semakin menyayangi diri kita sendiri dan mencintai pekerjaan atau apapun yang kita lakukan dalam hidup.”