12 April 2025
Shandy Aulia Meredefinisi Wellness & Membangun Ruang Self-Love lewat Shalia Pilates dan Shalia The Contour Club
PHOTOGRAPHY BY Ifan Hartanto

styling Ismelya Muntu; fashion Loewe (blazer & leather pants); makeup Arie Khayz; hair Eva Pical
Di dunia hiburan Indonesia, Shandy Aulia adalah nama yang lekat dengan citra perempuan lembut dan anggun. Namun, di balik pesona yang tampak dari layar kaca, ada sosok yang jauh lebih kompleks—seorang perempuan yang terus berevolusi, mendefinisikan ulang kebebasan dan ketahanan dalam menghadapi tantangan hidup. Sebagai aktris, Shandy telah menapaki karier selama lebih dari dua dekade, membintangi berbagai film dan sinetron yang menjadikannya ikon di industri. Namun, perjalanannya tidak selalu mulus. Ia kerap menjadi sorotan, baik dalam aspek profesional maupun kehidupan pribadinya. Dari keputusan-keputusan besar dalam hidupnya hingga pengalaman menjadi seorang ibu, Shandy terus menunjukkan bahwa perempuan berhak untuk memilih jalan mereka sendiri. Dikenal sebagai aktris dengan karier panjang di dunia film dan sinetron, ia kini bertransformasi menjadi sosok yang lebih dari sekadar bintang layar kaca. Shandy adalah seorang ibu, seorang pengusaha, dan yang lebih penting, seorang perempuan yang percaya bahwa kekuatan dan kemandirian bisa hadir dalam berbagai bentuk.
Dalam perjalanan hidupnya, Shandy memahami bahwa kebahagiaan seorang ibu bukan hanya tentang memberikan yang terbaik bagi anak, tetapi juga tentang memberikan ruang bagi diri sendiri untuk tumbuh dan berkembang. “Seorang ibu yang bahagia adalah ibu yang memiliki ruang untuk dirinya sendiri,” katanya. Bagi Shandy, menjadi ibu bukan berarti kehilangan identitasnya sebagai individu. Justru sebaliknya, peran ini memotivasinya untuk menciptakan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang bisa membawa manfaat bagi banyak perempuan. Sebagai seorang perempuan multiperan, Shandy memahami tantangan yang dihadapi banyak perempuan modern. Ada ekspektasi untuk bisa menjalankan semua peran dengan sempurna—menjadi ibu yang penuh perhatian, istri yang suportif, profesional yang sukses, serta individu yang tetap menjaga kesehatan dan kecantikan diri. Namun, ia percaya bahwa perempuan tidak harus memilih salah satu. “Kita bisa melakukan semuanya, asalkan kita tahu bagaimana mengatur prioritas dan tetap memberi ruang untuk diri sendiri,” ujarnya. Filosofi ini yang kemudian ia wujudkan dalam Shalia, sebuah destinasi di mana perempuan bisa datang untuk merawat tubuh mereka, bukan sekadar demi estetika, tetapi juga untuk kesehatan dan keseimbangan hidup. Dengan mendirikan Shalia Pilates dan Shalia The Contour Club, ia merangkul dunia wellness dan kecantikan sebagai ruang baru untuk memberdayakan perempuan, membantu mereka merasa lebih percaya diri dan berdaya dalam kesehariannya.
fashion Prada (shirt, sweater, and skirt).
Dunia wellness bukanlah hal baru bagi perempuan kelahiran 1987 ini. Sejak remaja, ia telah terbiasa dengan rutinitas perawatan tubuh dan olahraga sebagai bentuk self-care. Namun, berbeda dengan masa lalu di mana layanan kebugaran dan kecantikan masih terbatas dan terkesan eksklusif, kini ia ingin menjadikannya lebih inklusif dan mudah diakses. Pilates, sebagai salah satu fondasi utama Shalia, dipilih bukan tanpa alasan. Olahraga ini dikenal memiliki manfaat luar biasa bagi tubuh perempuan—meningkatkan fleksibilitas, memperkuat otot inti, dan memperbaiki postur tubuh, semuanya tanpa risiko cedera yang tinggi. Lebih dari itu, pilates juga memiliki dimensi terapeutik, membantu perempuan merasa lebih selaras dengan tubuh mereka sendiri. Shandy menyadari bahwa latihan ini bukan sekadar olahraga, tetapi juga filosofi hidup. Pilates mengajarkan keseimbangan antara tubuh dan pikiran, sesuatu yang menurutnya sangat relevan bagi perempuan modern yang kerap terbebani oleh tuntutan sosial. Dari sinilah lahir Shalia Pilates—sebuah ruang bagi perempuan untuk merasakan manfaat gerakan yang lembut namun kuat, yang membangun fleksibilitas, kekuatan inti, dan ketahanan mental. Selain Pilates, Shandy juga memperkenalkan Shalia The Contour Club, pusat perawatan tubuh yang mengombinasikan teknik pijat limfatik dan body contouring. Di dunia yang sering kali memberikan standar kecantikan yang kaku dan tidak realistis, Shandy ingin menawarkan pendekatan berbeda—bahwa keindahan adalah tentang bagaimana kita merawat diri dengan penuh kesadaran. “Perawatan tubuh bukan sekadar soal estetika, tetapi juga kesehatan. Ketika tubuh kita sehat, kita merasa lebih percaya diri, dan dari sanalah kecantikan sejati terpancar,” jelasnya.
Berlokasi di tengah kawasan bisnis Jakarta, Shalia Pilates dan Shalia The Contour Club dirancang sebagai oase ketenangan di tengah kesibukan kota. Dengan desain interior yang hangat dan elegan, tempat ini mengundang para perempuan untuk melangkah masuk dan sejenak melupakan dunia luar. Shalia Pilates menawarkan berbagai kelas yang dirancang untuk semua tingkatan, dari pemula hingga mahir, sementara Shalia The Contour Club menghadirkan layanan body contouring dengan teknik pijat limfatik yang telah terbukti secara ilmiah membantu pembentukan tubuh dan meningkatkan kesehatan kulit.
Keputusan Shandy untuk membangun usaha di bidang wellness bukan sekadar langkah komersial, tetapi juga bentuk kontribusi nyata bagi komunitas perempuan. Ia ingin mengubah cara pandang terhadap kecantikan dan kebugaran, agar tidak hanya dilihat sebagai standar eksternal, tetapi lebih sebagai bagian dari perjalanan self-love dan empowerment. Dengan Shalia, ia ingin membangun budaya di mana perempuan merasa nyaman dengan tubuh mereka sendiri, di mana mereka bisa merawat diri tanpa rasa bersalah, dan di mana kesehatan menjadi prioritas utama. Dalam percakapan kami, mata Shandy berbinar ketika ia berbicara tentang visinya. Hari-harinya kini dihabiskan dengan membesarkan Claire, putrinya yang berusia lima tahun, sekaligus mengembangkan bisnis yang dibangun dengan penuh cinta. Bagi Shandy, kehadiran Claire adalah pengingat bahwa ia harus menjadi versi terbaik dari dirinya—bukan hanya sebagai ibu, tetapi juga sebagai individu yang utuh. “Saya ingin Claire melihat bahwa ibunya adalah perempuan yang berdaya. Saya ingin dia tahu bahwa seorang perempuan bisa memiliki mimpi dan mewujudkannya,” katanya.
fashion Pamela Usanto (gown).
Bagaimana awal mula ketertarikan Anda terhadap dunia wellness, lalu mendirikan Shalia Pilates dan Shalia The Contour Club?
“Sejak dulu saya selalu percaya bahwa kesehatan adalah fondasi dari segalanya. Saya mulai mengenal Pilates saat masih aktif di dunia hiburan, dan saya jatuh cinta pada metode ini karena manfaatnya luar biasa, baik secara fisik maupun mental. Dari sana, saya semakin mendalami berbagai metode perawatan tubuh yang tidak hanya membuat kita tampak lebih baik, tetapi juga merasa lebih baik. Saya ingin membagikan manfaat ini kepada lebih banyak orang. Saya ingin menciptakan tempat di mana perempuan bisa merasa nyaman, merawat tubuh mereka dengan cara yang sehat dan menyenangkan, tanpa tekanan dari standar kecantikan yang kaku.”
Bagaimana Shalia bisa menjadi tempat yang lebih dari sekadar pusat kebugaran dan kecantikan?
“Shalia bukan hanya tentang latihan dan perawatan tubuh, tetapi juga tentang komunitas. Saya ingin menciptakan lingkungan di mana perempuan bisa saling mendukung, berbagi pengalaman, dan belajar bersama. Kesehatan dan kecantikan bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang bagaimana kita merasa di dalam. Itulah yang ingin saya bangun di Shalia.”
Bagaimana Anda melihat peran Pilates dalam kehidupan perempuan modern?
“Pilates sangat relevan bagi perempuan modern karena melatih kekuatan dari dalam. Ini bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang bagaimana kita membangun koneksi dengan tubuh kita sendiri. Dengan latihan yang teratur, kita bisa memiliki postur yang lebih baik, merasa lebih kuat, dan tentu saja, lebih sehat secara keseluruhan.”
fashion Miu Miu (dress).Anda telah mengalami transformasi besar dari aktris menjadi pengusaha wellness. Apa yang paling menantang dari perjalanan ini?
“Perubahannya cukup drastis, tapi peralihan ini sebenarnya terjadi secara alami. Saya sudah terbiasa bekerja sejak remaja, dan saya merasa bahwa memiliki proyek yang saya cintai adalah bagian dari identitas saya. Dunia hiburan tentu memberi saya banyak pengalaman berharga, tetapi bisnis wellness ini adalah sesuatu yang lebih personal. Ini tentang bagaimana saya bisa berkontribusi lebih, tidak hanya sebagai individu, tetapi juga sebagai perempuan yang ingin memberdayakan perempuan lain. Tantangan terbesar mungkin adalah membangun bisnis dari nol, memastikan bahwa setiap detail berjalan dengan baik, dan tentu saja mengedukasi pasar. Tidak semua orang memahami pentingnya self-care yang holistik, jadi saya merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi mengenai manfaat jangka panjang dari wellness.”
Sebagai seorang ibu sekaligus pengusaha, bagaimana Anda menavigasi peran-peran ini tanpa kehilangan jati diri?
“Saya percaya pada manajemen waktu dan prioritas. Ada saatnya saya fokus pada bisnis, ada saatnya saya 100% untuk keluarga. Claire tetap menjadi prioritas utama saya, tapi saya juga memastikan bahwa saya memiliki waktu untuk mengembangkan bisnis. Salah satu keuntungan memiliki bisnis sendiri adalah saya bisa lebih mengatur jadwal sesuai kebutuhan keluarga. Yang penting adalah keseimbangan, dan saya selalu berusaha untuk hadir secara penuh dalam setiap momen.”
Banyak perempuan kerap merasa bersalah ketika meluangkan waktu untuk merawat diri. Apa pandangan Anda tentang ini?
“Saya selalu mengatakan bahwa self-care bukan egoisme, melainkan kebutuhan. Perempuan sering diajarkan untuk selalu mendahulukan orang lain, tetapi kita tidak bisa menuangkan air dari cangkir yang kosong. Merawat diri bukan berarti mengabaikan tanggung jawab, melainkan cara untuk memastikan bahwa kita memiliki energi dan kebahagiaan yang cukup untuk dibagikan kepada orang-orang yang kita cintai.”
Apa yang ingin Anda sampaikan untuk perempuan di Indonesia terkait wellness dan self-care?
“Saya berharap lebih banyak orang, terutama perempuan, mulai melihat wellness sebagai investasi jangka panjang. Saya ingin Shalia menjadi tempat yang dapat menginspirasi banyak perempuan untuk lebih mencintai diri mereka sendiri. Perempuan perlu menyadari bahwa merawat diri bukanlah sebuah kemewahan, tetapi kebutuhan. Kita perlu memahami bahwa kesehatan dan kebugaran bukan hanya tentang penampilan, tetapi tentang bagaimana kita merasa dalam tubuh kita sendiri. Jika kita merasa baik, kita bisa menjalani hidup dengan lebih percaya diri dan lebih bahagia. Itulah esensi dari pemberdayaan perempuan menurut saya.”
Apa pendapat Anda terkait keutamaan self-love dan bagaimana Anda melihat pentingnya menempatkan diri sebagai prioritas?
“Self-love bagi perempuan bukan sekadar konsep, tetapi sebuah kebutuhan yang harus dipraktikkan dalam keseharian. Mencintai diri sendiri bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk—ada yang menemukannya dalam memasak dan mengabdikan diri sepenuhnya untuk keluarga, ada yang merasa hidupnya penuh makna saat meniti karier dan meraih pencapaian profesional, ada yang menemukan kekuatan dalam kegiatan sosial dengan memberdayakan orang lain, dan ada pula yang merasa paling bahagia ketika merawat diri, menjaga tubuh, serta memperhatikan penampilan karena sadar bahwa tubuh adalah rumah yang perlu dijaga seumur hidup. Setiap perempuan memiliki caranya sendiri untuk merawat kebahagiaannya. Namun, bagi saya, menempatkan diri sebagai prioritas bukanlah bentuk keegoisan, melainkan bagian dari menghormati kehidupan itu sendiri. Sebagai pemelihara kehidupan, perempuan sering kali merasa bersalah ketika harus memikirkan dirinya sendiri. Padahal, bagaimana mungkin kita bisa memberi cinta sepenuhnya jika kita sendiri tak merasa utuh dan bahagia? Maka, di tengah besarnya cinta kita untuk orang lain, jangan pernah mengabaikan diri sendiri. Sebab seorang perempuan yang mencintai dirinya dengan baik akan memiliki lebih banyak ruang untuk mencintai orang lain dengan lebih tulus dan mendalam.”