23 Agustus 2021
Úrsula Corberó Merefleksikan Karakter Tokyo dan Babak Terakhir Serial 'Money Heist'

Wawancara eksklusif bersama Úrsula Corberó, pemeran karakter Tokyo di serial hit Netflix, "Money Heist", yang akan merilis season finale pada September 2021.
Penantian panjang kembalinya serial populer Money Heist (juga dikenal dengan judul orisinalnya: La Casa de Papel) akan segera berakhir. Pasalnya, drama kriminal besutan Netflix ini segera kembali menghadirkan plot twist khasnya yang memukau di tanggal 3 September 2021.
Sejak trailer dari part 5 dirilis beberapa minggu lalu, kancah media sosial dan portal berita dunia kerap diriuhkan oleh maraknya antusiasme para penggemar setia Money Heist. Serial yang kali pertama tayang di tahun 2017 silam itu seketika meledak sebagai fenomena internasional. Menjadi serial non-bahasa Inggris yang paling banyak ditonton di layar kaca dunia di tahun 2018. Musim kelimanya di tahun ini merupakan edisi pamungkas yang mengakhiri jalan cerita penuh ketegangan.
Masihkah Anda ingat topeng ikonis Salvador Dali yang berhasil menjadi simbol La Resistencia? Kedok berbaju merah juga menjadi lambang kesuksesan Money Heist—saat perhatian dunia mulai melirik dan terbuai oleh naratif sarat daya pikat dalam melacak sepak terjang dua perampokan terencana yang menargetkan Royal Mint of Spain dan Bank of Spain. Sosok sekelompok pencuri mampu menjadi istimewa lewat kacamata Álex Pina, sang kreator, yang membangun ikatan melampaui sekadar kawanan kriminal. Persahabatan, percintaan, dan ikatan kekeluargaan yang menghangatkan hati turut disisipkan di antara aksi konflik. Selain itu, alur cerita yang banyak menyajikan plot twist pun turut menjadi alasan mengapa serial ini menjadi sangat populer hingga diganjar predikat Best Drama Series di ajang 46th International Emmy Awards.
Money Heist, photo courtesy Netflix. Úrsula Corberó sebagai Tokyo dalam Money Heist, photo courtesy Netflix.
Kepiawaian akting dari masing-masing bintang yang berperan dalam serial ini pun patut diperhitungkan. Kekuatan kombinasi akting tersebut menjadi salah satu alasan serial berbahasa Spanyol ini mampu mendobrak ‘dinding’ kendala berbahasa di ranah sinema dunia.
Layaknya Úrsula Corberó. Pemeran Tokyo yang kontroversial ini menghadirkan kontradiksi ekstrem lewat karakternya hingga mampu menyedot atensi audiens yang kerap menganggapnya sebagai ‘jantung’ Money Heist. Ia juga berperan sebagai narator yang setia mengawal alur penceritaan. Kekuatan kualitas aktingnya melahirkan sejumlah penggemar setia di seluruh penjuru dunia hingga membuka pintu lebar untuknya melangkah ke Hollywood. Bersama ELLE, ia berkisah tentang keterlibatannya di Money Heist yang mengubah hidup, sekaligus mempersiapkan diri untuk mengucapkan selamat tinggal.

Money Heist (La Casa de Papel) telah meraih reputasi sebagai salah satu serial streaming terkuat saat ini, berhasil meruntuhkan hambatan berbahasa, dan melahirkan penggemar setia di seluruh dunia. Sejenak melihat ke belakang, pernahkah Anda menyangka bahwa acara ini akan mendapatkan kesuksesan global?
“Tidak pernah sekalipun. Saya dan rekan aktor lainnya tidak pernah sama sekali membayangkan hal sebesar ini akan terjadi kepada kami. Pada awalnya, acara ini hanya ditayangkan di Spanyol selama dua season dan dianggap sebagai serial televisi Spanyol pada umumnya. Saat itu kami menerima berbagai tanggapan baik dan positif. Satu tahun kemudian, Netflix membeli dan menghembuskan napas baru ke dalam acara ini. Lalu, hal yang tak pernah terbayangkan pun terjadi. Money Heist meledak dan seketika menjadi perbincangan di seluruh dunia. Saat itu, kami bahkan tidak mampu menjelaskan apa yang tengah terjadi dan membutuhkan waktu cukup lama untuk memproses segala perubahan yang terjadi secara drastis. Karena sesungguhnya hal ini belum pernah terjadi pada acara berbahasa Spanyol sebelumnya.”
Anda memerankan sosok karakter yang unik, kuat, dan berani. Tetapi juga memiliki afeksi dan empati terbesar di dalam kelompok perampok ini. Bagaimana cara Anda menghidupkan karakter Tokyo hingga menjadi figur yang begitu signifikan? Bentuk esensi pribadi seperti apa yang telah Anda tanamkan untuk menciptakannya?
“Memerankan Tokyo bukanlah hal mudah bagi saya pada awalnya. Karena selama ini saya tidak pernah memainkan peran ‘sebesar’ ini sebelumnya. Tantangan ini benar-benar menjadi sesuatu yang baru bagi saya saat itu. Namun lucunya, saya merasakan adanya sebuah keterkaitan antara Tokyo dan diri saya sendiri. Tentu saja, ada begitu banyak hal yang dilakukan oleh Tokyo yang tidak pernah dilakukan oleh Úrsula. Tapi kembali lagi, saya merasakan koneksi unik dengan karakter tersebut hingga saya memutuskan untuk ‘melepaskan’ segala keterbatasan diri agar dapat memerankan sosok perempuan ini secara utuh – dengan segala kontradiksi, kekuatan, dan bahaya yang menjadi bagian dari dirinya. Dan di saat yang sama, saya mencintai kerapuhan hatinya. Tokyo memiliki kombinasi personalitas yang membuatnya mudah disukai walau sering kali terlihat bengis dan berani. Saya sendiri sangat menyukai kombinasi ini dalam sifatnya. Memerankan Tokyo merupakan perjalanan yang luar biasa dan saya harus mengakui bahwa saya mempelajari banyak hal darinya.”

Serial ini menggambarkan beberapa sosok perempuan yang kuat, teguh, dan berdaya. Bagaimana citra perempuan berdaya yang terefleksikan oleh serial ini memengaruhi pribadi Anda sendiri?
“Terlibat di acara ini, saya merasa sangat beruntung akan kesempatan untuk memerankan, dan juga bertemu dengan sejumlah karakter perempuan kuat. Perspektif ini sangat menginspirasi bagi para perempuan. Sejujurnya, saya sangat tersentuh saat orang-orang melihat saya di jalan dan menyapa dengan berkata ‘Wow kekuatan Anda sungguh terasa walau dari jauh!’ (sebagai Tokyo). Acara ini memiliki cara istimewa dalam membangun karakter perempuan, salah satunya dengan memberi hak pada perempuan untuk berbuat salah dan ‘mengacau’. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa saya mencintai keterlibatan saya dalam acara ini. Selain itu, saya bosan memainkan peran yang ‘politically correct’ dan lebih memilih untuk dapat memerankan karakter berkonflik yang memiliki hak untuk membuat kesalahan.”
Anda telah membintangi begitu banyak film, serial televisi, dan memenangkan sejumlah penghargaan sepanjang karier. Apa perubahan terbesar yang terjadi dalam hidup Anda, sebelum dan sesudah Anda membintangi Money Heist? Apakah kesuksesan ini dapat dianggap sebagai titik balik karier Anda?
“Tentu saja. Ini adalah titik balik yang tidak hanya memengaruhi karier saya, tapi juga kehidupan pribadi. Begitu banyak hal yang terjadi secara drastis sejak kami memulai Money Heist, hingga terkadang saya masih mencerna bagaimana bisa berada di titik ini. Saya beruntung karena menjadi bagian dari acara fenomenal yang berhasil meraih kesuksesan begitu besar. Selama dua tahun terakhir, frekuensi saya bepergian dengan pesawat terbang dapat dikatakan jauh lebih sering dibandingkan dengan yang saya lakukan sepanjang hidup saya sebelumnya. Selain itu, banyak hal mencengangkan yang juga terjadi. Seperti ketika saya pergi ke Jepang untuk melaksanakan syuting Snake Eyes: G.I. Joe Origins. Saya tidak pernah menyangka orang-orang di sana akan mengenali saya, dan bahkan mampu menggumamkan hal yang tidak saya duga seperti, ‘Oh my God, Tokyo sedang berada di Tokyo!’ Sangat gila, bukan? Sebab itu, saya rasa pantas untuk mengatakan bahwa Tokyo telah memberikan banyak kontribusi bagi diri saya secara pribadi. Saya tengah melalui momen bahagia dalam hidup dan saya sangat berterima kasih. Dulu, saya kerap mengeluh karena hanya terlibat dalam acara Spanyol, atau karena jarang sekali bepergian. Sekarang, saya menikmati kenyataan bahwa saya bisa ‘terbang’ ke begitu banyak negara dan mampu mengenal budaya-budaya baru.”

Part 5 akan menjadi babak terakhir dari keseluruhan seri, bagaimana perasaan Anda tentang hal itu? Apa yang sekiranya paling Anda rindukan?
“Saya akan merindukan segalanya. Dua minggu terakhir masa syuting menjadi momen yang sangat menyedihkan. Saya masih ingat di saat mereka menghentikan salah satu adegan dan seketika saya tidak bisa berhenti menangis. Layaknya orang yang tengah berduka. Sejujurnya, part finale ini menjadi hal yang menyedihkan bagi kami semua, karena acara ini telah mendominasi empat tahun dalam hidup kami. Namun di saat yang sama, kami juga merasa lelah, dan memahami dalam lubuk hati bahwa perjalanan ini harus berakhir. Layaknya segala hal dalam hidup yang pasti memiliki akhir. Sebab itu, kami harus beranjak dan menyambut tantangan baru dalam hidup, walaupun kami pasti akan sangat merindukan satu sama lain. Apalagi tidak mudah untuk meluangkan waktu bertemu nantinya. Lain hal dengan saat di mana kami harus bertemu setiap hari karena kewajiban syuting, yang sekonyong-konyong telah menumbuhkan ikatan keluarga di antara kami semua. So, yes. Akan sangat sulit bagi saya untuk menutup siklus ini. Namun itulah hidup.”