Berkenalan dengan pendatang baru di layar sinema web, Yesaya Abraham.

Kemunculan Yesaya Abraham di serial web Antares (dirilis perdana pada 30 Juli 2021) menuai atensi. Ia meluluhkan hati para penonton lewat aksinya memerankan karakter Megan Lexandro yang pendiam dan ‘dingin’, namun—sebenarnya—berhati lembut. Saat kami bertemu di lokasi pemotretan ELLE beberapa waktu silam, pembawaan sang aktor tampak tak jauh berbeda dari perannya di layar kaca. Barangkali karena berada di antara orang yang belum dikenal, sehingga ia tidak banyak berceloteh.

Laki-laki kelahiran 12 April 1999 ini, di masa kanak-kanak, pernah berkeinginan menjadi penabuh drum profesional hingga seorang atlet sepak bola. Lalu seiring bertambah usia, kedua angan tersebut berkembang hanya sebatas hobi yang menyemarakkan waktu luangnya. Sebab jika menyoal tentang kehidupan, ia mengaku lebih berpandangan realistis. “Keluarga saya pernah melalui ketidakberuntungan perekonomian,” ungkap Yesaya—begitu sapaan akrabnya—dan saya pun menyimak.

“Saya sangat berterima kasih pada orangtua saya, karena meski di saat tersulit hidup kami, mereka selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan saya dan ketiga kakak saya. Meski mereka tidak pernah menunjukkan kesulitan itu, tetapi saya bisa menyadarinya. Sebab itu, alih-alih menaruh cita-cita setinggi langit kepada suatu profesi atau pekerjaan secara spesifik; impian saya cukup sederhana, yaitu ingin mensejahterakan hidup orangtua,” kisahnya saat kami berbincang di sela kegiatannya syuting Mozachiko, judul serial web terbarunya yang direncanakan rilis pada tahun depan.

Ia menghela napas sejenak. “Saya terbiasa mengedepankan pemikiran teoretis, barangkali karena itu juga segala sesuatu yang tak pasti menjadi tidak begitu menarik minat saya,” katanya.

Yesaya tak pernah menduga kehidupan justru menuntun langkahnya menjejakkan kaki di pentas hiburan; dunia yang dalam pandangannya sarat improvisasi. Gambarannya akan masa depan ialah; “Usai menyelesaikan pendidikan, saya berencana mengembangkan bisnis,” tutur mahasiswa jurusan Teknik Informatika di sebuah universitas swasta di Jakarta itu. Ia melanjutkan, “Sebuah bisnis yang tak hanya untuk menghasilkan uang, tetapi juga dapat bermanfaat bagi orang banyak. Saya berpikir untuk membangun perkebunan dan peternakan, di mana nantinya saya berharap bisa berbagi hasil tanah atau daging hasil ternak ke orang lain yang membutuhkan.”

Terlepas pilihan usaha yang berbeda dari latar belakang studinya (jujur saja, apakah Anda tak mengenal orang yang menjalani profesi tidak sesuai dengan latar pendidikannya?), ambisi mulia Yesaya memantik rasa penasaran saya untuk bertanya landasan animonya. “Saya tumbuh besar di keluarga yang menjunjung ajaran ketuhanan. Orangtua saya selalu menanamkan kepada anak-anaknya bahwa sebagian dari kepemilikan manusia terdapat hak orang lain, dan karenanya kita diciptakan untuk saling memakmurkan antar sesama,” jawabnya.

Ketertarikan Yesaya mengeksplor seni hiburan merupakan buah muslihat seorang temannya yang meminta bantuan untuk diantarkan ke sebuah audisi model iklan komersial. “Sampai di lokasi, ia kemudian mendorong saya buat mengikuti audisinya. Pada awalnya, saya menolak ajakan tersebut. Saya tidak suka menjadi pusat perhatian, apalagi harus beradegan di depan kamera yang ditonton banyak orang. Tapi ternyata ia telah merencanakan segalanya, bahkan mempersiapkan baju untuk memaksimalkan penampilan saya. Hahaha,” kenang Yesaya.

Usaha keras temannya berhasil mencairkan sikap Yesaya, hingga akhirnya menyetujui ajakan tersebut. “Saya pikir, tak ada yang merugikan dari sekadar mencoba,” tuturnya. Nasib Yesaya mujur. Setelah tampil sebagai model di beberapa iklan, tawaran untuk menjajal seni peran turut menghampiri. Debut aktingnya mewarnai serial Juara yang dirilis melalui saluran YouTube pada 31 Maret 2021, sebelum ia kemudian mencuri perhatian publik bersama geng motor Calderioz di Antares produksi MD Entertainment.

Berangkat dari pandangan yang semula skeptis, perlahan Yesaya mulai bersikap terbuka pada seni peran. Ia tidak lagi mengkhawatirkan ketakpastian yang membayangi dunia sinema. “Seiring mengenal seni peran, saya belajar untuk menyelami pola pikir orang lain serta memahami kekayaan karakter mereka. Menjadi bagian dunia entertainment juga mengajarkan saya agar lebih fleksibel dalam memandang sesuatu dan menghargai opini orang lain,” katanya. Ia berkeinginan untuk mengenal dunia sinema secara lebih mendalam. Hasratnya bukan sekadar menambah portofolio dengan daftar peran yang variatif, tetapi juga menekuni gairah orang-orang yang menghidupkan industrinya.

“Saya berharap bisa lebih memperbanyak pengalaman di masa depan. Saya ingin bisa memerankan karakter yang beragam, dan bekerja sama dengan nama-nama hebat di dunia seni peran, di mana saya bisa belajar dari mereka,” pungkas Yesaya penuh optimisme.