CULTURE

8 Oktober 2021

No Time To Die: Laga Final Sang Mata-Mata


No Time To Die: Laga Final Sang Mata-Mata

James Bond pensiun. Ia menjalani kehidupan seperti manusia biasa usai memutuskan pensiun dari MI6. Bond tak lagi menyandang status agen spionase dengan kode 007. Ia menghabiskan hari-harinya dengan kekasihnya, Madeleine Swann (Léa Seydoux). Melanjutkan kisah dari akhir film Spectre, James Bond dan Madeleine Swann tengah berlibur dan melaju mengendarai Aston Martin DB5, setelah sukses meloloskan diri dari ancaman teroris Spectre, Blofeld (diperankan Christoph Waltz). Mereka hidup bahagia dan tengah berlibur ke kota Matera, Basilicata, Italia.

Liburan itu tak berujung indah. Liburan yang semestinya bersenang-senang dengan kekasih ternyata harus berakhir dengan aksi perkelahian yang mengancam nyawa Bond. Bond tiba-tiba diserang Spectre, organisasi yang menjadi lawannya dalam beberapa tahun terakhir. Laki-laki ini kemudian mencurigai kekasihnya, Swann, terlibat dalam serangan tersebut karena hanya Swann yang saat itu tahu keberadaan Bond. Tanpa banyak pertimbangan, ia memutuskan mengakhiri hubungannya dengan Swann. Keduanya berpisah, kehidupan Bond menjadi sepi.   

james bond no time to die -

Lima tahun kemudian, Bond sedang mengisolasi diri di tempat terpencil. Dengan menaiki kapal pesiar, ia meninggalkan kegiatan mata-mata untuk menikmati kehidupan yang tenang di Jamaika, Amerika Utara. Di dunia nyata, Jamaika pernah menjadi rumah bagi Ian Fleming dan merupakan tempat dia menciptakan karakter James Bond di tahun 1952. Fleming menulis 12 novel dan dua cerita pendek selama menetap di sana. Seketika Bond kembali ditarik ke dalam aksi mata-mata dan menyelesaikan sebuah misi. Bond bertemu teman lamanya, Felix Leiter, seorang agen CIA, yang muncul untuk meminta bantuan. Ia meminta Bond membantu menyelamatkan seorang ilmuwan bernama Valdo Obruchev yang diculik.

bond girl no time to die

Bond menyanggupi permintaan temannya dan berlayar ke Kuba. Ia dibantu agen Paloma (Ana de Armas) dan keduanya sukses mengamankan Obruchev. Tapi ternyata misi ini membawa Bond ke jejak Lyutsifer Safin (diperankan Rami Malek), sosok misterius yang memiliki senjata berteknologi yang amat bahaya. Ia memiliki senjata biologis super canggih yang bisa membunuh seseorang hanya dengan sentuhan kulit. Film No Time To Die akan menceritakan aksi terakhir James Bond dalam sebuah misi penyelamatan peradaban manusia.

rami malek - james bond - no time to die first look - elle indonesia

Penutupan yang Epik

Franchise film agen rahasia 007, James Bond, yang diangkat dari novel karya Ian Fleming memasuki judul ke-25 seiring dengan rilisnya film No Time To Die, dan film ke-5 bagi Daniel Craig sekaligus menandai tuntasnya 5 film James Bond era modern (Casino Royale, Quantum of Solace, Skyfall, Spectre) dan berakhirnya aksi Daniel Craig sebagai sang agen yang telah ia mulai sejak 2006 silam. No Time to Die menjadi penutup yang memuaskan untuk era Daniel Craig dimana Bond sepenuhnya berevolusi menjadi manusia berhati besar.

Disutradarai oleh Cary Joji Fukunaga, penutupan laga James Bond ini memiliki emosi yang memuaskan para penggemar sang agen. Bukan hanya menampilkan adegan perkelahian, tapi juga menyuguhkan cinta dan pengorbanan. Terlebih No Time To Die menambah amunisi dalam jajaran pemainnya yakni Rami Malek, sosok pemenang Oscar, Billy Magnussen, Lashana Lynch, dan Ana de Armas. Mereka ikut mendukung aksi para aktor yang telah memulai perannya sejak di film Spectre (2015). Ralph Fiennes, Naomie Harris, Ben Wishaw, Léa Seydoux, Jeffrey Wright, dan Christoph Waltz kembali hadir menyokong penampilan Daniel Craig sebagai James Bond.

Menutup petualangan Daniel Craig, sutradara Fukunaga masih menampilkan Bond dengan aksi laga. Adu fisik perkelahian, baku tembak berulang kali, hingga kejar-kejaran mobil. Sesuatu yang barangkali tak terlalu mudah dilakukan Craig yang kini telah berusia 51 tahun. Daniel Craig adalah James Bond tertua ketiga, setelah Roger Moore yang berusia 57 tahun di film A View to a Kill (1985) dan Sean Connery 53 tahun pada film Never Say Never Again (1983).

Menjadi Laki-laki yang Berbeda

Perubahan karakter James Bond menjadi salah satu yang disorot dalam film No Time to Die. Suatu kondisi yang disebabkan traumanya terhadap kisah percintaan. Situasi ini tak lepas dari hubungan James Bond dengan Madeleine Swann ( Léa Seydoux ), kekasihnya saat ini, dengan masa lalunya dengan mantan kekasih yakni Vesper Lynd (Eva Green) yang dikisahkan dalam film Casino Royale. Bond yang biasanya kerap menjalin hubungan tanpa kepastian status, di No Time to Die ia tampak serius menjalani hubungan dengan Madeleine. Laki-laki ini pun kemudian menghadapi tantangan emosi.

Di film Casino Royale, Bond dan Vesper sepakat menjalin hubungan serius. Laki-laki ini bahkan bersedia mengundurkan diri dari MI6 agar bisa menjalani kehidupan seperti manusia biasa dengan Vesper. Sialnya, perempuan tersebut mengkhianati Bond yang berujung pada kematiannya sendiri. Sejak itu, Bond sulit percaya pada siapa pun.

rami malek - james bond - no time to die first look - elle indonesia

Bond sendiri digambarkan memiliki karakter sebagai laki-laki yang tidak identik dengan hubungan serius apalagi komitmen dengan perempuan. Ia kerap tidur dengan perempuan yang ia kenal dan tidak terbawa perasaan apa pun. Namun dalam No Time to Die, Bond tampil sebagai laki-laki yang berbeda. Ia tampak nyaman menjalin hubungan serius dan sangat terbawa perasaan. Madeleine Swann jelas menjadi satu-satunya perempuan yang sukses membuat Bond tenggelam dalam emosi cinta.

Perubahan karakter Bond ini bisa dibilang adalah salah satu hal menarik dari film No Time To Die. Di film ini, James Bond sangat berbeda dibanding Bond dalam empat film sebelumnya yang juga dibintangi Daniel Craig. No Time To Die sendiri menjadi film terakhir Craig sebagai James Bond. Ia memutuskan pensiun, terlebih usianya juga tidak muda sehingga tak lagi sesuai dengan konsep mata-mata yang digambarkan sebagai laki-laki usia 33 tahun.

Perempuan Bukan untuk Ditaklukkan

Kita telah tiba di suatu masa di mana keberdayaan perempuan menjadi satu aspek penting yang terus digencarkan oleh warga dunia. Lihatlah bagaimana Disney mengubah karakter princess-nya yang tadinya lemah, tak punya ambisi selain tunduk pada laki-laki, dan hanya punya satu cita-cita: dinikahi laki-laki. Kini, karakter-karakter tersebut digambarkan menjadi sosok perempuan kuat. Moana dan Raya, misalnya, serta Belle yang kini dimodifikasi dengan merekatkan karakter perempuan masa kini: cerdas, kuat, dan mandiri.

bond girl no time to die
photo courtesy MGM/Universal Pictures

Perubahan itu juga terjadi di final film James Bond. James Bond identik dengan konsep ‘womanizer’, dekat dengan banyak perempuan tapi tak ada niat menjalin hubungan serius. Di film berdurasi 163 menit ini, Bond berubah menjadi laki-laki dengan sifat yang sebaliknya. Bukan hanya serius menjalin cinta dengan Madeleine Swann, tapi perempuan-perempuan di sekelilingnya juga bukan lagi untuk ditaklukkan tapi justru menjadi rekan kerja yang seimbang, baik dalam pertempuran melawan musuh ataupun kehidupan pribadi. Gelar agen mata-mata dengan kode 007 pun dikisahkan sudah bukan punya Bond, tapi milik Lashana Lynch. Perempuan jelas punya peran penting dan menempati porsi besar di No Time to Die. Bukan lagi sebatas teman tidur Bond ataupun sosok pemanis di tengah adegan konflik.