5 Maret 2021
Bakat Kreatif dan Kontroversial John Galliano

NEW YORK, NY - OCTOBER 12: John Galliano attends Vogue's Forces of Fashion Conference at Milk Studios on October 12, 2017 in New York City. (Photo by Dimitrios Kambouris/Getty Images)
Apabila saya dapat mengenang kembali momen mengenal desainer John Galliano, maka saya harus mundur ke masa ketika saya masih duduk di bangku sekolah menengah. Pada November 2004, frontman No Doubt, Gwen Stefani, baru saja meluncurkan album solo perdananya yang bertajuk Love. Angel. Music. Baby. Album beraliran electropop ini cukup mengilustrasikan kecintaan Stefani pada dunia mode. Ia bahkan menyebut nama John Galliano, sang desainer Inggris, dalam dua lagu gubahannya, Rich Girl dan Harajuku Girls. Galliano yang saat itu sedang menjabat sebagai Direktur Kreatif Dior, memang tengah berada di puncak masa kejayaan.
Nama dan karier Galliano kemudian sempat meredup pada 2011 ketika ia terlibat dalam sebuah skandal anti-Semitisme. Meski demikian, tak ada yang dapat memungkiri talenta kreatif Galliano. Peristiwa kembalinya sang desainer ke panggung dunia pun menjadi ajang yang sangat ditunggu banyak orang. Dunia seolah-oleh tak sanggup untuk terus menutup sebelah mata padanya. Dan seperti lirik lagu Harajuku Girls oleh Gwen Stefani, let’s not forget about John Galliano.
BOY WONDER
Pada tahun 1960, John Galliano lahir di Gibraltar. Ayahnya berasal dari Gibraltar, sedangkan ibunya berdarah Spanyol. Ketika berusia 6 tahun, Galliano dan keluarganya pindah dari Gibraltar dan menetap di London Selatan. Tahun 1981, Galliano mengenyam pendidikan di Central Saint Martin’s College of Art and Design di London. Tiga tahun kemudian, ia dinobatkan sebagai lulusan terbaik. Pada kesempatan tersebut, Galliano mempersembahkan koleksi graduasinya yang bertajuk Les Incroyables. Terinspirasi dari Revolusi Prancis, seluruh karya tersebut dibeli habis oleh butik mode independen ternama di London, Browns. Nama Galliano mulai dikenal. Ia lantas mendirikan labelnya sendiri dengan dukungan finansial dari beberapa pihak.

Berbagai koleksi Galliano dikenal dramatis dan elusif. Kesan romantis yang ‘gila’ membedakan kreasinya dengan desainer lain. Ia mampu meracik rancangan yang indah, feminin, sekaligus berdetail kompleks. Karyanya juga turut membangkitkan sisi keji manusia yang terkubur. Bak kisah dongeng, rancangan Galliano kerap jauh dari unsur realitas. Ciri khas inilah yang membuat karya-karya Galliano kompleks untuk dicerna, apalagi dipahami khalayak umum. Kendati karyanya amat dicintai dan dikagumi para jurnalis mode sekaligus desainer-desainer seperjuangannya, nyatanya John Galliano tak mampu bertahan. Tanpa memiliki kemampuan yang cukup untuk berbisnis, ia pun dinyatakan bangkrut pada 1990 silam.
PARIS IS ALWAYS A GOOD IDEA
Kegagalannya di London mendorong Galliano untuk pindah ke Paris. Tanpa banyak harta kekayaan, ambisi Galliano tidak kunjung padam. Ia menggambar sejumlah sketsa di lantai apartemen seorang sahabatnya yang lantas menarik perhatian Anna Wintour dan Andre Leon Talley. Kedua sosok penting ini kemudian menghubungkan Galliano dengan Saõ Schlumberger, seorang fashion patron dan kolektor seni asal Portugis yang kemudian meminjamkan rumahnya untuk dipergunakan sebagai tempat menghelat fashion show. Diperagakan oleh model-model top yang setuju untuk berjalan secara gratis, Galliano merancang keseluruhan koleksi musim semi/panas 1993 miliknya hanya dengan mempergunakan satu gulung kain. Tak hanya sukses di mata para kritikus mode, helatan show ini turut mendatangkan sebuah pekerjaan bergengsi bagi Galliano.

Pada 1995, Bernard Arnault, CEO LVMH, menunjuk Galliano sebagai Direktur Kreatif Givenchy. Ia menggantikan Hubert de Givenchy, sang pendiri. Keputusan ini turut menjadikan Galliano desainer Inggris pertama yang mengepalai sebuah rumah adibusana Prancis. Galliano membuat kagum para pengamat mode ketika ia mempresentasikan koleksi adibusana pertamanya untuk Givenchy. Pada tahun yang sama, untuk ketiga kalinya, ia memenangkan penghargaan Biritsh Designer of the Year.
Karier Galliano di Givenchy terbilang pendek. Pada musim gugur 1996, ia pindah ke Dior menggantikan Gianfranco Ferré sebagai Direktur Kreatif, sementara Alexander McQueen menggantikan dirinya di Givenchy. Menurut Arnault, Galliano memiliki perpaduan istimewa antara romantisme, feminisme, sekaligus modernitas yang mengimbolkan Monsieur Dior. Arnault melihat dalam tiap kreasi Galliano—setelan dan gaun-gaunnya—selalu ada kemiripan dengan Galliano.
Dior Spring/Summer 2003 Couture Dior Spring/Summer 2003 Couture Dior Spring/Summer 2003 Couture Dior Fall/Winter 2005 Couture Dior Fall/Winter 2005 Couture Dior Fall/Winter 2005 Couture Dior Fall/Winter 2009 RTW Dior Fall/Winter 2009 RTW Dior Fall/Winter 2009 RTW
Selama lebih dari satu dekade lamanya, Galliano berkuasa penuh di Dior. Kehadirannya dinilai sangat penting dalam mengubah citra rumah mode tersebut. Dikenal dengan kontroversinya, sang desainer tak pernah takut untuk bereksperimen dan melawan arus. Seperti yang tertuang dalam koleksi Haute Homeless(koleksi adibusan musim semi/panas 2000) yang terinspirasi dari busana para tunawisma, hingga koleksi bertemakan S&M (koleksi adibusana musim gugur/dingin 2000).
Putri Diana mengenakan gaun Dior rancangan John Galliano (1996). Nicole Kidman mengenakan gaun Dior rancangan John Galliano (1997).
TRIUMPHANT RETURN
Dunia Galliano runtuh ketika dirinya terlibat dalam sebuah skandal anti-Semitisme pada bulan Februari 2011. Hanya dalam hitungan minggu sejak rekamannya tersebar, ia kehilangan dua pekerjaannya sebagai Direktur Kreatif Dior sekaligus label eponimnya sendiri. Ia pun undur diri dari perhatian publik selama beberapa tahun untuk mengatasi masalah ketergantungan yang ia alami.
Pada 2013, usai melewati masa rehabilitasi, Galliano menerima undangan dari Oscar de la Renta untuk mengisi posisi desainer sementara di studio de la Renta. Galliano pun setuju dan turun tangan dalam perampungan koleksi musim gugur/dingin 2013 Oscar de la Renta yang dipresentasikan bertepatan dengan helatan New York Fashion Week. Pada tahun yang sama, wawancara pertama Galliano sejak terlibat kasus anti-Semitisme disiarkan di televisi nasional Amerika Serikat. Ia menutup wawancara dengan mengatakan, “Saya mampu mencipta. Saya siap untuk mencipta… [dan] saya harap melalui penebusan saya, saya diberikan kesempatan kedua.”
Maison Margiela Spring/Summer 2017 Couture Maison Margiela Spring/Summer 2017 Couture Maison Margiela Spring/Summer 2017 Couture Maison Margiela Spring/Summer 2017 Couture
Dunia pun memaafkan Galliano dan memberikannya kesempatan kedua. Pada Oktober 2014, OTB Group menunjuk John Galliano sebagai Direktur Kreatif Maison Martin Margiela (nama label ini kemudian diubah menjadi Maison Margiela pada 2015). Renzo Rosso, Presiden OTB Group, menganggap Margiela siap untuk menyambut jiwa kreatif yang baru sekaligus karismatik. Menurutnya, John Galliano adalah salah satu talenta terhebat dengan karya yang tak terbantahkan sepanjang masa. Ia menilai Galliano sebagai seorang couturier unik sekaligus luar biasa bagi sebuah rumah mode yang selalu berinovasi. Rosso pun menantikan kembalinya Galliano untuk menciptakan impian yang hanya bisa diciptakan Galliano dan berharap sang desainer menemukan rumah barunya.
Sebagaimana harapan Rosso, Galliano pun menemukan rumah barunya di rumah mode asal Belgia tersebut. Tak hanya mengubah citra Maison Margiela yang tak bertuan sejak ditinggal pendirinya, Martin Margiela; Galliano turut membangun kembali reputasinya sebagai seorang couturier ulung. Kembalinya Galliano ke panggung mode dunia menjadi ajang yang begitu dinantikan. Sang desainer pun tak berniat untuk mengecewakan para pengamatnya. Lewat koleksi adibusana perdananya untuk Maison Margiela (koleksi haute couture musim semi/panas 2015), ia memamerkan flair dan keterampilannya dalam mengolah busana bergaris rancang dekonstruktif. Didominasi palet warna merah, koleksi yang sukses besar ini menjadi titik awal kebangkitan John Galliano.
Maison Margiela Spring/Summer 2018 Couture Maison Margiela Spring/Summer 2018 Couture Maison Margiela Spring/Summer 2018 Couture Maison Margiela Spring/Summer 2018 Couture
Sejak itu, karya koleksi Galliano terus berkembang. Ia mengaburkan batasan gender, menyisipkan nilai historis dalam karya-karyanya, dan merombak mode; lewat dekonstruksi potongan mantel trench yang serius hingga gaun ala biarawati. Di bawah kepemimpinannya, pemasukan label tersebut pun berlipat ganda dan 60% profitnya berasal dari penjualan aksesori. Kesuksesan komersil ini membuat kontrak Galliano di Maison Margiela diperpanjang pada tahun 2019.
Lima tahun silam Renzo Rosso percaya bahwa hanya John Galliano yang mampu memimpin rumah mode Maison Margiela. Dan hari ini, kepercayaan itu semakin tinggi. Bakat kreatif Galliano hanya dapat dibandingkan dengan pemahaman kita terhadap generasi saat ini, melalui cara berpikir, tantangan, dan mimpi serta cita-cita. Dan Galliano melakukan segala hal dengan baik; mendekonstruksi, mencipta, dan menginspirasi. Meskipun kehadirannya kontroversial dan kerap menciptakan perdebatan, dunia tak dapat menyangkal kenyataan bahwa John Galliano adalah salah satu sosok seniman paling berbakat yang kita miliki saat ini.