LIFE

5 April 2024

Amanda Rawles Merayakan Masa Muda dengan Keberanian


PHOTOGRAPHY BY Zaky Akbar

Amanda Rawles Merayakan Masa Muda dengan Keberanian

styling Sidky Muhamadsyah; fashion Longchamp; makeup Aditya Wardana; hair Crystal, Styling Assistant Khansa Rabbani, Location Erasmus Huis

Sebelas tahun lalu, Amanda Rawles hadir sebagai angin segar di industri perfilman Indonesia. Ia mengawali perjalanan keaktorannya melalui peran-peran pendukung di beberapa judul film televisi dan sinetron, sampai akhirnya nama Amanda melesat sebagai pemeran utama dalam film Dear Nathan. Dalam sekuel Dear Nathan Hello Salma (2018), Amanda Rawles masuk dalam nominasi Pemeran Utama Wanita Terpuji Film Bioskop di ajang Festival Film Bandung 2019. Pengalaman sebagai Salma dalam Dear Nathan bukan hanya membesarkan nama perempuan ini di jagat sinema, tapi juga sukses membuat Amanda jatuh hati pada dunia film. Terbukti ia jarang absen dari keterlibatan dalam film-film yang dirilis selama sepuluh tahun belakangan ini. Tercatat Amanda Rawles menunjukkan kapabilitas dalam berakting lewat berbagai judul film di antaranya: Bebas, Ranah 3 Warna, A World Without, Merindu Cahaya de Amstel, serial Gossip Girl Indonesia, dan serial Virgin Mom yang tayang di platform streaming.

Sejak awal tahun 2021, Amanda Rawles tercatat sebagai mahasiswi jurusan Media and Communications di Macquarie University, Sydney, Australia. Sempat merasakan kuliah online di tengah masa pandemi Covid-19, kini Amanda Rawles tengah berjuang menyelesaikan semester-semester akhir sebelum akhirnya meraih kelulusan dengan gelar sarjana yang dijadwalkan akhir tahun ini. Di usia muda, Amanda Rawles menunjukkan keberanian untuk merayakan masa muda dengan mengarungi perjalanan penuh tantangan. Tanpa ragu-ragu, ia mencari cara untuk bisa berkontribusi di dunia perfilman sekaligus juga melakoni diri sebagai mahasiswi yang aktif dengan kehidupan kampus universitas. Masa-masa kuliah yang umumnya membuat seseorang merasa bebas tapi juga ada sensibilitas yang meningkat. Ada keberanian dan daya juang tinggi dalam hari-hari Amanda Rawles.

“Saya ingin mengejar mimpi tanpa ada rasa penyesalan, mengeksplorasi berbagai bidang dan merayakan masa muda dengan cara saya sendiri,” ujar Amanda. Usai menunaikan tugas kuliah secara virtual dan menyelesaikan pemotretan bersama ELLE, aktor muda ini bercerita tentang visinya untuk mengarungi perjalanan panjang sekaligus keinginannya untuk merayakan masa muda dengan penuh nyali, sikap berani, serta konsistensi untuk tekun mengejar mimpi dan ambisi.

fashion Longchamp (hoodie, gaun sequin, tas bucket Roseau dan sneakers)

Di tengah masa muda yang penuh semangat dan rasa antusias, Anda sedang berikhtiar menekuni profesi aktor sekaligus berkonsentrasi pada kewajiban akademis. Bagaimana menjaga energi agar karier tetap gemilang sambil terus konsisten menyelesaikan studi? 

“Menjadi sebuah tantangan buat saya mengatur energi untuk menjalani kuliah sambil tetap punya karier di perfilman. Saya bersyukur bisa punya pilihan untuk menentukan proyek-proyek mana yang akan saya kerjakan. Biasanya saya dibantu tim manajemen yang akan mengatur jadwal saya supaya jangan ada syuting film di saat saya sedang sibuk dengan kegiatan kampus. Saya juga berusaha mengambil tawaran peran hanya kalau sedang summer break selama tiga bulan karena sejujurnya susah banget juggling dua aktivitas secara berbarengan. Kalau sedang sibuk kuliah, saya akan mengambil proyek yang tidak memakan waktu terlalu banyak, seperti hari ini photoshoot buat majalah ELLE. Dengan memilah dan mengatur prioritas, saya bukan hanya jadi bisa menjaga energi tapi juga masih punya waktu untuk bersenang-senang di luar kewajiban kuliah dan karier.”

Di tengah rutinitas akademis dan tuntutan karier, bagaimana Anda menjaga rasa antusias agar tetap bersenang-senang di usia muda?

“Penting buat saya untuk meluangkan waktu buat diri sendiri meskipun cuma sebentar. Kalau sedang tidak ada kuliah dan tidak syuting, saya suka meditasi atau menulis karena saya suka banget journaling, rasanya saya bisa membuang beban di kepala dengan cara menulis. Kedua hobi ini cukup membantu saya untuk mengembalikan motivasi dan menyegarkan pikiran yang jenuh. Buat saya, kuncinya adalah fokus ketika melakukan sesuatu. Saya berusaha tidak mencampuradukkan kegiatan, jangan sampai kuliah dan syuting di waktu yang sama. Dan mungkin sebuah goal itu menjadi penting agar kita tetap antusias meskipun kadang rasa capek dan lelah itu pasti tak terhindarkan. Dengan punya tujuan yang jelas, maka apa pun yang saya lakukan pasti saya jalani dengan bersemangat.”

Apa yang menjadi tujuan Anda?

“Saat ini saya memang sedang fokus membangun karier dan kontribusi di jalur seni peran, namun saya juga ingin mengeksplor bidang-bidang lain di luar akting. Saya rasa menjadi menarik kalau masa muda diisi dengan keberanian untuk mencoba berbagai pengalaman. Sama seperti hari ini, pemotretan untuk majalah ELLE. Dunia mode juga menjadi salah satu yang menarik perhatian saya dan mustahil saya bisa menolak ajakan majalah ELLE untuk berpartisipasi di pemotretan dengan Longchamp.”

fashion Longchamp (jaket bomber, t-shirt, rok dan tas bucket Roseau)

Terbiasa bekerja dan sudah mandiri secara finansial, apa yang membuat Anda tetap gigih menyelesaikan kuliah?

“Benar memang, saya pun merasakan kadang ada anggapan seolah-olah zaman sekarang pendidikan itu tidak lagi menjadi penting. Kalau buat saya, sebenarnya yang penting itu bukan ijazah atau gelar yang bakal dimiliki tetapi tentang pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan selama kuliah. Apa yang saya peroleh di masa-masa menjadi mahasiswa sangatlah memengaruhi cara berpikir dan bertindak. Mungkin tidak semua hal yang kita pelajari di bangku kuliah akan terpakai di dunia kerja tetapi pola pikir, kemampuan bernalar, critical thinking, sikap disiplin, dan semangat berjuang menjadi soft skills yang sangat mungkin berguna untuk diterapkan di bidang apa pun. Jadi tidak ada yang sia-sia dengan usaha menempuh studi akademis di saat kita sudah bisa cari uang sendiri. Selain saya juga berjuang menyelesaikan kuliah bukan karena persiapan untuk meninggalkan dunia film, tapi justru pendidikan akademis untuk mendukung karier saya di industri perfilman.”

Bagaimana cara Anda beradaptasi dengan segala tuntutan dan berbagai mimpi yang tengah dikejar?

“Saya sudah mulai syuting sejak usia saya 13 tahun, kemudian memutuskan kuliah saat pertengahan karier. Proses adaptasi itu sebenarnya sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Dan kini saya bersyukur sudah bisa mengatur dan mengendalikan mana yang masuk prioritas dan mana yang bisa ditunda. Termasuk keputusan bahwa saya hanya mau syuting kalau sedang summer break. Dalam proses adaptasi tentu dibutuhkan pengorbanan, termasuk akhirnya saya jadi lulus lebih lama dibanding teman-teman seangkatan, but it’s worth it. Karena meskipun sangat menguras waktu dan pikiran, tapi saya tahu kuliah dan syuting dua-duanya sama pentingnya.”

Sebagai generasi muda di industri film, tantangan apa yang Anda hadapi? 

“Waktu berlalu begitu cepat, rasanya baru kemarin saya mendapat peran-peran jadi anak remaja. Sekarang bukan hanya karakter yang semakin dewasa, tapi juga semakin banyak bermunculan aktor-aktor baru yang bagus-bagus. Saya rasa itu hal yang baik tapi juga menjadi tantangan karena saya harus berusaha tetap relevan dengan industrinya. Saya dituntut untuk terus bisa kasih sesuatu yang baru dan menarik. Sebab itu saya harus terus berproses dan belajar hal-hal baru. Yang juga jadi tantangan, kalau dulu syuting itu rasanya kayak main-main. Semua dikerjain tanpa banyak dipertimbangkan.  Tapi sekarang seperti ada beban tersendiri yang bikin saya jadi sering overthinking. Sekarang kok kenapa juga bisa jadi burn out ya kalau kelelahan kerja? Pekerjaan rumah buat saya adalah selalu mencari kebaruan dari setiap penampilan supaya penonton bisa terus menikmati karya-karya saya.”

Masa muda identik dengan keberanian untuk memutuskan. Apa langkah paling berani yang pernah Anda lakukan dan apa yang Anda pelajari dari keputusan tersebut?

“Saat pandemi ketika saya memutuskan kembali ke Australia untuk fokus kuliah dan meninggalkan kegiatan syuting apa pun di Jakarta. Perpindahan fokus dari perfilman ke perkuliahan itu benar-benar perubahan drastis, apalagi saat itu sedang pandemi. Ada banyak batasan dan peraturan, kemudian harus meninggalkan karier yang saya bangun di Indonesia. Jauh dari keluarga dan orang-orang terdekat. Kendati ‘hanya’ enam bulan, namun momen itu menjadi rehat terlama semenjak saya terjun ke industri film sekaligus salah satu keputusan paling berani yang pernah saya lakukan dalam hidup. Saya ingat sekali waktu itu ada masa-masanya saya merasa stres berat dan menangis setiap hari. Beradaptasi dengan rutinitas baru dengan segala yang tidak pasti ternyata memang tidak gampang. Momen itu menjadi proses transisi yang menantang tapi juga mendewasakan buat saya. Dan entah bagaimana caranya, lama-kelamaan saya merasa punya keberanian begitu besar untuk membuat keputusan penting.”

Bicara tentang masa muda tanpa penyesalan dan melihat perjalanan Anda sejauh ini, adakah hal-hal yang mungkin Anda harap bisa Anda lakukan dengan cara yang berbeda?

“Kalau ada hal yang bisa saya ubah dari masa lalu barangkali saya berharap saya bisa menyelesaikan studi lebih dulu sebelum terjun ke industri hiburan. Saya berandai-andai mungkin seharusnya saya bisa siap dalam hal mental dan pendidikan sebelum masuk ke dunia kerja. Situasinya sekarang mungkin akan jadi berbeda, tapi sejujurnya saya sangat rindu dengan saat-saat indah dan seru menjadi murid. Saya itu sudah lama sekali tidak merasakan pengalaman menjadi siswa di sekolah umum. Kalau diingat-ingat sedih juga karena saya melewati masa SMA dengan homeschooling karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan jadwal syuting. Selama ini kan saya konsepnya ‘learning by doing’, bisa akting karena proses belajar dan pengalaman. Tetapi kalau dulu saya punya kesempatan menempuh pendidikan film atau mematangkan skill sebelum jadi aktor, barangkali keadaan sekarang akan berbeda. Karena setelah bertahun-tahun menjalani kuliah, saya baru menyadari bahwa kehidupan sekolah dan kampus ternyata sangat menarik serta besar manfaat dan pengaruhnya buat perkembangan diri saya.”

fashion Longchamp (jaket, gaun, tas hobo Roseau, kacamata hitam dan topi)
Dalam industri yang kerap mengutamakan penampilan, bagaimana Anda berupaya agar tetap memprioritaskan substansi dan bakat ketimbang hal-hal superfisial?

"Penampilan memang bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan. Tapi saya menyadari saya lahir dan masuk ke dalam industri salah satunya karena penilaian atas penampilan. Dan menjadi cantik kadang menjadi privilese yang membuat kita jadi ‘mudah’ melakukan sesuatu. Namun satu hal yang perlu digarisbawahi, saya tidak bisa dinilai hanya dari segi fisik. Saya punya ‘sesuatu’ di luar apa yang orang lain lihat yaitu isi kepala. Apalagi saya sedang fokus menata hidup dari segi akademis. Seluruh pengalaman studi memberi saya banyak ‘kekayaan’ selain saya juga sudah memupuk pengalaman dalam seni peran sejak satu dekade lebih. Hal-hal ini yang seharusnya membuat orang tidak melihat saya sekadar dari penampilan. Ketahuilah bahwa penampilan membuat saya jadi punya pengalaman dan pekerjaan, dan kedua hal itu―pengalaman dan kesempatan kerja―menjadikan saya perempuan yang ‘kaya’ akan pemikiran, penalaran dan kecerdasan. Yang utama buat saya kini adalah bagaimana memanfaatkan semua privilese yang saya miliki untuk menjadi aktor yang baik dan perempuan yang berdaya atas kehidupannya sendiri.”   

Apa yang Anda pikirkan ketika Anda tahu Anda menjadi panutan bagi banyak perempuan-perempuan muda di Indonesia?

I am privileged to have that. Saya bersyukur atas apa yang terjadi dalam perjalanan hidup dan karier, termasuk memiliki power dan influence yang membuat sebagian orang menaruh apresiasi pada apa yang saya kerjakan. Namun percayalah, ada tanggung jawab yang besar dengan popularitas dan pengaruh yang dimiliki oleh seseorang. Dengan ketenaran, saya harus berusaha dua kali lipat untuk selalu menjaga nama baik dan terus-menerus menoreh kontribusi positif. Saya sendiri melihat kebesaran nama sebagai sebuah motivasi agar saya tidak berhenti berupaya jadi orang yang baik. Jadi ketimbang memaksakan diri untuk memenuhi ekspektasi orang lain, saya memilih untuk mencari cara agar apa yang saya kerjakan selalu bisa membuat saya jadi lebih baik lagi sehingga mereka yang mengidolakan tidak merasa sia-sia karena sudah menjadikan saya sebagai panutan.”

Lastly, bagaimana Anda membayangkan perkembangan diri Anda di masa depan, baik di industri hiburan maupun yang berkaitan dengan pendidikan akademis?

“Dalam kapasitas sebagai aktor, saya akan selalu berproses dan tidak pernah berhenti untuk terus membiarkan pengalaman datang ke saya. Salah satunya dengan cara menerima peran-peran yang beragam dan eksploratif. Kebaruan akan membantu saya untuk bertumbuh. Menjadi mimpi saya juga untuk suatu saat nanti nama saya bisa terukir sebagai salah satu peraih Piala Citra. Saya benar-benar cinta dengan dunia film dan kecintaan ini membuat saya ingin suatu hari nanti mungkin bisa menjadi sineas yang berkontribusi atas karya sinema yang baik, karena saya ingin turut serta memajukan kualitas perfilman Indonesia di masa mendatang.”