LIFE

5 Januari 2021

Angga Yunanda Berani Menarik Kontroversi


Angga Yunanda Berani Menarik Kontroversi

Angga Yunanda buka suara menyoal alasan di balik pilihan peran yang kerap mengundang kontroversi.

Lari dari tanggung jawab. Vandalisme. Berkelahi di sekolah. Menyusup rumah orang tanpa ijin—meski meninggalkan post-it berpesan manis (Anda yang sudah menonton Di Bawah Umur pasti paham apa yang saya bicarakan). Aksi tengil Aryo yang diperankan Angga Yunanda dalam film Di Bawah Umur sesungguhnya sangat jauh dari pribadinya. Laki-laki yang akrab disapa Angga itu malah santun dan cenderung minim suara. “Saya tidak mahir memulai pembicaraan, terutama dengan orang yang baru pertama kali bertemu. Saya menjadi tidak percaya diri, hingga akhirnya lebih banyak diam sampai ada yang mengajak bicara,” ujar Angga saat kami berbicang kembali di telepon. Penyataan tersebut menjelaskan sikapnya yang tak banyak bertutur kata ketika siang hari tadi berjumpa di lokasi pemotretan ELLE. Meski pendiam, ia tidak menjaga jarak; memisahkan diri di ruang privat dan berlagak arogan. Bahkan ia tidak sungkan mendekatkan diri kepada tim ELLE—tentu dalam batasan jarak aman—untuk terlibat aktif selama proses pemotretan.

elle indonesia januari 2021 young talent - angga yunanda - photography ifan hartanto - styling sidki muhamadsyah - editor ayu novalia
Angga Yunanda for ELLE Indonesia January 2021, photography IFAN HARTANTO styling SIDKY MUHAMADSYAH

Perjalanan Angga Yunanda menuju industri hiburan Tanah Air diawali dengan mengikuti berbagai panggung modeling serta festival pencarian bakat di tanah kelahirannya, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pada suatu kesempatan, nasib mujur menghampiri lewat salah satu juri yang merupakan casting director dari rumah produksi MD Pictures, melihat potensi Angga sebagai seorang pemeran. Debutnya kemudian dimulai dari layar televisi Malu Malu Kucing (2015). Usianya saat itu 15 tahun dan baru menyelesaikan Ujian Nasional, kala pertama bermain peran. “Awalnya saya tidak menaruh harapan dapat berkarier di dunia perfilman. Pada waktu itu, saya pikir, saya hanya anak laki-laki dari luar daerah. Saya bahkan tidak tinggal di Jakarta, yang menjadi pusat industri hiburan. Saya tidak merasa memiliki kesempatan besar untuk berada di sini,” katanya.

Naluri realitstis pun membawa sang aktor awam memilih kembali ke kampung halaman dan melanjutkan jenjang sekolah sebagaimana anak usianya. Tidak sampai satu semester, tawaran akting kembali berdatangan dalam berbagai judul. Angga yang semula pesimis mulai menatap peluang secara optimis. Ia memutuskan bermigrasi ke Ibu Kota untuk menyongsong jalannya di televisi.

Tahun 2018, Angga melangkah ke layar lebar lewat film horor bertajuk Sajen. Geraknya merintis karier kian ambisius dengan tampil dalam lima judul film pada 2019. Salah satunya ialah Dua Garis Biru, di mana ia berperan sebagai siswa SMA yang berjuang menjadi calon bapak. “Bima adalah salah satu peran paling menantang yang pernah saya mainkan. Ia memiliki gestur kecil serta kompleksitas tersendiri. Saya sampai tidur di set demi bisa menyerap energinya dan membayangkan bagaimana karakternya bergerak,” cerita Angga. Upayanya berhasil. Film tersebut mengukuhkan reputasi Angga Yunanda di jagat sinema Indonesia. Tidak hanya memikat hati para penikmat film Indonesia. Ia juga menjadi nominator aktor terbaik Festival Film Indonesia 2019, Piala Maya 2019, hingga Indonesian Movie Actor Awards 2020.

Sebagai aktor muda—dari segi usia maupun pengalaman—Angga Yunanda terbilang cukup berani dalam mengurasi pilihan filmnya. Jangan tertipu dengan label drama remaja atau latar peran seorang pelajar, di baliknya tema-tema krusial menjadi inti konflik. Di Bawah Umur (2020) contohnya, mencoba mengangkat sepenggal realitas remaja urban yang senantiasa tabu dibicarakan secara terbuka. “Kisah Di Bawah Umur dan Dua Garis Biru sebenarnya cukup dekat dengan kehidupan saya,” kata Angga. “Oh, enggak. Bukan pengalaman pribadi! Saya memiliki beberapa teman yang menghadapi persoalan serupa film-film tersebut,” timpalnya cepat seiring tawa yang menggelegar ketika saya memancing maksud ucapannya dengan nada jahil. “Lewat setiap peran yang saya mainkan, saya berharap dapat membantu penonton menemukan sudut pandang yang positif. Karenanya, naskah yang menyuguhkan pembelajaran menjadi pertimbangan utama saya ketika memilih tawaran film,” tuturnya.

Angga Yunanda for ELLE Indonesia January 2021, photography IFAN HARTANTO styling SIDKY MUHAMADSYAH

Beberapa hari sebelum bertemu saya, Angga baru saja menyelesaikan proses syuting film Cinta Pertama, Kedua & Ketiga. Karya teranyar sutradara Gina S. Noer tersebut menantangnya untuk berekspresi lebih dewasa dari usia yang sesungguhnya. “Selama lima tahun menjajaki dunia perfilman mengajarkan saya banyak hal untuk berkembang sebagai manusia,” ujar Angga. Ia menceritakan bagaimana lokasi syuting memberikan ruang baginya untuk bertumbuh dalam menjalani masa muda. Di titik ini, ia telah meyakini bahwa profesi aktor merupakan “pilihan tepat."